Share

Anak Kembar Milik Sang Presdir
Anak Kembar Milik Sang Presdir
Author: Ainin

Mencari Wanita Itu

Malam yang larut di kamar itu, suara desahan dua manusia terdengar panjang setelah mendapatkan pelepasan. Wanita cantik bertubuh mungil di atas ranjang itu tampak kelelahan dengan tubuh gemetar setelah sang pria yang tak lain adalah cucu sah keluarga Stepson, mengambil kesuciannya malam ini dengan paksa karena dia mabuk.

Padahal tadinya, dia hanya membantu pria ini yang pulang kemalaman dari rapat bersama dengan rekan bisnis keluarga Stepson, hanya saja dia tak menduga kalau semuanya berakhir seperti ini karena Rachel membawanya ke kamar.

"Kak ..." panggilnya gemetar, saat pria itu bangkit dan bergerak linglung memakai pakaiannya.

Hal yang membuat pria itu menatapnya dengan tatapan tak fokus, sambil memakai kemejanya yang awalnya teronggok di bawah lantai, sisi kiri tempat tidur.

Wanita yang di atas ranjang yang di belakanginya itu terlihat menahan semua yang baru dia dapatkan tadi. Di tatapnya pria yang tengah memakai kemeja itu, bahkan saat berbalik dan tersenyum padanya.

"Kau sangat luar biasa," ucap sang pria lalu berbaring lagi di atas ranjang.

Hal yang membuatnya mulai sesenggukan, apalagi saat pria di hadapannya itu mulai mengurung kepalanya, mendekapnya, menciumi puncak kepalanya dengan penuh cinta.

"Kakak ... Apakah Kakak sadar siapa aku-" Ucapan wanita itu terhenti saat pria itu kembali memagut bibirnya, menyalurkan sisa perasaannya yang membeku di dalam sana hingga mencair dan menjadi lumatan penuh perasaan.

"Aku mendapatkan penyatuan pertama darimu, kau luar biasa sekali." Dia berbisik, seusai mengurai ciuman itu. "Kau jangan khawatir, ini tidak akan berakhir, kelak aku akan mencarimu kalau kau kabur."

Wanita itu menggeleng mendengarnya, dengan air mata yang bercucuran, sementara sang pria malah tersenyum dan memejamkan matanya. Usapan lembut penuh kasih dari jemari kekar itu tak membuatnya lebih baik, dia malah semakin sesenggukan.

"Tidurlah, jangan mencoba untuk pergi."

Rachel adalah nama wanita tak berdaya itu. Gadis kecil yang merupakan cucu angkat dari keluarga Stepshon. Kehilangan ibu yang membuatnya di bawa Tuan Besar Stepson ke rumah ini dari usia satu tahun, membuatnya mendapatkan kasih sayang dari ayah dan ibu pria ini. Bahkan dia mendapatkan kasih sayang dari Tuan Besar Stepson yang menjadi kakek angkatnya, yang sangat menyayanginya sejak dulu. Tak ketinggalan bahkan para pelayan juga melimpahnya dengan kasih sayang yang besar dan tulus.

Dia begitu bahagia selama dua puluh dua tahun ini, hidup bersama dengan ayah ibu angkatnya dan juga kakeknya. Namun, hanya karena perbedaan darah dia harus mengalami hal ini, di malam ini, dua hari sebelum keberangkatannya keluar kota untuk menyambung kuliah, pria yang bisa dikatakan sebagai kakak angkatnya merampas kesuciannya berharga miliknya yang dia jaga, hanya karena mabuk, Rachel yang tadi lewat harusnya meminta pelayan yang membantu pria ini. Karena pria ini hanya berjalan sendirian, entah dimana asisten pribadinya yang biasanya selalu mengikutinya.

Sesaat setelah pria itu berbaring, memeluk tubuhnya dengan lembut dan tersenyum sayang.

"Tetap bersamaku dan jangan pergi dari sini. Aku akan menikahimu, aku akan katakan pada Kakek tentang hal itu." Antara sadar dan tidak, dia berkata dengan suara mabuknya serta matanya yang terpejam.

Seperti di remas, Rachel benar-benar merasakan sakit yang tak bisa di bantah. Namun, dia takut untuk bicara, ini terlalu kejam baginya. Dia tahu bagaimana perangai pria ini, dia adalah seorang yang kejam dan bahkan tak pernah melihatnya. Dia hanya dianggap sebagai salah seorang manusia yang tak berharga. Jika kakeknya sangat menyayangi Rachel, dia malah tak pernah menunjukkan hal itu padanya. Dia hanya sosok kaku dan kalaupun perhatian, hanya sesekali dia tunjukkan.

