Share

36. Sabia

Dokter sudah memberi izin untukku masuk ke ruangan Papa. Di sini. Di sisi Papa, diruangan dingin yang sudah beberapa hari Papa tinggali, aku duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang Papa. Sudah 3 hari Papa belum juga mau membuka matanya.

“Papa ngambek ya, sama Sabia?” tanyaku sendiri. Walaupun Papa tak meresponsku, kata dokter Papa harus tetap diajak komunikasi.

“Sabia sudah pulang, Pa. Papa pasti bangga melihat Sabia sudah kurus sekarang. Sabia sudah cantik nih, Pa. Sabia diet loh, Pa, biar mirip dikit kayak Sabrina. Papa tahu kan, Mama akan senang kalau anak-anaknya terlihat cantik."

Aku memegang telapak tangan Papa yang baru kusadari kulitnya mulai keriput menandakan usianya tak lagi muda. Tangan itu terasa dingin, tak sehangat biasanya.

“Papa bilang mau melihat Sabia menikah, Papa nggak mau lihat calon menantu Papa yang menyebalkan itu? Kenalan kek minimal. Ganteng loh, Pa," lirihku. "Banyak sekali yang ingin Sabia cerit
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status