Sekembalinya dari toilet, Angel segera kembali ke ruangan. Sebelum masuk, Sigit segera menyerahkan dokumen yang diminta oleh Sang GM beberapa hari yang lalu. Setelah menerima dokumen, Angel langsung masuk ke dalam ruangan. Dia melanjutkan kembali pekerjaannya yang sempat tertunda.
Sambil rehat sejenak dari pekerjaannya, Angel membaca dokumen tersebut. Alangkah terkejutnya Angel melihat profil salah satu anak magang yang bernama Alex. “Apa? Alex adalah anak bungsunya Pak Chris? Lalu, apa motifnya berpura-pura menjadi anak magang? Apakah dia berniat untuk menyingkirkanku?"
Saat Angel sedang serius-seriusnya membaca, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu ruangannya. Dia mempersilakan orang itu masuk. Ternyata, yang mengetuk pintu adalah orang yang sedang ia gali informasinya. “Oh ternyata si tengil Alex, apakah aku harus menanyakannya langsung … atau pura-pura tidak tahu ya? Ah lebih baik aku pura-pura saja, aku ingin tahu motifnya terlebih dahulu.” batin Angel.
“Hai Angel! Bagaimana kabarmu hari ini? Hehmm … biar kutebak! Kamu pasti sangat baik-baik saja, kan?” sapa Alex dengan nada yang agak menyindir. “Ya, seperti yang kau lihat! Aku selalu baik dan selalu cantik.” jawab Angel dengan percaya diri. Alex tertawa mendengar jawaban Angel. Dia kembali mengejek Angel, padahal notabene-nya, wanita itu adalah atasan Alex.
Angel merasa jengah menyikapi perilaku anak magang itu. Dia pun tidak menanggapi ejekan-ejekan tersebut dan tetap fokus pada pekerjaannya. Alex merasa malu karena tidak mendapat tanggapan dari Sang GM. “Heh Angel, kamu harus tahu ya! Mulai sekarang, aku yang akan menjadi sekretaris pribadimu.” Ucapan Alex barusan membuat Angel sangat terkejut. “APA??!! Kamu jadi sekretarisku? Memangnya Sigit kenapa?”
“Ya … mana aku tahu! Katanya sih, dia dipindahin ke divisi lain.” jawab Alex dengan entengnya. Angel terdiam. “Sudah jangan hiraukan dia! Kan sudah ada aku sebagai gantinya.” ucap Alex. “Oh seperti itu! Baiklah, kalau begitu …” Angel memberikan setumpuk berkas yang ada di mejanya kepada Alex. Dia memerintahkan anak magang yang kini diangkat menjadi sekretarisnya itu mengerjakan berkas-berkas tersebut sebelum hari esok tiba.
“Aduh!! Yang benar saja aku mengerjakan berkas sebanyak ini, mana waktunya mepet lagi.” keluh Alex.
“Kerjakan saja apa yang telah saya perintahkan! Jangan banyak mengeluh! Kalau kamu merasa keberatan, saya akan bilang kepada Pak Chris bahwa kamu tidak mampu bekerja sebagai sekretaris saya.” ancam Angel dengan gayanya yang tegas namun tetap terlihat tenang.
Alex hanya diam, kemudian Angel melanjutkan ucapannya, “Oh ya, satu hal lagi. Sebaiknya, kamu menjaga etika selama bekerja. Saya ini atasan kamu, bukan rekan kerjamu. Jadi, tolong jaga cara bicaramu! Paham?!!”
Alex mengangguk, “Baik, Bu Angel. Kalau begitu, saya permisi.” Angel mempersilakan sekretaris barunya itu kembali ke meja kerjanya.
Jam makan siang pun tiba. Angel dihubungi oleh sahabatnya, Manda, seorang freelancer, mengajaknya untuk makan siang bersama di salah satu kafe yang tidak jauh dari kantornya. Angel pun menyanggupi ajakan sahabatnya itu.
Setibanya di kafe, Angel celingak-celinguk mencari keberadaan Manda. “Angel, aku di sini!” sahut Manda. Angel segera menghampiri sahabat cantiknya itu. “Oh My God, Manda, udah lama banget kita nggak ketemu. Kangen banget deh sama kamu.” Angel memeluk Manda dengan eratnya.
