Share

Aphrodite
Aphrodite
Penulis: Irzadya

Aya dan Masalahnya

Ruang kelas yang awalnya begitu sunyi kini menjadi riuh karena jam kelas telah selesai, semua mahasiswa/i berbondong bondong untuk keluar kelas, namun beberapa hanya berdiam diri didalam ruang kelas, tidak berniat sama sekali untuk pulang atau kekantin, memilih untuk menunggu sudah sepi baru mereka akan keluar.

Gadis dengan rambut cepol dan kacamata pantos itu sibuk dengan beberapa buku yang harus ia kembalikan ke perpustakaan karna waktu peminjamannya telah berakhir, untung saja ia sudah membaca dan mempelajari semuanya.

"AYA!"

Baru saja Aya keluar dari ruang kelasnya ia sudah dikejutkan oleh suara Karina, Karina dan Aya itu tetangga namun sayangnya mereka berbeda jurusan, Aya dijurusan psikologi sedangkan Karina jurusan sastra indonesia.

"Karina?"

"Kamu tau ngga, Ay?" ucap Karina

"kamu mau gibah ya?" tebak Aya

Bisa dikatakan Aya dan Karina itu teman dekat, tak heran karna mereka sudah berteman sejak kecil, lebih tepatnya sejak aya pindah kerumah tak jauh dari rumah Karina.

"curang! kok tau? nanti aja deh pas diperpustakaan" ucap Karina lalu menarik tangan aya agar lebih cepat berjalan.

Sesampainya diperpustakaan Aya langsung mengembalikan tiga buku yang ia pinjam seminggu yang lalu, sedangkan Karina, gadis itu malah langsung duduk ketempat paling pojok, berbedanya perpustakaan Cartagena University tidak terlalu ramai, hanya beberapa anak ambis saja yang sering kesini.

"jadi, kamu mau cerita apa?" tanya Aya

"Gini Ay, aku mau cerita tentang leo menurut info yang baru aja aku dapat"

"Dia jadian sama adek kamu hari ini, padahal keliatan banget Leo suka sama kamu dari dulu" lanjut Karina

Aya terdiam, mungkin selama ini ia yang terlalu percaya diri bahwa Leo menyukainya juga, perhatian Leo kepadanya, belajar bersama agar bisa masuk Cartagena University,  dengan jalur SNMPTN, ternyata itu hal wajar yang sering dilakukan Leo kepada orang lain pada umumnya, kenyataannya laki laki itu menyukai kembaran Aya sendiri.

Alara Lilyana, dia merupakan kembaran Ayara yang hanya berbeda sebelas menit, saat umur Ayara dan Alara lima tahun, bunda dan ayah nya berpisah karna ayahnya yang selalu selingkuh dan melakukan kekerasan pada bunda, saat masih berusia lima tahun alara dipaksa ikut dengan ayahnya, awalnya gadis ity masih sering berkunjung kerumah bunda dengan diam diam,  dan saat berusia empat belas tahun alara sama sekali tidak mau bertemu bunda lagi, entah apapun alasannya namun dikampus pun Alara memberi tahu pada temannya Ayara hanya sepupunya.

Kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya meninggalkan trauma yang besar dihidup bundanya, ia saksi melihat bundanya yang harus dibawa bolak balik psikiater setiap minggunya selama tiga tahun lebih, Ayara sering dititipkan ke rumah karina selama beberapa tahun hingga akhirnya bundanya berangsur sembuh dan memulai hidup baru.

Kekerasan yang dilakukan ayahnya bukan hanya memukuli ibunya setiap hari, namun juga menjual rumah pemberian sang kakek, mengambil barang barang berharga bunda, mengambil paksa salah satu anaknya dan lain lain.

Ia kadang sedikit bingung mengapa ayahnya malah menjadi sukses setelah perbuatan keji nya? sedangkan bundanya harus menderita setiap hari, ayahnya memang tak menikah lagi namun tak jarang ia mendengar kabar bahwa ayahnya selalu berkencan dengan artis papan atas.

"Aya? are u okay?" ucap Karina sambil melambai lambaikan tangannya didepan wajah Aya.

