Share

bab 4

Author: Maey Angel
last update Last Updated: 2025-04-26 14:44:11

Malam itu, setelah memastikan Kaisar tertidur, Rahayu mengambil tasnya dengan tangan gemetar. Napasnya berat, pikirannya kacau. Namun, hanya ada satu hal yang terus terngiang di kepalanya: ia harus pergi dari rumah ini. Ia tidak bisa lagi bertahan di tempat di mana hatinya diinjak-injak tanpa ampun.

Dengan langkah hati-hati, ia membuka lemari dan mengambil beberapa pakaian, sekadar cukup untuk perjalanan jauh. Tidak ada yang tahu ke mana dia akan pergi, tapi dalam benaknya, hanya ada satu tujuan: Cilacap, rumah orang tuanya.

Namun, sebelum ia bisa melangkahkan kaki ke luar kamar, suara lirih terdengar dari tempat tidur.

"Bu... dingin..." Kaisar menggeliat, tubuhnya berkeringat tetapi wajahnya pucat.

Rahayu segera menghampiri dan menempelkan tangannya ke dahi anak itu. Panas. Kaisar demam. Seketika rasa panik merayapi tubuhnya. Ia tidak bisa pergi dalam kondisi seperti ini.

Tanpa pikir panjang, ia meraih selimut dan membungkus Kaisar, lalu buru-buru berlari keluar kamar. Namun, belum sampai ke pintu depan, suara berat menahannya.

"Mau ke mana?"

Sekar, mertuanya, berdiri di ambang pintu dengan tatapan tajam.

"Kaisar demam, saya harus membawanya ke rumah sakit," suara Rahayu bergetar, tetapi ia berusaha tetap tenang.

Sekar menyipitkan mata, menatap Rahayu penuh curiga. "Jangan bohong. Kau hanya mencari alasan untuk kabur, kan?"

"Bu, ini bukan saatnya berdebat. Kaisar sakit!" suara Rahayu meninggi, tak bisa menahan emosinya.

Arya keluar dari kamar, wajahnya masih mengantuk. "Ada apa ini?"

"Kaisar panas, aku harus membawanya ke rumah sakit," ujar Rahayu cepat.

Arya melihat Kaisar yang terkulai lemas di gendongan ibunya. Tanpa banyak tanya, ia langsung meraih kunci mobil. "Ayo, kita ke rumah sakit sekarang."

---

Di rumah sakit, Kaisar langsung mendapat perawatan. Rahayu duduk di samping tempat tidur anaknya, menggenggam tangan kecil itu dengan cemas. Kaisar masih demam tinggi. Dokter menyarankan untuk segera melakukan pemeriksaan karena Kaisar membutuhkan orang tuanya.

“Sepertinya ada kelainan sum sum tulang belakang, pasien harus menjalani operasi pencangkokan sumsum tulang belakang. Mohon orang tuanya persiapkan hal ini.”

Tanpa pikir panjang Rahayu dan Arya pun bersiap. Saat itulah, Paramita muncul dengan ide jahatnya. Dia menemui seseorang untuk melalukan ide gilanya.

“Ayah kandungnya, ada?” tanya Dokter setelah pemeriksaan dilakukan.

“Ada, saya.”

“Maaf, tapi sumsum tulang belakang anda tidak cocok.”

“Mana mungkin? Saya Ayah kandungnya.”

Paramita yang sudah menyusun semua ini datang menunjukkan wajah berpura-pura prihatin. "Ya ampun, kasihan sekali Kaisar."

Rahayu menengok dan memilih untuk mengabaikan wanita itu. Tapi Paramita justru semakin mendekat pada suaminya lalu dengan nada pelan namun menusuk, ia berkata, "Arya... kamu yakin anak ini benar-benar anakmu?"

Ruangan seketika membeku.

Arya mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"

Paramita pura-pura menutup mulutnya, seolah menyesal telah bicara. "Ah, maaf... aku tidak bermaksud menuduh. Hanya saja, aku pernah mendengar gosip..."

