Share

Artemis Hunter
Artemis Hunter
Author: ArinaAsh

Rubah Api ch. 1 : Peristiwa

Mobil polisi yang tengah berpatroli tampak lewat di depan apartemen. Mereka sesekali berhenti untuk menegur orang-orang yang masih berkeliaran. Ini hampir tengah malam, tetapi tidak seperti biasa, orang-orang telah menutup dan mengunci pintu. Ketakutan masih menggantung kental. Itu wajar karena kejadian beberapa hari yang lalu.

Aku menutup kelambu. Kopiku terasa hambar di tangan, membuatku tidak berniat menghabiskannya lagi. Di meja, foto-foto korban berserakan. Kulit-kulit yang terbakar, melempuh, bernanah, dan berkerut mengerikan. Wajahnya hampir tak bisa dikenali, padahal di sebelahnya, aku meletakkan foto gadis cantik yang tersenyum senang. Matanya bersinar senang, rambutnya yang pirang seperti karamel berkibar karena angin, dan ditangannya ada pom-pom.

Clarissa Jensky.

Usianya dua puluh satu tahun. Lima hari lalu ditemukan terbakar, tetapi api itu menyisakan baju dan identitasnya seolah api-api itu memilih apa yang akan dilahapnya. Penanggung jawabku memintaku kemari setelah kasusnya menghebohkan berita. Setidaknya, hanya berita lokal, tetapi ada ribuan orang yang bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Siapa yang membakarnya? Dan kenapa mereka melakukannya?

Berita-berita itu salah, pertanyaannya bukan siapa, melainkan apa? Apa yang membakar orang-orang ini dan untuk apa? Yang pasti mereka bukan manusia. Aku meminum kopi yang terasa hambar. Pekerjaanku benar-benar harus diburu-buru.

Ponselku kembali berkedip. Aku menimbang selama beberapa menit sebelum mengangkatnya. Adrenia segera menyembur saat aku menekan tombol terima.

“Astaga, Hyde! Bukankah sudah kukatakan jangan kesana! Itu misi yang terlalu berbahaya. Bukankah kau sudah berjanji untuk pensiun? Kau sudah melakukannya selama lima puluh tahun!”

“Ad,” desahku. “Tenang!”

“Seseorang dibakar sampai mati, Hyde!” jeritnya histeris. Dia terdiam sebentar menenangkan napas. “Kau sudah berjanji untuk berhenti sejak sepuluh tahun yang lalu, Hyde. Tidak ada yang membuatmu harus terus memenuhi tugasmu. Kau tidak bisa menjadi Pemburu Artemis selamanya.”

Aku mengganti topangan kaki. Ad adalah rekanku yang telah pensiun. Pemburu Artemis adalah gadis-gadis yang bertugas memastikan kehidupan supernatural tidak diendus oleh manusia. Kami menghukum mereka yang membuat ulah, melindungi mereka yang ingin hidup damai, dan memastikan mereka semua menaati peraturan yang telah dibuat jauh sebelum peradaban modern muncul.

Kemampuan dan tanggung jawab itu diberikan secara turun temurun. Kami disebut Pemburu Artemis karena selama kami mempertahankan kegadisan kami, maka tanggung jawab dan kemampuan kami sebagai makhluk setengah dewa—yang bahkan abadi—akan terus terjaga. Nama itu berasal dari Dewi Yunani. Artemis. Sang Dewi Perburuan, dewi Bulan, Dewi keperawanan. Kami dibesarkan untuk menjadi pemburu yang handal. Aku sudah melakukannya lima puluh tahun. Ibu membesarkanku sebagai pemburu Artemis, setelah menyesal karena meninggalkan ‘berkah’-nya demi seorang lelaki yang lari lima tahun setelah kelahiranku. Aku tidak ingat siapa ayahku dan kemana dia. Itu tidak penting.

Ibu meninggal saat aku berusia lima belas, dan sejak saat itu aku hidup sebagai Pemburu Artemis. Tinggal di akademi perburuan selama tiga tahun dan menerima pekerjaan kemana pun selama sisa waktu hidupku.