"eh iya?"

"kamu kenapa? soal Leo ya? udah gausah dipikirin lagian juga banyak cowo lain" ucap Karina sambil menepuk bahu Aya

"ah engga bukan itu rin, udahla ayo kita pulang, aku mau tidur soalnya nanti malam aku harus kerja" ucap Aya mengalihkan topik pembicaraan.

Rasanya Karina ingin sekali menjawab namun ia urungkan karna takut Aya semakin sedih, ia memilih mengikuti Aya saja.

Koridor kampus lumayan sepi, tidak terlalu ramai seperti tadi, Aya dan Karina mempercepat jalan mereka karena mereka ingin segera pulang dan istirahat.

"Aya? bisa ikut ibu keruangan sebentar?" ucap dosen wali, ibu wendy.

Aya menoleh dan menatap Karina, mengisyaratkan bahwa gadis itu duluan saja, setidaknya menunggu dikantin agar tidak bosan.

Netranya menuju kembali kearah bu wendy dan mengangguk, gadis itu berjalan mengikuti bu wendy untuk keruangan dosen wali nya itu.

Diruangan Bu Wendy nampaknya Aya tampak cukup gelisah, beberapa kali gadis itu menghembuskan nafasnya kasar dan menggenggam tangannya sendiri.

"Aya, Ibu mau bertanya kapan kamu akan bayar SPP semester lima dan enam ini? ini sudah masuk semester enam, sebenarnya ibu masih bisa membayari kamu dulu untuk semester lima dan enam ini"

Aya menunduk, membiarkan Bu Wendy meneruskan ucapannya.

"Ibu akan tutupi sementara untuk SPP kamu ini, ibu beri satu minggu untuk gantinya, maaf ya nak bukan Ibu ngga bisa kasih kamu waktu yang lama, tapi dua anak akan masuk ke universitas luar dan ibu harus punya banyak biaya."

Aya mengangguk, ia mengucap syukur dalam hati, ia bingung harus senang atau sedih, senang karena SPP nya akhirnya lunas untuk semester ini, namun sedih harus menghasilkan uang sebesar sepuluh juta dari mana, sedangkan ia hanya kerja part time di sebuah minimarket, dan ibunya yang hanya seorang tukang kue.

......

Helaan nafas berat terdengar pada seorang gadis yang kini diam sembari berpikir uang sepuluh juta bagaimana ia bisa mendapatkannya dalam seminggu.

Decitan pintu membuat wanita paruh baya itu spontan menoleh, ia mendapati anak gadisnya yang baru saja pulang dari kampus namun kali ini sedikit berbeda, anaknya tidak seceria biasanya.

"Aya pulang"

Gadis bernama Aya itu menghampiri bunda nya yang sedang berada duduk disofa sembari memegang kalkulator dan lembaran lembaran yang Aya yakini adalah bahan kue yang harus bundanya beli.

"Aya, udah pulang? kenapa telat? Aya ada kelas tambahan ya?" tanya bundanya sembari melepas kalkulator ditangannya lalu mengusap kepala anak gadisnya.

Aya menggeleng pelan, kadang ia heran dengan bundanya yang selalu memperhatikannya padahal bundanya sendiri mempunyai kerjaan yang cukup banyak.

"Bun akhir akhir ini pendapatkan lagi nurun ya?" tanya aya

"Aya tau dari mana? gapapa nak pembeli sepi itu udah biasa namanya juga jualan"

Dengan ragu ragu Aya memberikan selembar kertas nota yang dari tadi ia pegang, jujur saja ia cukup takut bundanya akan marah melihat tagihan SPP belum lagi biaya gedung, apalagi semua tagiahan ini seharga dengan biaya hidupnya dan bundanya selama setengah tahun lebih.

Bunda merapatkan bibirnya dan helaan nafas terdengar "jadi aya murung karna mikirin ini?" tanya bunda.

Aya mengangguk pelan ia makin merasa menjadi beban untuk bundanya akhir akhir ini.