“Iya, aku juga kangen banget pengen ketemu kamu, Angel.” balas Manda. Setelah puas berpelukan untuk melepas rindu, keduanya duduk saling berhadapan. Kemudian, mereka berdua memesan makanan dan minuman yang tersedia di kafe tersebut.
Sambil menunggu pesanannya datang, mereka berdua berbincang-bincang dengan serunya. Di tengah-tengah percakapan, Manda menanyakan status Angel yang sekarang. Dia menjawab kalau dirinya masih single. Angel pun menanyakan hal yang sama kepada Manda. “Aku udah punya pacar, Gel. Bentar lagi kami tunangan. Minta doanya ya Gel, supaya semuanya dilancarin.” Angel mengamini.
“Oh ya Gel, kamu udah nyobain aplikasi kencan yang satu ini belum?” tanya Manda sambil menunjukkan aplikasi yang bernama Coffee Meets Bagel. Angel menggelengkan kepalanya, “Belum Man, emang kenapa?” Manda menjelaskan bahwa dia bertemu dengan calon tunangannya itu melalui aplikasi tersebut. Orang-orang yang menjadi anggota dari aplikasi tersebut adalah orang-orang yang berkualitas tinggi, mapan dari segi finansial, dan yang pasti siap untuk menikah.
Karena penasaran, Angel mencoba mengunduh aplikasi tersebut. Setelah terunduh, dia mendaftar jadi anggota. Usai terdaftar, dia memulai ritual-ritual seperti orang-orang pada umumnya, yaitu observasi, geser kanan geser kiri, lalu balas pesan.
Manda menggoda Angel yang begitu antusias menggunakan aplikasi CMB. “Ciee ciee … yang mau cari jodoh serius amat.” Angel pun terkekeh. Akhirnya, pesanan mereka pun datang. Angel segera menghentikan aktivitasnya karena ingin menyantap makan siangnya terlebih dahulu.
Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Saatnya Angel kembali ke tempat kerjanya. Dia pun terpaksa berpamitan dengan Manda, walau hatinya masih ingin berbincang-bincang dengan Manda.
Sesampainya di kantor, Angel diam-diam memerhatikan Alex. Dia ingin melihat apakah sekretaris barunya itu benar-benar bekerja atau hanya main-main saja? Ternyata, Alex begitu serius mengerjakan tugasnya. Karena penasaran, Angel menghampiri meja kerja Alex, menanyakan progres kerjanya sudah sampai mana.
“Sebentar lagi selesai, Bu Angel.” jawab Alex yang masih berkutat dengan laptopnya. Bukan Angel namanya kalau tidak perhatian kepada anak buahnya. Wanita itu memberikan segelas cappuccino dan sebuah croissant kepada sekretarisnya itu. Dia mengetahui kalau Alex sangat menyukai jenis kopi dan roti tersebut. “Makanlah selagi hangat, kalau dingin tidak akan enak rasanya!” titah Angel sambil berlalu.
Alex terperangah melihat tindakan General Manager-nya itu. Dia tidak menyangka bahwa Angel adalah seorang pimpinan yang baik. Kini, Alex jadi mengetahui alasan Sigit tidak mau dipindahkan ke divisi lain karena Angel memerlakukannya dengan sangat baik.
Di tengah sibuknya menyelesaikan pekerjaan, Angel mendapat pesan dari seseorang yang tak dikenal. “Hai Angel! Long time no see!” Angel mengernyitkan dahi ketika membaca pesan tersebut. “Siapa sih nih orang nggak jelas banget tiba-tiba kirim pesan kayak gini?” keluh Angel sambil menghapus pesan tersebut.
Tak lama kemudian, Alex datang menyerahkan semua berkas yang sudah dia kerjakan. Angel langsung memeriksa berkas-berkas tersebut dengan seksama. Masih ada beberapa bagian yang harus direvisi oleh Alex. Tanpa protes, Alex menyanggupinya.
Lagi-lagi, Angel mendapat pesan dari orang itu. “Angel, mengapa pesanku tidak dibalas? Apakah kamu sudah tidak mengenalku lagi?”