Sebagian besar Pemburu Artemis akan berhenti setelah melakukannya dalam sepuluh atau dua puluh tahun. Mereka akan menyerahkan tanggung jawabnya, melepaskan kegadisannya, dan melanjutkan hidup sebagai manusia. Beberapa dari mereka memiliki anak gadis, sebagian besar memberi tahu anak gadis mereka tentang takdir mereka sebagai setengah dewa. Sebagian besar melupakannya, dan membiarkan anak gadis mereka sebagai manusia.

Adrenia adalah orang terlama yang pernah kukenal. Dia melakukannya selama dua puluh tujuh tahun, dan berhenti lima tahun lalu setelah bertemu Theo. Mereka saling jatuh cinta, dan memutuskan menikah tiga tahun lalu. Saat ini dia sedang belajar menjadi wanita manusia biasa. Aku telah melihat banyak sekali pemburu Artemis yang berhenti. Artemis—nama organisasi kami secara keseluruhan—tidak mempermasalahkannya. Sejak awal, adalah pilihan kami untuk menjadi Pemburu Artemis. Akan tetapi, aku masih belum pernah berkenginan untuk berhenti.

Dua tahun lalu, sesuatu yang mengerikan terjadi. Mereka menyebutnya sebagai Gadis Rembulan, dan kasus itu ditutup. Kami tidak diperkenankan untuk menyelidiki atau membicarakannya. Akan tetapi, kejadian itu melibatkanku, dan aku tidak pernah bisa melupakannya. Karena itulah, Ad—sebagai rekan terlamaku—menghubungi lagi. Aku pernah berjanji segera berhenti sepuluh tahun lalu, tetapi aku tidak pernah melakukannya.

“Aku melakukannya karena ingin.”

“Apa ini karena Gadis Rembulan?”

“Tolong jangan katakan apa pun tentangnya, Ad!”

“Hydenia,” desah Adrenia lembut. “Kau harus melanjutkan hidup. Kau tidak bisa tinggal di keabadian selamanya. Hidup tidak hanya tentang memburu. Kita bisa melewatinya dengan damai.”

“Seperti yang kau lakukan?”

“Ya,” katanya riang. “Seperti yang kulakukan. Meskipun perlu waktu untuk membuatku tumbuh hingga usia dewasa manusia normal.”

“Kau hanya menunggu dua tahun,” cibirku. “Berapa usiamu saat menikah? Delapan belas?”

“Aku menulisnya dua puluh,” katanya, tidak mempedulikan cibiranku. “Aku menelepon bukan untuk menceritakan tentangku. Tetapi, apa kau yakin akan baik-baik saja? Kau melakukannya sendiri kan?”

Aku menjilat sudut bibir, lantas meletakkan gelas kopi di meja kaca. “Aku baik-baik saja. Jangan khawatir!”

“Apa kau punya rencana?”

“Yeah,” kataku, tidak berniat untuk menjelaskan lebih lanjut. Lagipula Ad telah pensiun dan aku tidak ingin membebaninya dengan kehidupan Supernatural yang telah dia lepaskan. Aku ingin dia hidup bahagia sebagai manusia. “Aku akan baik-baik saja. Hanya saja aku perlu tidur. Aku mengemudi delapan belas jam, baru sampai tadi sore.”

“Okay,” katanya. Dia terdiam sebentar. “Aku ingin mengatakan, bilang padaku bila perlu bantuan, tetapi aku sudah tidak bisa melakukan apa pun. Sungguh! Terkadang di saat-saat seperti ini, aku menyesal telah berhenti. Seharusnya aku bisa menemanimu di sana.”

“Semua akan baik-baik saja, Ad. Kau tidak perlu membebani dirimu.” Aku bisa mendengar Theo memanggil Ad samar-samar. Hal itu membuatku tersenyum. “Theo memanggilmu, katakan salamku padanya. Sampai jumpa!”

“Yeah,” jawab Ad linglung. “Aku serius tentang bila kau perlu bantuan. Kau tahu, selain hal perburuan, aku masih bisa berpikir kalau kau kesulitan menyelidiki sesuatu.”

Okay. Terima kasih. Itu akan sangat membantu.”