Rachel dengan tubuhnya yang kaku seakan tak bisa bersuara, dia hanya terisak satu-satu. Bagaimana caranya agar bisa mengatakan tentang yang terjadi malam ini? Apa yang harus dia lakukan? Apakah pria ini akan percaya?

"Tidak, dia tidak akan percaya karena selama ini dia bahkan tak pernah melihatku. Aku harus kabur, dia pasti akan marah besar kalau tahu aku yang ada di atas ranjangnya." Rachel bergumam dengan air matanya yang bercucuran.

Sementara, pria yang sudah mengambil kesuciannya itu mulai terlelap dengan nyaman seraya memeluknya dengan erat. Wajahnya menampilkan ketenangan dan tetap saja ada raut datar disana, hingga membuat Rachel menelan ludahnya.

"Aku harus pergi dari sini ... Kalau dia tahu itu aku, dia akan menekanku atau mungkin dia akan kembali melakukannya."

***

Paginya ...

Meja ruangannya kerja Hillen Stepshon terbalik akibat sentakannya. Dia menggeram kesal, mendapat laporan buruk dari anak buah yang dimintanya untuk mencari wanita yang masuk ke kamarnya malam tadi itu hilang dan pergi pagi-pagi.

"Mengapa kalian sangat bodoh! Siapa wanita yang ada di kamarku tadi malam saja kalian tidak tahu?! Untuk apa aku memperkerjakan banyak orang bodoh seperti kalian!" sentaknya penuh emosi.

"Maaf, Tuan. Anda sendiri yang meminta jangan sampai ada cctv di kamar Anda. Malam tadi, lorong sangat gelap karena pelayan sudah mematikan semua lampu ketika Anda pulang. Jadi ketika terekam cctv juga tidak begitu terlihat jelas. Hanya saja memang ada seorang wanita yang berlari dari kamar Anda dan menutup wajahnya dengan pakaian." Vicky Shu, asisten Hillen berkata menjelaskan membuat Hillen mengepalkan tangannya.

Tatapan mata pria itu terlihat merah, tajam dan menusuk. Dia sungguh-sungguh kesal saat ini. Bagaimana bisa wanita itu pergi darinya? Dia bahkan tidak tahu dengan siapa dia bercinta tadi malam, dia mabuk parah dan baru terbangun pagi ini. Begitu dia bangun, bahkan jejak wanita yang tidur bersamanya juga tak ada selain bercak darah keperawanannya yang tertinggal.

Hillen tidak pernah sama sekali mengalami hal ini karena dia jauh dari wanita. Tetapi, entah bagaimana bisa dia malah disambut oleh seorang wanita pulang tadi malam. Para pelayan di rumah keluarga Stepson memang ada yang wanita, tapi mereka juga tidak akan selancang itu untuk menyentuhnya. Saat ini satu-satunya wanita yang berani dan mungkin menyentuhnya adalah ...

"Rachel? Dimana gadis itu?" Hillen bertanya setelah dia tersadar membuat Vicky membulatkan matanya.

"Nona Rachel, Tuan?"

Hillen mengangguk dengan tatapan serius. "Hanya dia satu-satunya yang mungkin membantuku ke kamar tadi malam. Cari dia dan tanyakan padanya dengan jelas!"

Vicky mengangguk patuh, lalu bergerak pergi sementara yang lainnya langsung mengikuti. Hillen mengepalkan tangannya semakin erat, mungkinkah itu Rachel dan apakah benar cucu angkat kakeknya itu yang sudah dia tiduri tadi malam?

"Bagaimana bisa? Tidak mungkin dia, bukan?" Hillen terduduk di kursinya dengan wajah yang sedikit memucat setelah bertanya pada dirinya sendiri. "Bagaimana kalau benar-benar dia ..."

Beberapa saat kemudian, Vicky sudah kembali dan menatapnya dengan tatapan cemas.

"Bagaimana?" tanya Hillen tanpa basa-basi.

"Maaf, Tuan. Nona Rachel tidak ditemukan di kamarnya. Pelayan bilang, dia sudah pergi tadi pagi jam 06.30, Tuan Besar Stepson mengantarkannya untuk berkuliah di luar negeri seperti perbincangan tadi malam. Tidak ada yang aneh dari gelagat dan kepergiannya, hanya saja ..." Vicky menggantung ucapannya, terlihat bingung membuat Hillen menendang meja kerjanya yang sudah terbalik.

"Katakan padaku semuanya! Jangan sepenggal-sepenggal begini!" bentaknya membuat Vicky gelagapan dan langsung berkata.

"Hanya saja, Nona Rachel membawa semua pakaian dan barang-barangnya pergi. Katanya pada pelayan ... dia tidak akan kembali."

"Apa?!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status