Rahayu langsung berdiri, rahangnya mengeras. "Apa yang kau coba lakukan? Jangan kamu memfitnah orang tanpa bukti."

Paramita menatapnya dengan ekspresi penuh kepura-puraan. "Aku hanya ingin Arya tahu kebenaran. Aku dengar ada yang bilang bahwa sebelum menikah, kau dekat dengan pria lain. Bagaimana jika Kaisar bukan darah dagingnya? Atau Dia adalah anak dari mendiang suami pertama kamu."

Darah Rahayu mendidih. "Berhenti bicara omong kosong!"

Namun, Arya malah terdiam. Keraguan jelas terlihat di wajahnya.

Rahayu menatap suaminya dengan mata berkilat marah. "Jangan bilang kau percaya ucapan wanita ini?"

Arya membuka mulut, ingin berbicara, tetapi tak ada kata yang keluar.

Paramita tersenyum tipis. "Kalau kamu tidak percaya, kenapa tidak tes DNA saja? Biar kita tahu kebenarannya."

Hati Rahayu mencelos. Ia tak pernah menduga bahwa malam yang seharusnya menjadi pelariannya berubah menjadi awal dari fitnah keji yang bisa menghancurkan semuanya.

Rahayu terkejut melihat ekspresi itu. "Mas... kau tidak percaya padaku?"

Arya menutup mata sejenak, lalu menghembuskan napas berat. "Bukan begitu, Dek. Tapi kalau tes ini bisa menghentikan semua tuduhan, aku pikir tidak ada salahnya."

Rahayu merasa hatinya hancur. Suaminya sendiri meragukannya?

Namun, dengan suara bergetar, ia berkata, "Baik. Lakukan tes DNA. Aku tidak takut."

---

Beberapa hari kemudian, hasil tes DNA keluar. Arya, Rahayu, dan Paramita duduk di ruang tunggu rumah sakit. Suasana menegang.

Seorang dokter datang dengan amplop di tangannya. Ia menyerahkan hasilnya kepada Arya.

Dengan tangan gemetar, Arya membuka amplop itu. Namun, saat ia membaca isi dokumen, wajahnya langsung pucat.

"Tidak mungkin..." gumamnya.

Rahayu menatapnya khawatir. "Mas, apa hasilnya?"

Arya perlahan mengangkat wajahnya, matanya penuh keterkejutan dan kebingungan. "Hasilnya... Kaisar bukan anakku."

Rahayu terhuyung mundur, seakan dunianya runtuh seketika. "Apa? Itu tidak mungkin! Kaisar anak kita, Mas!"

Paramita berpura-pura terkejut, lalu meletakkan tangan di dadanya. "Astaga, jadi benar? Aku... aku tidak menyangka..."

Rahayu menatap Arya dengan panik. "Mas, kau harus percaya padaku! Ini pasti ada yang salah!"

Namun, Arya terlihat hancur. "Tes ini tidak mungkin salah, Dek. Ini bukti ilmiah..."

Air mata mengalir di pipi Rahayu. "Tidak! Ada yang tidak beres! Aku tidak mungkin mengandung anak orang lain! Mas Arya, percaya padaku!"

Arya hanya diam. Hatinya ingin percaya pada Rahayu, tetapi hasil di tangannya berkata lain.

Sementara itu, Paramita tersenyum puas dalam diam. Ia berhasil. Yang tidak diketahui Rahayu dan Arya adalah bahwa ia telah menukar sampel DNA Kaisar dengan DNA anaknya sendiri—anak yang bukan darah daging Arya.

Dan kini, Rahayu di ambang kehancuran total. Sekar yang saat itu berada di sana ikut kaget. Dia terlihat ingin menghakimi tetapi dicegah suaminya.

