Share

Bab 2

"Miss Sanders ini untukmu."

"Untukku? dari siapa?"

Gadis itu langsung berlalu tanpa memperdulikan pertanyaan sang guru dari siapa setangkai bunga mawar itu berasal.

"Miss Sanders ini untukmu." Baru tiga langkah dari tempatnya menerima tangkai bunga pertama, Laura menerima setangkai mawar merah yang sama.

"Dari siapa sayang?"

Sama dengan sebelumnya Laura juga tidak mendapatkan jawaban dari salah satu muridnya.

"Miss Sanders ini untukmu."

Laura terus menerima bunga hingga tangkai ke tujuh, namun tidak satupun dari anak-anak itu memberikan jawaban kepadanya dari mana bunga itu berasal.

"Ada saja kelakuan anak-anak itu." Laura tersenyum sambil mencium tujuh tangkai bunga mawar yang di terima dari para muridnya itu.

"Selamat paaa.. gii aaa nak anak." Langkah kaki Laura melambat , melihat kelasnya di penuhi beraneka macam bunga.

"Selamat pagi Miss Sanders. " balas anak-anak didik nya yang sudah siap untuk belajar.

"Kenapa banyak sekali bunga di sini anak-anak? apakah ruangan ini mau di gunakan untuk acara pesta?" tanya Laura.

"Tidak Miss Sanders, semua bunga ini untukmu" Jawab seisi kelas itu bersamaan.

"Untukku?"

"Iyaaaa Miss Sanders "

"Tapi dari siapa?"

Seperti di luar tadi, Laura juga tidak menemukan jawaban dari pertanyaan nya.

Laura berjalan mendekati salah satu pot bunga yang terletak di lantai, lalu berjongkok dan mengambil sebuah kartu yang terselip di antara bunga itu.

Dear Laura,

Saya sudah mencari begitu banyak bunga ,

berharap menemukan satu yang paling indah,

namun sayang sekali tidak ada satupun yang secantik dirimu.

Dari

Calon menantu Ayahmu.

Laura tersenyum setelah membaca kartu itu , lalu melipatnya kembali dan menyelipkany di salah satu buku yang di bawanya.

Drrrrtttt.... Drrrttt...

Laura mengeluarkan ponsel dari tas nya, lalu meliriknya sesaat , sebuah nomor asing tertera di sana.

Namum dari photo yang tertera di kontak tersebut, Laura tahu siapa yang sedang menghubungi .

"Selamat pagi ibu guru cantik."

"Jadi kamu rupanya yang mengirimkan semuanya."

"Iya aku hanya sedang mencari sesuatu yang bisa mengalahkan kecantikan mu , sayangnya aku gagal karena tidak ada bunga yang lebih cantik darimu. "

"Sudan sudah cukup, kasihan murid-muridku jika kamu terus memberikan bualan seperti ini."

"Ini bukan bualan nona, ini kesungguhan. "

"Astaga kubilang cukup, aku benar-benar kasihan dengan murid-muridku yang sedang menunggu ku."

"Kasihan kenapa?"

"Kasihan karena aku akan terbang dan gagal mengajar mereka. " Balas Laura dengan senyuman yang terus menghias bibirnya.

"Hahahaha ternyata kamu juga bisa membual"

"Sudah sudah cukup aku harus mulai mengajar mereka."

"Baiklah kalau begitu sampai bertemu lagi nanti sore"

"Nanti sore? ada apa memangnya?"

"Selamat mengajar.. bye.." Liam menutup telephon tanpa memberikan kesempatan bertanya kepada Laura.

Klik...

"Ada apa memangnya nanti sore? seingat ku kami tidak ada janji bertemu sore ini, Dasar pria aneh." Lanjutnya dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.

"Ciye ciye... Miss Sanders sedang di telephon pacarnya, makanya senyum-senyum sendiri. " goda beberapa muridnya.

"Sssttt anak kecil tidak boleh membicarakan urusan orang dewasa.. " Laura meletakkan telunjuk nya di depan bibirnya.

"Ciye Ciye..." Anak-anak itu tak berhenti menggoda Laura.

