Share

Persiapan

Sejujurnya Aya cukup merasa canggung sekarang, didepannya sudah ada keluarga maheswara, ada juga anak perempuan yang berbeda tiga tahun dengannya namun ia agak takut mengajaknya berbicara. 

"Aya, ajak Nara kekamar kamu sana" ucap bunda

Aya mengangguk, meskipun merasa canggung ia tetap berusaha mencoba akrab pada Nara, ia mulai menuju kamarnya diikuti Nara dibelakangnya. 

Kamar berukuran 3x3 dengan tema vintage itu tampak rapi, buku buku yang tertata rapi di raknya, meja belajar yang bersih tanpa debu ataupun noda, dan udara yang cukup dingin, membuat siapa saja akan merasa nyaman disana. 

"kakak kuliah diCartagena ya?" 

Aya mengangguk dan tersenyum, setidaknya dugaannya tentang Nara bahwa gadis itu akan sinis padanya adalah salah, ia baru bertanya saja sudah bisa ditebak kalau ia ramah. 

"Iya, kamu sekolah dimana?" tanya Aya

"Aku diAntrophodia art school, sebenernya aku pengen masuk sma negri biasa, tapi aku lebih punya minat di music opera" 

Aya lagi lagi terdiam, siapa yang tidak tau Antrophodia art school? muridnya berasal dari penjuru negri bahkan spp nya saja mencapai tujuh puluh juta perbulan, dengan fasilitas yang mewah, bahkan tampil diluar negri setiap tahunnya. 

Murid murid disana paling kecil mendapatkan nilai rata rata 98, sedangkan nilai rata rata Aya saja sewaktu sma sudah 98 namun ia menjadi peringkat satu, disana persaingan cukup ketat, siapa saja yang berasal dari keluarga berkasta tinggi tidak segan segan melakukan apapun demi memasukkan anaknya ke cartegana. 

"kamu kelas dua belas ya?" tanya Aya

"Iya kak, kakak kuliah jurusan apa?" ucap Nara

"Kalau gitu gausah panggil aku kakak, panggil aja Aya" ucap Aya

"Gaenak, kakak kan kakak iparku jadi aku harus panggil dengan sebutan kakak meskipun kita cuma beda tiga tahun"

"eum oke... oh iya aku jurusan psikologi, kamu sendiri rencananya mau lanjut dimana?" tanya Aya

"Rencananya aku lanjut diAntrophodia, dibagian univnya"

Aya mengangguk, suasana jadi canggung lagi sekarang, mereka bingung harus berbicara apa dan ini juga pertemuan awal mereka. 

"Kak Aya, kak Dipta mungkin bakal datang agak telat, gapapa kan?" 

Aya mengerutkan dahinya, Dipta siapa? ia benar benar tak tau, apakah Dipta itu yang akan dijodohkan dengannya? om om itu? yang kata karina brewokan? ah iya Dipta itu, seinget nya saja sebenarnya.

"dipta... siapa?" tanya Aya dengan ragu, sebenarnya sudah tau namun takut salah. 

Nara agak sedikit menganga, kakak dan kakak iparnya tidak tau nama pasangan mereka masing masing? Menurutnya juga Aya tipe orang pendiam lalu akan dijodohkan dengan kakaknya yang juga pendiam? bagaimana jadinya? bisa bisa mereka selama hidup tidak berbicara sama sekali. 

"kakak ngga tau? "

Aya menggeleng dengan polos. 

"Dipta itu kakak aku.. "

Aya merapatkan bibirnya, sedikit agak malu kenapa ia bahkan tidak tau nama laki laki yang akan dijodohkan dengannya, apa kata keluarga maheswara nanti kalau tau bahwa aya tidak mengetahui nama laki laki itu. 

"O-oh maaf" ucap Aya 

"Aya? Nara? ayo turun dulu nak"

Aya dan Rara menoleh, ternyata itu bunda, padahal mereka belum lima belas menit berbicara, namun langsung disuruh turun saja. 