Aku memutus panggilan telepon. Sungguh beruntung bagiku memiliki rekan seperti Ad. Gadis kecil yang dulu kebingungan sekarang bahkan lebih tua dan lebih dewasa daripadaku. Aku tertawa kecil. Terkadang menjadi Abadi tidaklah menyenangkan. Melihat mereka yang terlahir sebelum aku, lantas tumbuh besar melampauiku bukan sesuatu yang menyenangkan.

Aku tidak memiliki saudara. Ibu tidak memiliki kerabat. Dia menjadi Pemburu Artemis cukup lama sehingga tidak ada kerabat yang mengingatnya. Sebenarnya, mereka yang bukan pemburu atau pasangan yang dipilih pemburu, tidak diperkenankan untuk mengetahui dunia ini. Selain karena mereka tidak memiliki kekuatan, itu juga untuk menghindari kebocoran rahasia dunia ini. Karena itulah, makhluk Supernatural tetap menjadi mitos yang tak bisa dibuktikan.

Black Stone adalah kota kecil yang dipenuhi energi spiritual. Berdasarkan penyelidikanku sebelumnya, ada jejak mengenai Gadis Rembulan yang mengarah ke sini. Karena itulah, saat mendengar peristiwa manusia terbakar itu, aku mengajukan diri menanganinya sendirian. Artemis menolak permintaanku, hingga kami berdebat cukup lama. Pada akhirnya, aku termasuk orang-orang tua di sana. Sehingga sulit bagi mereka menolak permintaanku.

Artemis sendiri memintaku berhenti mencari tahu, tetapi apa yang bisa kulakukan? Aku tak mungkin membiarkan kejadian itu begitu saja. Tidak ketika aku masih bisa merasakan dinginnya tangan yang penuh darah itu, sebelum menghilang seperti butiran debu.

Aku meletakkan gelas kopi ke meja kaca, lantas menatap map yang berisi berkas palsu untuk memasuki sekolah. Di sana, namaku tercetak dengan nama marga palsu. Hydenia Scott, dari Phoenix. Ditempeli foto formal. Aku menyusuri foto itu, rambut coklat yang menggelombang, mata kecoklatan yang menatap lurus ke kamera. Hidung mancung yang terasa polos. Tulang pipi yang sedikit naik sehingga tampak tirus. Senyum dipaksakan yang membuat foto itu terlihat aneh. Yah, apa yang bisa kulakukan? Aku tidak pernah menyukai foto dan telepon apalagi sekarang benda itu semakin rumit dengan teknologinya.

Sekolah adalah tempat yang paling baik untuk mencari informasi. Karena sekolah adalah salah satu tempat rumor dan spekulasi beredar kental. Berita cenderung menutupi informasi yang mengerikan dan mengisinya dengan spekulasi yang mereka rasa masuk akal. Akan tetapi, sekolah atau perkumpulan dan gosip adalah gudang informasi yang paling masuk akal. Setidaknya bagiku.

Mereka selalu mengaitkannya dengan mitos-mitos dan itulah yang kuperlukan. Manusia cenderung menceritakan sesuatu yang mereka rasa luar biasa. Makhluk-makhluk supernatural, terutama para remaja. Meskipun begitu, rumor tetaplah rumor yang harus dipilah. Setidaknya itu lebih baik daripada berita di televisi yang mencoba sebisa mungkin menceritakannya dengan spekulasi masuk akal menurut sains.

Sejak Artemis menyetujuinya, aku meminta untuk menjaga tempat ini setidaknya tiga tahun ke depan. Mereka menyetujuinya dengan ragu, dan bersikeras mencarikanku pendamping. Akan tetapi, aku merasa mereka mencarikanku pengawas daripada pendamping yang menyenangkan, sehingga aku menolaknya.

Aku menutup map penuh berkas masuk itu. Lantas membawa cangkir kopi itu, dan mencucinya.

“Sebaiknya aku tidur. Ada banyak hal yang harus kuselidiki tentang tempat ini.”

Setidaknya, aku harus mengungkap hal ini sebelum korban lain berjatuhan.

TBC

Comments (1)
goodnovel comment avatar
nursalasaumi
paling demen novel ginian, dari segi tata bahasa aja udah keren belum lagi alurnya padahal baru bab awal, harus dapet title best lah ini 🤍🤍
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status