Share

bab 3

Author: Maey Angel
last update Last Updated: 2025-04-26 14:42:35

Arya mengetuk pintu kamar Rahayu. Namun, sampai malam pintu itu tak terbuka. Bahkan, Rahayu tak mneyahuti panggilannya.

“Sudah biarkan saja. Kalau lapar mereka akan cari makan sendiri, kamu gak usah repot repot buat bujuk dia keluar. Mau ngapain juga dipanggil malam malam? Lebih baik kalian istirahat. Kasihan Paramita, dia harus menyusui anaknya yang sejak tadi rewel terus,” ucap Sekar.

Paramita yang duduk di kursi panjang akhirnya bisa tersenyum sennag. Dia mampu mengambil hati mertua Rahayu dan bonusnya, mendapatkan pengakuan atas anaknya itu. > Kini, tujuannya balas dendam pada Rahayu yang selalu beruntung darinya tersampaikan. Rahayu kembali tersiksa, persis seperti apa yang dia rasakan saat baru pertama kali datang ke Surabaya.

Flashback!

Masa iddah Rahayu dilewati dengan cepat sampai tak terasa sudah selesai. Bahkan sudah berbulan bulan menjanda dan menjalani aktivitas seperti biasa. Rahayu dipanggil kembali oleh Abah dan dikumpulkan oleh keluarga besar Abah. Di sana, keempat anak anak Abah berkumpul.

Paramita membawa nampan, memperhatikan semua anak anak Abah yang memang sangat gagah dan tampan. Anak abah ada 5, dua perempuan dan tiga laki laki. Meninggalnya Ustad Arifin menjadikan Abah kini hanya memiliki 4 anak saja. Dua laki laki dan satu perempuan.

“Nur Hasan bersedia meminang Rahayu,” ucap Nur Hasan spontan, membuat Rahayu kaget. Pun dengan Paramita.

“Kenapa harus Mbak Rahayu lagi?” batin Paramita sengit. Sejak dulu, Paramita ingin menjadi menantu keluarga pesantren, tetapi justru malah Rahayu yang kembali mendapatkan kesempatan itu. Setelah Ibnu–putra pertama Abah berhasil menikah dengan Rahayu, tak selang lama setelah suami Rahayu wafat, Nur Hasan lah yang mengejar Rahayu, ingin turun ranj4ng dengan menikahi Rahayu kembali. Padahal, besar harapan Paramita untuk bersanding dengan salah satu di antara mereka sejak dulu.

“Sek sek, Nur. Rahayu masih bingung,” ucap Abah. “Duduk di sini, Yu.”

Rahayu duduk di samping Ismi–anak ke 4 Abah. Dia juga kaget dengan yang diucapkan Nur Hasan tiba tiba.

“Ngapunten, ini ada apa, Bah?” tanya Rahayu penasaran.

Hening, semua sibuk menunggu jawaban Abah. Tak ada yang berani meyela karena memang Abah sangat dihormati di pondok pesantren ini.

“Abah minta maaf kalau sudah bikin kamu bingung, Nduk. Hanya saja, di sini sebagai orang tua ABah bertanggung jawab atas kamu. Kamu yang di sini sejak kecil, sampai besar pun di sini, apa gak berniat mau nikah lagi setelah anak Abah pergi?” tanya Abah.

“Maksudnya?” tanya Rahayu bingung.

“Turun ranjang, menikahlah dengan Nur Hasan. Dia bisa membimbingmu jadi wanita yang dirindukan surga.”

Rahayu terlihat tak bisa berkata kata lagi. Dia diam mendengar permintaan Abah yang terlihat serius. Paramita memandang mereka semua, mengucap kalimat sengit dalam hatinya karena permintaan sesepuh pondok itu.

“Daripada dosa karena terus terusan memandang orang yang nggak halal bagimu, jadi menikah saja. Kamu akan jadi istri yang lemah lembut di rumah,” ucap Abah.

“Tapi Ayu belum kepikiran mau nikah lagi, Bah. Tolong, hargai keputusan ini.”

