Sejenak, Amala tersadar. Lalu dia menarik nafas panjang dan mengatur emosinya. Dia mulai bisa tenang kemudian menyapa mereka dengan sopan."Selamat siang, Nyonya Nathalie dan Tuan Khale. Maaf, aku terlambat." Amala cepat duduk di kursi tanpa disuruh. Tepat di hadapan mereka terbatas meja. Amala ingin berbicara baik-baik dan menjelaskan alasan keterlambatannya. Tetapi sepertinya mereka memang sudah siap untuk sengaja mencari kesalahan Amala."Nyonya Amala Knight, sekarang kamu adalah seorang direktur desainer. Menurutmu, apakah pantas membuat seorang klien menunggu sampai terlalu lama seperti ini untuk pertemuan penting?" Nathalie bertanya dengan nada dingin."Hentikan sayang. Percuma berbicara dengan orang bodoh seperti dia. Dia tidak akan paham masalah bisnis, dia hanya paham dengan hal perzinahan saja." Khale cepat menyahut, memutar wajah Nathalie dan memandangi penuh kasih sayang. Lalu melirik dengan tatapan jijik ke arah Amala.Amala sangat sedih rasanya. Tidak ada lagi tatapan ha
Saat ini, Nathan dan Glen sudah berada disana. Ketika melihat ibunya menangis, Glen langsung bertanya, "Mama, kenapa kamu menangis? Apa mereka berdua itu orang jahat yang telah menindasmu?" Glen segera melihat dua orang yang duduk di depan ibunya.Nathalie langsung melihat Glen, dia ingin marah pada anak itu. Tapi dia melihat ke arah pintu dan menemukan pria yang berdiri di belakang Anak itu. Tampilan pria dengan jas abu-abu yang penuh aura wibawa. Begitu tampan dan mempesona.Orang-orang yang berada di sana juga langsung melempar pandangan pada pria itu dengan tatapan kagum dan senang.Nathalie terkejut, tidak mungkin dia tidak mengenal siapa pria itu. Tapi dia berpikir, untuk apa Presiden dari perusahaan Alazka juga berkunjung kemari? Atau dia sengaja datang untuk membahas kerjasama dengan Perusahaan Anderson yang memang telah terjalin beberapa waktu yang lalu.Rupanya Nathalie tidak menyadari jika Nathan tadi datang bersama Glen.Amala yang melihat Nathan datang bersama Glen langsu
Sebelum Khale benar-benar meninggalkan ruangan, Nathan menghentikan langkahnya. "Tunggu dulu, Tuan Khale."Terpaksa, Khale berhenti begitu juga dengan Nathalie. Mereka terdiam, menunggu Nathan mengatakan sesuatu.Nathan tidak langsung berbicara, dia mengeluarkan sebatang rokok dan menghidupkannya secara perlahan tanpa tergesa. Dia mengambil hisapan pertamanya dengan cukup serius. Menghembuskan asap dengan bentuk bulat. Barulah dia menoleh pada Khale dan Nathalie yang masih setia berdiri padahal sebenarnya mereka sudah tidak tahan berlama-lama berada disana.Mereka begitu khawatir, takut jika Nathan kembali mengungkit untuk menarik sahamnya lagi.Lalu terdengar Nathan bersuara dengan nada rendah, tapi itu terdengar begitu menakutkan bagi mereka dan lebih tepatnya itu adalah sebuah ancaman."Dengarkan aku baik-baik. Jika kalian masih berani menindas wanitaku…," saat mengatakan ini, Nathan sembari menoleh lembut pada Amala, lalu dia kembali pada mereka.Saat ini, ketika Nathan mengucapka
Nathan masih menatap Amala, bulu mata yang lentik, hidung mancung dan bibir yang terbentuk begitu sempurna. Nathan hampir saja tidak percaya jika wanita yang telah melahirkan putranya bisa secantik ini.Diakui olehnya, jika hatinya telah bergetar menatap wajah itu saat pertama melihatnya dengan jelas pada dalam kejadian beberapa malam yang lalu.Tapi di dalam hati dia cukup merasa bersyukur, jika wanita yang telah menggodanya malam itu ternyata wanita ini juga. Saat ini Nathan seperti mendapat anugerah, dua orang yang sedang ia cari ternyata adalah satu orang yang sama.Tangan Nathan bergerak mengambil ponsel kemudian menghubungi Nyonya Wilan.Dia mengenal baik bos Perusahaan Dexon tempat Amala bekerja, karena mereka adalah sama-sama anak dari seorang perusahaan yang bekerja sama. Wilan juga termasuk teman dekat Nathan.Dan ternyata dua orang ini sedang dijodohkan oleh kedua pihak keluarga besar mereka. Bahkan pertunangan mereka sudah diatur, meskipun belum diumumkan di depan publik.