"Aya jangan terlalu pikirin ini, kan emang udah tanggung jawab bunda untuk kuliahin Aya, Aya masuk ke universitas unggul aja bunda udah bangga banget!"

bundanya tersenyum sembali mengusap kepala anak gadisnya, meskipun ia sendiri bingung bagaimana caranya ia mendapatkan uang sebanyak itu untuk minggu depan.

"Bun, apa Aya berhenti kuliah aja ya? senggaknya kita cuma bayar setengah dan—

baru saja aya akan menyelesaikan ucapannya namun dengan cepat bundanya memotong nya.

"BIG NO! kalau kamu berhenti gimana usaha kamu selama ini? gimana usaha kamu dari smp biar masuk ke cartagena? lagian aya kan udah semester enam emang beneran mau berhenti? apalagi semester tujuh Aya udah mulai skripsian? tinggal beberapa langkah lagi Aya sukses, yakin mau berhenti? engga kan?"

"tapi bun-

"udah sekarang yang penting kamu belajar yang rajin dan gausah pikirin soal uang, yang jelas minggu depan kamu udah bayar, ya?"

Aya mengangguk pasrah ia mengambil tasnya dan berniat untuk masuk kekamarnya agar segera istirahat dan langsung mengerjakan tugas yang diberikan dosennya, namun sebelum itu ia memeluk bunda dan mencium pipi bundanya berulang kali

" I love u bunda, makasih ya udah jadi bunda Aya"

"love u more Aya" ucap bundanya sembari membalas ciuman dipipi anak gadisnya.

......

Aya menghela nafasnya dengan kesal,  ia menatap jam dinding yang sedang menunjukkan pukul satu malam.

Ia memang bekerja part time saat malam, dari jam tujuh malam hingga jam tiga pagi.

Gadis itu masih memikirkan soal tagihan yang harus ia bayar, bahkan uang gajinya saja tak akan cukup untuk membayar tagiahn minggu depan, gaji yang ia dapat hanya seperempat dari tagihan tersebut.

Aya bagian menata barang barang yang harus disusun rapi ditempatnya, dan juga ia bagian mengawasi setiap pembeli agar terhindarnya ke malingan.

Setelah beberapa barang yang tadi baru saja diantar dan sudah ia susun ditempatnya, Aya mengambil beberapa makanan dan roti.

"Ay, jangan lupa bayar ya atau ngga potong gaji harian hari ini" ucap Aruna, teman Aya bekerja diminimarket atau penjaga kasir.

Aya menggeleng seraya tersenyum.

"Ini udah expired beberapa hari yang lalu, kata boss barang yang expired gratis" ucap Aya sembari memasukan roti isi coklat ke mulutnya.

"Emang enak? lagian itu bikin kamu sakit perut Ay"

Aya menggeleng, ia sudah biasa memakan makanan exipired ketika tidak mempunyai uang sama sekali, ataupun saat ia sedang berhemat.

"Enak kok aku udah biasa, cuma rotinya jadi agak keras, untuk isinya masih enak"

Aruna hanya mengangguk, Sedangkan Aya kembali menghela nafasnya kasar masih bingung tentang tagihan yang harus ia bayar.

"Kamu kenapa Ay?"

"Aku harus bayar tagihan SPP aku selama dua semester Na, sebenarnya udah ditutupin sama dosen wali, cuma dia minta diganti minggu depan karena dia butuh biaya tambahan untuk kuliah anaknya diluar negri"

Aruna diam dan menatap Aya dengan tidak tega, Hidup Aya hampir sama dengannya, namun ia memilih untuk berhenti sekolah dan memilih menikah dibawah umur, sekarang ia cukup menyesal, ia juga berhenti sekolah karena kekurangan biaya, itulah ia bekerja giat dan memilih untuk menabung dari sekarang untuk anaknya sekolah, umur Aya dan Aruna sama, dua puluh tahun, dan sekarang Aruna sudah bercerai dengan suaminya.

Aruna menepuk bahu Aya.

"Besok kerumah aku aja Ay, aku ada setengah, balikinnya tahun depan juga ngga papa."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. mau follow akun sosmed nya dong kalo boleh?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status