“Abah tahu, tapi kamu dekat dengan para pemuda di sekitar sini. Untuk menjaga Marwah keluarga besar, menikah dengan Nur Hasan bukan keputusan yang salah.”

“Iya, Mbak. Mbak harus bisa jaga diri, bukan malah umbar status janda di luar. Udah gak mau ikut ngajar di sini, malah sibuk di luar.” Ismi menyela.

“Aku kan niaga, Is. Melanjutkan perjuangan almarhum berjualan.”

“Dunia dan akhirat harus seimbang. Prioritaskan yang sekiranya baik untuk dunia dan akhirat kamu, bukan dunianya saja,” ucap Abah.

Rahayu diam, mempertimbangkan semuanya. Bahkan, Paramita juga menunggu jawaban dari Rahayu untuk permintaan ini.

“Kalau Mbak nggak nikah lagi, memang mau jadi beban di sini? Abah butuh keturunan agar pondok pesantren ini tetap berdiri dan Mas Hasan akan melanjutkan perjuangan Mas Arifin. Gitu loh Mbak maksudnya,” ucap Ismi.

Rahayu memandangi semua dengan nanar, kenapa semua seperti tidak suka dengan keputusannya tetap menjanda? Turun ranjang? Bahkan dia tidak berpikir sama sekali menikah lagi setelah kehilangan suami tercintanya.

“Pikirkan saja dulu, istikharah. Minta petunjuk sama Yang Maha Kuasa. Besok, Nur Hasan akan mengkhitbah kamu langsung Jika kamu bersedia dan Abah akan meminta keluarga kamu datang ke sini. Insyaallah, mereka tidak keberatan.”

Paramita yang mendengar ini jadi panas dingin. Bahkan dia berharap Rahayu langsung menolaknya dan menyarankan dia yang dijodohkan.

Rahayu masuk ke kamarnya. Paramira menyusul dan bersikap seolah dia simpati dengan keadaan Rahayu.

“Mbak nggak siap nikah lagi ya?” tanya Paramira. Rahayu menengok dan menghela napas panjng.

“Siapa yang siap menikah lagi sedangkan kuburan suami saja masih basah ibaratnya? Gak mungkin.”

“Kenapa gak langsung tolak saja? Jangan dipaksa kalau memang gak mau.”

“Mana mungkin bisa? Keluarga juga tak mungkin menolak. Abah sudah banyak jasa untuk keluargaku. Aku harus bagaimana ya, Mit?”

Paramita memikirkan rencana, dia pun tersenyum dan membisikkan sesuatu pada Rahayu.

“Merantau saja ke Jakarta. Aku yakin di sana bisa sukses. Coba minta bantuan Saki. Dia kan biasa antar barang sampai ke Jakarta. Siapa tahu ada lowongan.”

“Kamu gila? mana mungkin aku pergi jauh ke sana?”

“Aku tahu Mbak ingin menolak karena ada lelaki yang sedang Mbak tunggu janjinya kan? Siapa tahu dia di Jakarta dan kalian berjodoh. Aku akan menjaga toko kelontong Kang Ibnu, akan tetap di sini buat ngabdi sama ndalem. Mbak gak usah sedih, aku akan menggantikan kesedihan Mbak. Aku akan menjelaskan pada mereka kalau Mbak menolak dan ingin jadi wanita yang mandiri tanpa mereka rendahkan lagi. Aku sedih Mbak denger Mbak dianggap beban keluarga ini, jadi pergi saja. Aku akan membuat semuanya mengerti dengan kemauan Mbak.”

“Kamu yakin akan menjaga semuanya?”

“Ya. Termasuk toko toko peninggalan almarhum Mas Ibnu.”