Karena penasaran, Angel membalas pesan tersebut, “Maaf ini dengan siapa?”
“Masa nggak kenal sih? Coba kamu ingat-ingat lagi aku ini siapa?”
Bukannya menjawab, seseorang itu malah memberi teka-teki kepada Angel. Karena kesal, Angel menghubungi nomor tersebut. Orang itu tidak mengangkat-angkat panggilan telepon darinya, seolah-olah ingin membuat Angel penasaran.
Tak habis akal, Angel meminta bantuan Alex untuk menghubungi nomor tersebut melalui ponsel sekretarisnya itu. Sebelumnya, Angel menyuruh Alex untuk mengaktifkan pengeras suara di ponselnya. Tak perlu menunggu lama, orang misterius itu mengangkat panggilan telepon dari nomor Alex. “Halo!“
Betapa terkejutnya Angel ketika mendengar suara pria yang menjawab telepon Alex. Suara itu mengingatkan Angel pada masa lalunya yang begitu pahit. Tak terasa, wanita itu menitikkan air mata dengan tatapan yang kosong. Melihat hal itu, Alex yang peka segera menutup panggilan teleponnya, lalu memeluk Angel. Sang GM sama sekali tak bergeming dan tiba-tiba saja …
"Aku janji akan menemuimu akhir bulan ini." ucap Benny. "Benarkah? Abang tidak bohong, kan?" tanya Angel untuk meyakinkan hatinya. "Tidaklah, Angel. Untuk apa Abang bohong sama kamu? Nanti Abang jadi dapat dosa dong?" jawab Benny sambil terkekeh. Di seberang sana, Angel tersenyum sumringah ketika mendengar jawaban dari Benny."Baiklah kalau begitu. Aku percaya dengan ucapan Abang. Hehmm ... jadi tidak sabar ingin cepat bertemu." ucap Angel. "Iya, pokoknya kamu sabar dulu ya Angel! Sebentar lagi kita akan bertemu. Oh iya, berhubung sudah larut malam, Abang sudahi dulu ya obrolannya! Kamu istirahat yang cukup, jangan begadang! Tidak baik untuk kesehatanmu." ujar Benny. "Iya, Abang! Ya sudah, aku tutup ya teleponnya? Selamat malam, Bang Benny! Semoga tidurnya nyenyak!" Benny hanya mengiyakan. Perbincangan mereka selesai sampai di situ. Karena sudah lelah, Angel pun segera naik ke tempat tidur, kemudian mengambil posisi untuk tidur. Saking senangnya, Angel kesulitan untuk memejamkan
Perkenalan Angel dan Yudha tidak berjalan dengan baik. Secara terang-terangan, Yudha mengungkapkan rasa sukanya kepada rekan kerjanya itu di akun Instagramnya, tanpa memikirkan perasaan Angel. Dia sama sekali tidak punya perasaan.Angel tidak bisa berkata apa-apa setelah mengetahui kenyataan pahit tersebut. Dia pun tidak mau berlarut-larut tenggelam dalam rasa kecewa. Pada akhirnya, dia memblokir nomor Yudha, lalu menghapusnya. Dia berusaha ikhlas menerima kenyataan yang telah menimpanya. Angel beraktivitas kembali seperti semula. Kali ini, dia begitu bersemangat dalam bekerja. Dia menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum deadline. Hal itu membuat Bu Vanya keheranan, "Tumben kamu kerjanya cepat? Biasanya kan kamu suka keteteran?"Angel hanya menjawab dengan singkat dengan nada yang begitu santai, "Sekarang saya sudah terbiasa, Bu."Pada jam istirahat, Angel duduk sendiri di kantin. Dia seorang yang introvert, sehingga dia lebih suka menyendiri daripada berbaur dengan orang lain. Ketik