Saat melirik Glen sudah berpindah tempat, Amala kembali menoleh pada Pria di sebelahnya itu. Kemudian dia berkata dengan pelan, "Terima kasih atas bantuanmu hari ini.""Tidak masalah. Aku melakukan ini semata demi putraku." Nathan menjawab dengan santai.Amala kembali menoleh setelah tadi menarik pandangannya. "Ya, aku mengerti. Tapi apapun alasanmu, aku tetap akan membalas semua kebaikanmu hari ini, agar tidak ada hutang kebaikan diantara kita."Saat Nathan ingin menjawab, Sopir di depan bertanya, "Tuan, kita akan kemana?""Kita pulang ke rumah." Jawab Nathan, itu membuat Amala langsung membantah."Tidak bisa. Pak, tolong antar kami ke perusahaan Dexon saja.""Amala. Sebaiknya hari ini kamu tidak perlu masuk bekerja. Kita pulang dulu ke rumahku, ada yang hal perlu kita bicarakan. Aku akan meminta izin pada Wilan untukmu.""Maaf, Tuan Nathan. Aku harus masuk bekerja. Masalah di kafe tadi, Nona Wilan belum mengetahuinya. Aku harus menjelaskannya."Beberapa saat setelah mereka adu penda
Gunakan saja putramu!Nathan mendengus kesal. Lagi-lagi Tuan besar terus menuntutnya dengan sebuah permintaan. Menikah! Cepat menikah! Beri cucu untuk mendingan anakku! Beri aku cicit! Yang lebih kesal, kakeknya itu terus memintanya untuk menikah dengan Wilan. Yang terbaik hanyalah dari keluarga Dexon! Tidak ada yang lain!Jika sebelum ini mungkin Nathan masih mengiyakan keinginan mereka saat mengatur pertunangan antara dia dan Wilan. Tapi sekarang? Dia sudah menemukan Glen. Mana mungkin dia akan menikah dengan wanita lain disaat dia sudah memiliki seorang putra? Dia tidak mungkin memberi seorang ibu tiri pada Glen. Yang ada Glen akan membencinya dan tidak mau bersamanya lagi.Memikirkan itu Nathan menjadi khawatir. Sepertinya kali ini dia perlu usaha keras untuk mencari cara agar bisa menolak perjodohan itu. Dia kemudian menoleh pada Kenzi, "Hubungi Erin. Suruh dia kemari."Kenzi kembali patuh, segera mengambil ponsel untuk menghubungi Erin."Kamu dimana sekarang? Cepat temui pres
Mendengar usul dari Kenzi, mata Nathan berbinar. Ini adalah hal yang tidak terpikirkan olehnya. Dia langsung menatap Kenzi dengan senyuman lebar."Kalau begitu, atur semuanya dengan baik. Setelah selesai aku akan membawa putraku pulang ke rumah utama.""Siap. Tapi jangan terburu-buru. Pertama-tama aku akan mengatakan pelan-pelan pada Tuan Besar mengenai kehadiran Tuan muda. Setelah itu, dia akan penasaran dan meminta anda mempertemukannya dengan Tuan Muda."Nathan sangat senang dengan ide Kenzi. Dia mengangguk setuju.Saat ini, Glen mulai terbangun. Dia menatap sekeliling. Lalu melihat sosok ayahnya yang tersenyum hangat padanya."Putraku sudah bangun?" Nathan segera mendekati Glen, mengusap wajah imut ciri khas bangun tidurnya."Ayah, apa aku tertidur?""Ya. Kamu tertidur. Pergilah ke kamar mandi dahulu. Aku akan menunggumu disini. Sebentar lagi kita akan pulang."Glen tetaplah seperti anak kecil pada umumnya. Mendengar kata pulang, tentu dia sangat senang. Dia langsung melompat dari
Nathan tersenyum lebar menatap Amala, kemudian beralih menatap Glen."Halo, selamat malam anak ayah," ucap Nathan segera berjongkok untuk menyambut pelukan dari Glen, lalu menggendong tubuh Glen dengan satu tangannya."Ayah, ibu bilang, kamu tidak akan datang." Adu Glen."Itu tidak mungkin, ayah akan menepati janji." Kemudian Nathan membawa Glen ke atas sofa dan meletakkan kantong makanan di atas meja.Amala masih berdiri disana, dia melangkah mendekat. "Kenapa kamu kemari?" Amala bertanya pada Nathan. Pria itu kembali mengulas senyuman."Disini ada anakku? Apa ada yang melarangku untuk kemari?""Ya, aku yang melarang. Apa kamu tidak punya aturan? Malam-malam datang ke rumah orang. Kita tidak ada hubungan kekeluargaan. Jika orang melihat, apa ini tidak akan menjadi fitnah kembali?"Nathan kembali tersenyum. "Siapa juga yang akan melihat? Tetangga? Lagi pula, aku ayah kandung Glen, tidak ada yang bisa melarang aku menemuinya."Amala tidak bisa lagi menjawab, dia hanya bisa duduk di sud