Dari ide gila itu, Rahayu sangat ingat dan masih membekas. Paramita yang mengarahkan dia untuk merantau dan merencanakan ide gila untuk kabur dan akhirnya semua menjadi kacau. Dia yang pikir Paramita lakukan benar benar membantunya, namun kenyataanya semua yang dia punya kembali direbut dan akhirnya, kini suaminya pun harus diambil lagi oleh wanita itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anak Lain Dari Suamiku   bab 34

    “Nggak bilang mau lembur sampai malam begini, Mas. Apa kerjaan gak bisa ditunda buat besok?” tanya Rahayu yang sedih melihat suaminya pulang jam 11 malam.“Aku ini sedang merintis usaha baru, Dek. Banyak sekali tantangannya dan kalau aku malas malasan, gimana mau maju? Semua ini untuk anak anak. Kamu juga. Biar kamu dan Ibumu di kampung bisa tetap makan dan memenuhi kebutuhan hidup.”“Tapi kalau begini terus, lama lama bisa sakit nanti.”“Doakan saja supaya panjang umur dan selalu sehat.”Rahayu menatap wajah suaminya yang kelelahan. Matanya merah, pundaknya terlihat berat memikul beban yang tak tampak. Ia ingin marah, ingin memeluk, tapi semuanya tertahan di tenggorokan. Yang keluar hanya desahan pelan yang mengandung kecewa.“Mas Arya,” ucapnya pelan. “Aku bukan melarang kerja. Aku tahu Mas sedang berjuang. Tapi kalau pulang selalu tengah malam, kebersamaan kita bareng pun jadi langka. Kaisar sampai nanya, ‘Ayah kok sekarang selalu pulang malam?’”Arya membuka sepatu dengan gerakan

  • Anak Lain Dari Suamiku   bab 33

    Waktu terus bergulir. Rahayu hanya bisa menatap tumpukan baju Kenzi yang tersisa di rumah jika rindu dengan Kenzi. Arya tak memberinya izin bertemu jika bukan sedang libur sekolah. Alasanya, takut Knezi tak betah dan minta ikut pulang.Sebagai ibu dia merasa kasihan. Dia kepikiran bagaimana jika Kenzi di sana butuh sesuatu atau rindu keluarga. Meski Arya bilang kebutuhan sudah semua dikirimkan, tetap saja Rahayu merasa iba.“Mas, apa nggak sebaiknya semester ini aku ikut menjenguk Kenzi?” tanya Rahayu.“Buat apa? Sudahlah, gak usah aneh aneh. Dia malah jadi gak betah kalau liat kamu. Kamu fokus sama ngurus Ibu dan Kaisar, aku mau kerja.”Sikap Arya kembali dingin. Meski Rahayu berusaha berpikir, mungkin karena sekarang usahanya sedang jaya. Sehingga banyak waktu yang tersisa di luar sana untuk bekerja. Arya membuka beberapa usaha. Dia bahkan mengembangkan usaha Wira yang tadinya digarap bersama dengan istri kedua ibunya–Neneng. Selepas ayahnya meninggal, Neneng pun tak mau ambil pusi

  • Anak Lain Dari Suamiku   Bab 32

    “Mam…”Panggilan Kenzi membuat Rahayu yang menunggu dengan terkantuk itu langsung tersadar. Dia pun membuka mata lebar dan menajamkan suara.“Ya, Ken? Mami di sini. Jangan takut,” ucap Rahayu.“Ken di mana, Mam?”“Di rumah sakit, kamu demam semalam. Ayah membawamu ke sini.”“Ayah?”“Ya, Ayah sayang sama kamu. Dia panik pas kamu panas. Sekarang Ayah sudah pulang, ngantar kakakmu istirahat di rumah. Kita semua cemas.”“Ayah sayang sama Ken, Mam??”“Sayang, semua sayang sama Ken. mami bahkan sangat sayang sama Ken. Jangan begini lagi ya? Mami cemas sekali.”Kenzi tak menyangka Rahayu akan sebaik itu menemaninya sendiri di rumah sakit. Bahkan setelah dia siuman, Rahayu selalu memastikan semua yang dia inginkan dia dapatkan.“Ken pengin pulang aja, Mam.”“Nanti ya, tunggu dokter.”Rahayu mengelus rambut Kenzi yang mulai lembap karena keringat. Anak itu baru saja melewati malam panjang dengan suhu tubuh tinggi dan tubuh menggigil. Wajahnya masih pucat, tapi sorot matanya mulai kembali seper