Sambil memejamkan mata, Angel meng-klik tombol 'Daftar'. Alhasil, muncullah sebuah kalimat "Selamat! Anda terdaftar di komunitas Menikah Yuk!" di layar leptopnya. Perlahan-lahan, wanita itu membuka kedua matanya. Alangkah terkejutnya dia melihat tulisan tersebut. "Ya Tuhan, aku tak menyangka akan mengikuti komunitas semacam ini!"Baru saja daftar, Angel menerima banyak notifikasi pesan masuk di beranda profilnya. Dia membaca satu per satu pesan tersebut sambil mengecek profil pengirimnya. Wanita itu terkejut bukan main. Karena kebanyakan dari mereka adalah pria berusia 35 tahun ke atas.Namun, ada satu akun yang mampu menarik perhatian Angel. Namanya Yudha. Umurnya 30 tahun. Berasal dari Banyumas. Tinggi badan 165 cm, berat badan 70 kg. Dia bekerja sebagai Engineering di United Tractor. Hobinya olahraga sepeda dan kulineran. Kriteria wanita idamannya yaitu sama-sama suka olahraga, seiman, cantik, pintar, dan bisa diajak diskusi."Wah wah! Ribet juga ya kriterianya. Aku jadi penasaran,
" ... sudah waktunya kamu memiliki pasangan hidup." lanjut Ibu. Angel hanya terdiam. Baginya, kalimat itu cukup sederhana untuk diucapkan, namun begitu menyakitkan bila didengar. "Bukankah tiga tahun yang lalu, Ibu menginginkanku untuk fokus pada karirku hingga usia 27 tahun? Lantas, mengapa sekarang Ibu mendesakku untuk menikah?" tanya Angel terheran-heran. "Bukannya mendesak, Angel. Ibu hanya sekadar mengingatkan. Saudara sepupumu saja sudah banyak yang menikah di usia muda. Masa kamu belum?" Pernyataan Ibu seolah-olah menyindir Angel. Merasa tak terima diolok-olok seperti itu, dia pun membalas perkataan Ibunya, "Ini semua kan salah Ibu sendiri. Mengapa waktu itu, Ibu tidak merestui hubunganku dengan Ardi? Kalau saja Ibu merestui hubungan kita berdua, mungkin sekarang ... aku sudah berkeluarga dan Ibu tidak akan malu di hadapan saudara-saudara Ibu." Mendengar hal tersebut, Ibu langsung marah. Wajahnya memerah seperti buah tomat yang sudah matang. Wanita tua itu mulai meninggika
"Hah! Apa aku tidak salah lihat?" batin Angel. Baru kali ini dia melihat ada orang seaneh itu parasnya. Selain itu, lingkungan di dalam pabriknya pun sangat tidak nyaman. Banyak kabel berserakan dimana-mana dan juga kondisi bangunannya pun sudah lapuk.Angel merasa risih melihat para pekerja dari tadi memerhatikannya. Tatapan mereka layaknya singa kelaparan yang sedang mengawasi mangsanya. Dia pun berusaha untuk tidak menghiraukannya.Para pekerja terheran-heran melihat kedatangan Angel. Beberapa dari mereka pun banyak yang berbisik-bisik."Siapa ya wanita cantik itu?""Kayaknya dia pengganti Bang Jono deh.""Ah masa sih? Emang dia bisa jadi Supervisor di pabrik ini?"Emang dia bakal betah kerja di sini?""Entahlah, sepertinya dia akan
Sebelum berpamitan, Riki memberi sesuatu kepada Angel. Ternyata, itu sebuah kartu nama. Angel menerima kartu tersebut, kemudian membacanya. Tiba-tiba, matanya terbelalak. Dia terkejut ketika melihat tulisan "CEO" tersemat di bawah nama Riki. Riki heran ketika melihat mimik wajah Angel seperti itu. Dia bertanya, "Kenapa Gel? Kok kamu melotot kayak gitu? Apa ada yang aneh dengan tulisannya?" Angel menyangkal, "Oh nggak kok, Ki, nggak ada yang aneh. Cuma ... kamu hebat aja gitu udah jadi CEO di umur segini." Riki terkekeh, "Kamu bisa aja Gel. Lagian, aku cuma nerusin usaha papaku, jadi nggak ada yang istimewa. Nah berhubung aku lagi butuh karyawan, kamu mau nggak kerja di perusahaanku? Jika kamu berminat, besok kamu bisa langsung dateng ke kantorku. Alamatnya sudah tertera di kartu itu." &nbs