“Biar mereka selesaikan urusan mereka sendiri. Kita sebagai orang tua tidak perlu ikut campur!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anak Lain Dari Suamiku   bab 36

    Lorong UGD Rumah Sakit Sentosa dipenuhi aroma obat dan suara langkah tergesa. Rahayu hampir tak bisa bernapas saat tiba di sana. Nafasnya memburu, dadanya naik turun menahan tangis yang hampir pecah sejak dia turun dari mobil ojek yang membawanya ke rumah sakit.Perawat yang dia temui di depan ruang UGD mengangguk pelan saat nama Arya disebut. “Tunggu di sini dulu ya, Bu. Dokter masih di dalam.”“Bagaimana keadaannya?” tanya Rahayu dengan suara bergetar, air matanya sudah tumpah sejak dari perjalanan.Perawat itu hanya diam. Rahayu tahu, diam adalah jawaban paling mengerikan.Lalu datanglah dokter, seorang pria paruh baya dengan keringat di pelipisnya, seolah dia baru saja berjuang menahan kehidupan seseorang yang tergelincir dari garis takdir.“Ibu Rahayu?”“Iya, Dok. Suami saya... Arya... bagaimana keadaannya?”Dokter itu menatapnya dengan pandangan iba. “Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, Bu. Tapi… luka di bagian kepala terlalu parah. Ada pendarahan hebat di otak. Arya kehilan

  • Anak Lain Dari Suamiku   bab 35

    Rahayu terduduk lemas di sisi tempat tidur, menatap kosong ke arah kartu nama yang tergeletak di lantai. Nama yang tertera di sana seolah menampar wajahnya berkali-kali—Paramita..Bibirnya bergetar saat mengucap nama itu lagi, kali ini dengan jelas, “Paramita...”Orang yang selama ini menjadi bayang-bayang masa lalu suaminya. Perempuan yang dulu hampir meruntuhkan rumah tangga mereka. Yang katanya sudah pergi, sudah menghilang, dan tak lagi mengganggu. Tapi sekarang?Dia menggenggam cek yang ada di samping kartu nama itu. Jumlahnya memang belum tertulis dan masih kosong. Terlalu cepat jika dia berpikir, suaminya memberikan itu pada Paramita. Atas dasar apa?. Matanya menyusuri kolom tanda tangan. Dan di sana—terpampang jelas: Paramita, salah satu orang penting yang jabatannya ada di PT Daya Guna Muda. Perusahaan fashion yang sudah terkenal di mana mana.Tangannya gemetar. Bukan karena nilai ceknya, tapi karena nama itu lagi-lagi muncul dalam hidup mereka. Mengapa harus Paramita? Kenap

  • Anak Lain Dari Suamiku   bab 34

    “Nggak bilang mau lembur sampai malam begini, Mas. Apa kerjaan gak bisa ditunda buat besok?” tanya Rahayu yang sedih melihat suaminya pulang jam 11 malam.“Aku ini sedang merintis usaha baru, Dek. Banyak sekali tantangannya dan kalau aku malas malasan, gimana mau maju? Semua ini untuk anak anak. Kamu juga. Biar kamu dan Ibumu di kampung bisa tetap makan dan memenuhi kebutuhan hidup.”“Tapi kalau begini terus, lama lama bisa sakit nanti.”“Doakan saja supaya panjang umur dan selalu sehat.”Rahayu menatap wajah suaminya yang kelelahan. Matanya merah, pundaknya terlihat berat memikul beban yang tak tampak. Ia ingin marah, ingin memeluk, tapi semuanya tertahan di tenggorokan. Yang keluar hanya desahan pelan yang mengandung kecewa.“Mas Arya,” ucapnya pelan. “Aku bukan melarang kerja. Aku tahu Mas sedang berjuang. Tapi kalau pulang selalu tengah malam, kebersamaan kita bareng pun jadi langka. Kaisar sampai nanya, ‘Ayah kok sekarang selalu pulang malam?’”Arya membuka sepatu dengan gerakan