  • Anak Lain Dari Suamiku   bab 31

    “Makan, Ken. Kamu dari pagi belum makan,” bujuk Rahayu. Kenzi menggeleng, dia sibuk dengan bambu yang sedang dia buat kerangka layang layang. Dia tak menengok atau menggubris sang ibu meski Rahayu bersedia untuk menyuapi.“Dek, aku pergi dulu. Nanti malam mungkin lembur.” Arya berpamitan.“Ya, Mas. Tapi, apa nggak sebaiknya kamu minta maaf sama ken dulu? Dia mogok makan sejak pagi.”“Biarin aja, kalau lapar dia akan cari makan sendiri.”Kenzi mendengarnya, tapi dia memilih diam. Dia bahkan tak menggubris saat ayahnya itu pergi bekerja. “Ken, temani Abang ke fotokopian depan yuk! Sekalian kamu juga, mau fotokopi Surat kelulusan kan?”“Gak,” jawab Kenzi malas. “DIa kenapa, Mam?” tanya Kaisar yang bingung dengan sikap adiknya. “Dia mogok makan, mogok bicara sama semua orang. Mami juga bingung, dia nggak makan dan minum sejak pagi.”Kaisar duduk di samping Kenzi, dia tersenyum dan mengusap pelan pundaknya. “Abang tahu kamu marah sama Ayah, cuma kan … kita gak boleh ngelawan orang tua

  • Anak Lain Dari Suamiku   bab 30

    “Mas, kamu apa apa sih? Ken pasti shock dengan yang kamu ucapkan tadi.”“Ini hadiah dariku. Lagian memang kenapa? Pesantren itu bagus buat pendidikan akhlaknya. Biar dia semakin dewasa dan berpikir baik, nggak nakal dan ngerepotin kita terus,” jawab Arya.“Betul, Oma juga setuju. Ken itu sangat badung, gak kayak Kaisar. Kaisar nggak perlu masuk pesantren juga udah bagus akhlaknya,” balas Sekar.Pesta sudah selesai, Kaisar yang merasakan hawa tak nyaman pun mendatangi Kenzi yang ternyata tidak ada di tempat acara. Dia bahkan tak tahu adiknya itu ada di mana.“Mam, Ken ke mana ya? Kai cari gak ada,” tanya Kaisar bingung.“Paling dia sudah balik, kamu nggak usah bingung begitu. Adikmu kan biasa ngebolang,” jawab Arya santai.“Tapi, Yah…”“Sudah, ayo kita balik. Besok, kita harus dampingi Kaisar ke SMA favorit ya itu.”“Tapi, Mas, kalau Kenzi belum balik, gimana?”“Balik, yakin sama aku. Dia gak akan ke mana mana, mau ke mana dia? Ngilang juga gak mungkin ibunya nyariin.”Rahayu tetap cem

  • Anak Lain Dari Suamiku   bab 29

    “Jagain mamimu, jangan keluyuran! Kalau nggak nurut, Ayah bawa kamu ke pesantren nanti!” Ucapan Arya membuat Kenzi terngiang dan tak berani lagi membantah. Sejak insiden kecelakaan itu, Kenzi jadi murung dan sedih. Dia tetap menjadi anak yang disalahkan di mata Arya, meski Rahayu sudah mencoba menasehatinya. Bahkan bukan hanya ancaman akan dimasukan ke pesantren, tapi dikirim ke Banyumas jika Kenzi berani melawan dan pergi bermain di luar tanpa izin.“Kalau Ken mau main, main aja. Tapi jangan jauh jauh, jadi kalau AYah balik, Ken bisa buru buru pulang,” lirih Rahayu pada Kenzi yang terlihat kasihan–duduk di pojokan sambil bermain kartu mainan bergambar anime.“Nggak apa, Mam. Mami nggak usah khawatir, Ken di sini aja temani Mami. Kapan lagi kan bisa berduaan sama mami? Biasanya, Bang Kaisar yang selalu di dekat Mami dan Ayah.”“Mami sayang banget kok sama Ken, jangan merasa begitu.”“Iya, Ken tahu.”Ya, Ken tahu. Dia bahkan diingatkan oleh ayahnya sendiri jika dia adalah anak yang ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status