Saat turun, Aya cukup kaget melihat sudah ada beberapa orang yang cukup sibuk, yang satu lagi sedang memegang sebuah katalog, satu lagi sibuk menelpon, satu lagi memperlihatkan bahan baju ke Imelda, dan yang lainnya juga sibuk berbincang dengan Danuar alias tuan maheswara. 

"Aya, sini nak"

Aya mendekat dan duduk disebelah Imelda, imelda sepertinya sedang memilih bahan untuk gaunnya nanti.

"Kamu lebih suka yang mana?" tanya Imelda

"eum.. " 

"kak ball gown cocok sama kakak!" ucap Nara

"ball gown bagus tapi sedikit ribet tante.. belum lagi ini acaranya private" ucap Aya

"don't call me tante, mama" koreksi Imelda

"jadi Aya suka yang mana?" lanjut Imelda

"gaun ini"

Aya menunjukan sebuah gaun yang dimana tampak seperti huruf A yakni bervolume dari bagian pinggang kebawah.

"A-line dress?" ucap Nara menimpali

"Nah iya itu" 

Aya mengangguk, lagi lagi ia cukup malu, ia tidak terlalu mengerti tentang semua ini, bahkan di gaun saja ia tidak mengerti namanya apa. 

"oke.. untuk dress wedding saya pilih jenis A-line dress, dan untuk ukur bajunya besok kalian ke sini saja" ucap imelda

Gaun yang terlihat sederhana namun terlihat aura mahalnya, harga gaun ini mencapai tiga puluh lima juta, namun bagi keluarga maheswara itu adalah hal yang tidak terlalu mahal, ah bahkan harga gaun ini hanya setengah dari spp Nara, bukan?. 

"Aya untuk tema nya kamu lebih suka indoor atau outdoor"

Kalau tadi Imelda yang bertanya sekarang giliran Danuar, laki laki paruh baya itu juga cukup excited dalam mengurus pernikahan anak pertamanya. 

"Aya lumayan bingung"

"bunda, menurut bunda bagusan indoor atau outdoor?" tanya Aya

"Loh? kamu yang mau nikah jadi kamu yang harus pilih" ucap bunda

"ayo kak Aya pilih aja, jangan malu malu" timpal Nara

"aku sebenernya suka tema outdoor dan vintage" ucap Aya pelan. 

"Oke tolong untuk temanya outdoor dan vintage" 

"Coba cek bagaimana cuaca tiga hari kedepan" 

"Cuaca untuk tiga hari kedepan cukup bagus dan berawan pak, cuacanya mungkin 20-25 derajat." 

Aya hanya bisa diam, dirinya masih tak menyangka bahwa ia sudah akan menikah tiga hari lagi, ada rasa sedih sekaligus senang, sedih karena ia harus meninggalkan bundanya namun senang karna rumah pemberian dari kakeknya jatuh lagi ketangan bundanya. 

"Aya sini dulu"

Aya menurut, ia pindah lagi ketempat duduk sebelah bundanya, bunda memegang tangan Aya dan tersenyum, tak menyangka anaknya sudah sedewasa ini, padahal rasanya dulu masih kemarin ia melihat Aya berlari kepelukannya.

"Aya, sebentar lagi Aya bakal jadi seorang istri"

"Aya harus hormat sama suami Aya, Aya jangan kurang ajar sama dia, kalau salah Aya minta maaf ke dia tapi kalau dia yang salah Aya yang harus juga ingatin dia, Aya harus inget kalau bisa nikah itu satu kali. seumur hidup, oke?"

"Bunda tau Aya mungkin bahkan belum kenal sama calon suami Aya, tapi nanti lama kelamaan aya bakal terbiasa sama dia"

"Aya denger bunda kan?"

Mendengar apa yang dijelaskan bunda, aya mengangguk, sosok bunda sangat berjasa dihidupnya, bunda benar benar terbaik. 

Terlalu sibuk dengan urusan masing masing hingga tak sadar bahwa laki laki dengan tinggi 1,87m dan jas hitam sudah berada didepan mereka. 

"Permisi"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status