  • Anak Lain Dari Suamiku   bab 33

    Waktu terus bergulir. Rahayu hanya bisa menatap tumpukan baju Kenzi yang tersisa di rumah jika rindu dengan Kenzi. Arya tak memberinya izin bertemu jika bukan sedang libur sekolah. Alasanya, takut Knezi tak betah dan minta ikut pulang.Sebagai ibu dia merasa kasihan. Dia kepikiran bagaimana jika Kenzi di sana butuh sesuatu atau rindu keluarga. Meski Arya bilang kebutuhan sudah semua dikirimkan, tetap saja Rahayu merasa iba.“Mas, apa nggak sebaiknya semester ini aku ikut menjenguk Kenzi?” tanya Rahayu.“Buat apa? Sudahlah, gak usah aneh aneh. Dia malah jadi gak betah kalau liat kamu. Kamu fokus sama ngurus Ibu dan Kaisar, aku mau kerja.”Sikap Arya kembali dingin. Meski Rahayu berusaha berpikir, mungkin karena sekarang usahanya sedang jaya. Sehingga banyak waktu yang tersisa di luar sana untuk bekerja. Arya membuka beberapa usaha. Dia bahkan mengembangkan usaha Wira yang tadinya digarap bersama dengan istri kedua ibunya–Neneng. Selepas ayahnya meninggal, Neneng pun tak mau ambil pusi

  • Anak Lain Dari Suamiku   Bab 32

    “Mam…”Panggilan Kenzi membuat Rahayu yang menunggu dengan terkantuk itu langsung tersadar. Dia pun membuka mata lebar dan menajamkan suara.“Ya, Ken? Mami di sini. Jangan takut,” ucap Rahayu.“Ken di mana, Mam?”“Di rumah sakit, kamu demam semalam. Ayah membawamu ke sini.”“Ayah?”“Ya, Ayah sayang sama kamu. Dia panik pas kamu panas. Sekarang Ayah sudah pulang, ngantar kakakmu istirahat di rumah. Kita semua cemas.”“Ayah sayang sama Ken, Mam??”“Sayang, semua sayang sama Ken. mami bahkan sangat sayang sama Ken. Jangan begini lagi ya? Mami cemas sekali.”Kenzi tak menyangka Rahayu akan sebaik itu menemaninya sendiri di rumah sakit. Bahkan setelah dia siuman, Rahayu selalu memastikan semua yang dia inginkan dia dapatkan.“Ken pengin pulang aja, Mam.”“Nanti ya, tunggu dokter.”Rahayu mengelus rambut Kenzi yang mulai lembap karena keringat. Anak itu baru saja melewati malam panjang dengan suhu tubuh tinggi dan tubuh menggigil. Wajahnya masih pucat, tapi sorot matanya mulai kembali seper

  • Anak Lain Dari Suamiku   bab 31

    “Makan, Ken. Kamu dari pagi belum makan,” bujuk Rahayu. Kenzi menggeleng, dia sibuk dengan bambu yang sedang dia buat kerangka layang layang. Dia tak menengok atau menggubris sang ibu meski Rahayu bersedia untuk menyuapi.“Dek, aku pergi dulu. Nanti malam mungkin lembur.” Arya berpamitan.“Ya, Mas. Tapi, apa nggak sebaiknya kamu minta maaf sama ken dulu? Dia mogok makan sejak pagi.”“Biarin aja, kalau lapar dia akan cari makan sendiri.”Kenzi mendengarnya, tapi dia memilih diam. Dia bahkan tak menggubris saat ayahnya itu pergi bekerja. “Ken, temani Abang ke fotokopian depan yuk! Sekalian kamu juga, mau fotokopi Surat kelulusan kan?”“Gak,” jawab Kenzi malas. “DIa kenapa, Mam?” tanya Kaisar yang bingung dengan sikap adiknya. “Dia mogok makan, mogok bicara sama semua orang. Mami juga bingung, dia nggak makan dan minum sejak pagi.”Kaisar duduk di samping Kenzi, dia tersenyum dan mengusap pelan pundaknya. “Abang tahu kamu marah sama Ayah, cuma kan … kita gak boleh ngelawan orang tua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status