Share

Atasanku Menggodaku
Atasanku Menggodaku
Author: Citrani

Bab 1

Author: Citrani
Atasanku benar-benar orang mesum!

Saat rapat, dia menemukan remot kecil milikku yang jatuh, lalu menekan kecepatan maksimal, membuatku tidak tahan!

Sebagai staf kecil di bagian administrasi, jika para bos rapat, tugasku hanya menyuguhkan teh dan air putih.

Tiba-tiba terdengar suara barang jatuh, sebuah remote kecil jatuh dari saku jas kerjaku.

Aku panik dan buru-buru ingin memungutnya.

Namun, sebuah tangan besar dengan jari-jari ramping lebih cepat dan mengambilnya terlebih dulu.

Ternyata itu adalah Direktur Pemasaran kami, Ben Darius, pria yang jadi bahan fantasi nomor satu di antara para wanita di kantor!

"Pak Ben .... Ah!"

Aku hendak bicara, tetapi seketika tubuhku terasa kesemutan dan gemetar.

Aku nyaris tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara.

Aku buru-buru menutup mulut dan merapatkan kedua kakiku.

Dengan ekspresi kesal dan sedih, aku menatap Ben yang tampak santai memainkan remote kontrol itu.

Di remote itu ada tombol bernomor dari satu sampai lima.

Itu menunjukkan lima tingkat kecepatan.

Sekarang, sepertinya dia sedang menekan tombol satu.

Untung saja saat itu ada orang yang sedang berbicara di ruang rapat, jadi suasananya agak bising.

Karena itu, tidak ada seorang pun yang menyadari adanya suara getaran aneh seperti suara lebah yang berasal dari dalam rok ketatku.

"Tolong, jangan pencet lagi."

Aku memohon dalam hati dengan putus asa.

Namun, yang terjadi justru sebaliknya.

Ben malah menekan tombol nomor dua sekali lagi!

Getaran yang ditimbulkan kali ini jauh lebih kuat.

Saking kuatnya, aku merasa seolah seluruh sarafku tersengat hingga tubuhku bergetar tak terkendali.

Aku sampai menggigit bibir sekeras mungkin agar tidak mengeluarkan suara.

Meski aku berdiri diam di tempat, kedua kakiku malah bergerak tanpa sadar, saling bergesekan dan ingin saling membelit.

Hanya dengan begitu, aku bisa merasa sedikit lebih nyaman.

"Bu Luna."

Ben tiba-tiba memanggil namaku. "Wajahmu kok merah? Apa AC-nya terlalu panas? Atau kamu sedang demam?"

Yang panas itu hatiku, oke?

"Nggak ... nggak apa-apa."

Aku hanya bisa menjawab dengan suara lirih nyaris tak terdengar.

"Tuangkan aku segelas air."

Ben menunjuk ke arah cangkirnya.

"Baik."

Dengan susah payah aku melangkah ke arahnya.

Aku mengangkat teko dan menuangkan air, bunyinya cukup keras.

Untung saja ada suara ini sebagai pengalihan, jadi orang lain tidak menyadari bahwa di dalam tubuhku ada sesuatu yang mulai berdetak pelan.

"Kenapa tanganmu gemetar?"

Ben bertanya sambil tersenyum tipis.

Tentu saja aku tidak mungkin jujur dan bilang ini semua salah dia.

"Tekonya agak berat."

Aku menjawab dengan gelisah.

"Kamu harus hati-hati, ya."

Ben tersenyum. Lalu, di depanku, dia ternyata sudah menekan tombol nomor tiga.

Astaga!

Level satu dan dua saja sudah membuatku sangat kacau, hampir tidak bisa menahannya.

Di atas level tiga semuanya adalah mode kecepatan tinggi!

Bukan cuma arus listriknya bertambah, frekuensinya juga meningkat, bahkan otomatis masuk ke mode gelombang kejut!

Aku dibuat kelabakan oleh rangsangan yang tiba-tiba meningkat tajam ini, rasanya seperti sedang berselancar.

Kadang aku melesat di puncak ombak, kadang terombang-ambing di lembahnya.

Terkadang seperti terjatuh ke kutub yang membekukan tulang, kadang seperti tercebur ke magma yang panasnya menggila.

Dalam naik turunnya perasaan itu, aku perlahan-lahan mulai kehilangan kendali.

"Ah!"

Tanganku gemetar, nyaris saja air panas dalam genggamanku tumpah ke wajah Ben yang luar biasa tampan itu.

Seberapa tampannya wajah itu?

Gosip yang sering kudengar adalah alasan Ben bisa menjadi direktur penjualan dengan prestasi yang luar biasa jauh di atas yang lain.

Itu karena dia 'menaklukkan' para klien wanita satu per satu.

Gigolo nomor satu di perusahaan!

"Hati-hati."

Ben sigap mengambil termosku dan meletakkannya di meja.

Tangan Ben sempat menopang pinggangku juga.

Sentuhan itu sungguh fatal!

Seluruh kehendak dan tenaga yang kumiliki saat ini tercurah pada perlawanan terhadap sensasi yang aneh, terkutuk, tetapi sungguh menggoda.

Tubuhku begitu rapuh dan sensitif.