**********

Laura beberapa kali melirik kaca spion motornya, perasaannya tidak menentu karena merasa ada sebuah motor di belakang nya yang mencoba untuk mengikuti dirinya.

"Siapa mereka, kenapa mereka mengikuti ku." Batin Laura.

Laura memutar gas motornya lebih keras, tujuannya agar motor yang di kendarai bisa melaju dengan keras, namun apa mau di kata sekuter matic nya itu memang di rancang oleh sang ayah agar tidak bisa melaju dengan kencang, tentu saja maksud nya agar Laura tidak mengebut di jalanan.

"Oh my God mereka semakin dekat." tangannya terasa basah oleh keringat karena rasa panik yang menderanya saat ini.

"Hai cantik... " terdengar suara seorang lelaki di balik helm teropong sedang memanggil dirinya.

"Pergi jangan ganggu saya " Laura menoleh sesaat ke arah dua orang yang sedang berboncengan di atas sebuah motor besar yang laju nya sengaja di samakan dengan motor Laura.

"Jangan sombong begitu dong cantik." ucap lelaki itu lagi .

Laura enggan menoleh, lalu menambah kecepatan motor nya , namun sepertinya usahanya sia-sia, karena kecepatan motor nya tetap tidak bertambah.

"awwww.... tolong." motor Laura terguling ke samping karena motor yang mengikuti nya itu sudah berada di depanya dan terpaksa Laura harus menekan rem secara mendadak.

"Jangan takut cantik, tenang saja kami bukan orang jahat. " Ucap salah satu lelaki itu sambil berjongkok mendekati Laura.

"Pergi kalian jangan ganggu saya, atau saya akan Teriak. "

"Take easy cantik, lagipula kalau kamu berteriak pun siapa yang akan membantu mu di tempat yang sepi seperti ini." Ucap Pria itu mencoba menyentuh dagu Laura.

"Brengsek , jangan senyuh saya." Laura mengelak lalu menghentqkkan tangan pria itu dari dagunya.

"wiiihh galak sekali, semakin galak semakin menantang hahahahaha." tawa dua lelaki yang sudah melepas kan helm teropong nya masing-masing, namun master masih menutup wajah keduanya.

"Bawa saja bro." Perintah salah satu lelaki itu.

"Iya aku jadi penasaran, gadis seperti ini kira-kira masih perawan tidak ya."

"Yasudah kita buktikan saja."

Laura mencoba bangkit dan berlari dari dua lelaki yang semakin kurang ajar.

"eiitts mau kemana kamu cantik." Dua pria kelar itu berhasil menangkap tubuh mungil Laura.

"Jangan tolong ... lepaskan saya kumohon lepaskan saya." Laura terus memohon sambil memukul tangan laki-laki yang sudah melingkar di perut, Kaki Laura yang menggantung terus bergerak mencoba berontak agar lelaki itu menurunkan tubuhnya.

"Lepassss lepaskan..."

"Bawa dia ke rumah itu Bro, kupinggirkan dulu motor kita dan juga motor gadis itu.

Salah satu pria itu terus menggendong Laura sambil menunggu rekannya memarkir motor nya .

Dua pria itu berhasil mengikat tubuh Laura di sebuah ranjang di dalam rumah kosong itu.

"Aaaaaa.... tolooooong tolooooong... "Laura berteriak sekencang mungkin, saat merasakan sentuhan dari dua pria yang wajahnya tertutup masker itu.

"Jangan sentuh saya tolong jangan sentuh saya." Air mata Laura mengucur deras saat blazer yang di pakai berhasil di lucuti oleh dua lelaki itu.

********

Liam mengemudikan mobil nya dengan kecepatan di bawah rata-rata , matanya lurus ke depan memperhatikan dua buah motor yang saling berkejaran.

Satu sekuter matic yang di kendarai seorang gadis yanh berusaha menjauh dari dua pengendara motor besar yang terus mengekori dirinya.

Liam terus menjaga jarak agar tidak sampai kentara bahwa dia sedang memperhatikan dua motor tersebut.

Liam ikut berhenti saat dua motor itu juga berhenti.

Liam keluar dari mobil nya bergerak pelan mengikuti kemana dua lelaki itu membawa Laura pergi.

"Apa yang akan mereka lakukan pada Laura."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status