Begitu Ben menahanku, tubuhku langsung lemas, aku tidak bisa mengontrol diri, bahkan sempat mendesah pelan sebelum jatuh ke tubuhnya!

Lelaki ini benar-benar kokoh!

Keras sekali!

Aroma hormon maskulin yang kental tercium di hidungku, membuatku sedikit lupa diri, bahkan merasa betah dan tidak ingin pergi!

Aku benar-benar tidak menyangka, meskipun terlihat kurus dari luar, tubuh Ben ternyata sangat bagus.

Bahkan melalui kemeja pun, aku bisa merasakan otot perutnya yang kencang!

"Kamu nggak apa-apa?"

Suara Ben terdengar di telingaku.

"Aku ... aku nggak apa-apa."

Aku ingin bangkit, tetapi tubuhku terasa lemas dan sama sekali tidak punya tenaga.

Aku sangat tergoda oleh aura maskulin yang menyelimuti Ben.

"Kamu benaran nggak apa-apa?"

Nada bicara Ben terdengar seperti sedang mengejek.

Dia bahkan menekan tombol ke level empat!

Aku tidak ingin ini terjadi!

Namun, aku sungguh tidak bisa mengendalikan diriku!

Tubuhku mulai dengan sendirinya mendekat dan bergesekan dengan tubuh Ben.

Meskipun aku tidak berani terlalu keras, tidak berani terlalu besar gerakannya, gesekan dan tekanan ini tetap membuat hasratku yang terus berteriak-teriak akhirnya sedikit terlampiaskan.

Aku merasa sangat bahagia sampai ingin menangis.

Namun, aku masih ingin lebih dari ini.

Akan tetapi, aku tidak berani!

Ini ruang rapat!

Awalnya, Ben duduk di pojok ruangan.

Peserta rapat semuanya sedang fokus melihat presentasi di layar besar, tidak ada yang memperhatikan aku dan Ben.

Namun, saat itu, aku langsung menelungkup di tubuh Ben dan langsung menarik perhatian.

Aku benar-benar ingin menghilang dari muka bumi!

Gila!

Aku benaran malu setengah mati hari ini!

Saat ini, Ben malah berbisik pelan di telingaku, "Celanaku kenapa basah?"

Aku benar-benar hampir gila karena malu dan kesal!

Namun, juga sangat merasa tidak adil!

Siapa suruh kamu iseng memainkan remote, bahkan sampai ke level empat pula.

"Bu Luna sedang nggak enak badan. Aku akan membantunya keluar sebentar."

Akhirnya, Ben mulai sadar diri dan memperlakukan orang lain dengan layak.

Dengan sangat sopan, dia berdiri dan membantuku berjalan keluar dari ruang rapat.

Aku benar-benar bersandar padanya, seperti hewan pemalas yang menempel di pohon.

Sebenarnya, aku sangat ingin merangkul leher Ben, mencari sandaran dan tempat bergantung.

Namun, aku malu.

Dalam kondisi tubuhku yang lemas dan kesemutan seperti ini, jika Ben hanya memapahku, langkahku akan sempoyongan ke sana kemari.

Seperti orang mabuk.

Saat aku merasa bingung dan tak tahu harus bagaimana, tiba-tiba ada sebuah tangan besar yang hangat dan kuat, diam-diam menopang bagian bawah pinggulku.

Tangan itu tersembunyi di balik jasku, jadi orang lain tidak bisa melihatnya.

Hanya aku yang benar-benar bisa merasakan kekuatan yang diberikan tangan itu!

Kekuatan itu bahkan terasa mendominasi!

Meski aku malu, aku justru menikmati rasa dominan itu.

Bahkan aku ingin menyesuaikan diri, menerima, dan menyambutnya.

Untungnya, aku masih punya rasa malu.

Aku tidak berani terlalu berbuat semaunya sendiri, hanya bisa membiarkan Ben menggendongku keluar dari ruang rapat.

"Tolong antar aku ke kamar mandi."

Di seberang lorong, ada sebuah cermin besar, biasanya dipakai para karyawan untuk merapikan penampilan.

Aku melihat diriku sendiri di cermin itu.

Wajahku memerah, pakaianku berantakan, pandanganku kosong, dan napasku terengah-engah.

Astaga!

Apa yang sudah aku lakukan hari ini?

Citra perempuan muda polos dan anggun yang sudah aku bangun selama bertahun-tahun jadi hancur gara-gara satu alat ini!

Ben mengantarku sampai ke pintu kamar mandi perempuan.

Aku berpegangan ke dinding, melangkah pelan-pelan masuk ke dalam.

Aku tidak berani berjalan cepat.

Sebenarnya aku ingin mengingatkan Ben agar mencuci tangan, tetapi mulutku benar-benar tidak bisa berbicara.

Dengan susah payah, aku masuk ke bilik toilet.

Tubuhku langsung lemas begitu duduk di atas toilet.

"Bzzz!"

Suaranya makin keras!

Sekarang bahkan ada efek lampu berkedip pula!

Sialan!

Dasar Ben berengsek! Dia menekan tombol lima!

Kamu sebegitu inginnya bermain, ya?

Aku merasa malu dan marah pada saat yang bersamaan!

Namun, aku tidak sempat memikirkan hal lain. Aku buru-buru menekan tombol siram di toilet.

Menggunakan suara air mengalir dari toilet untuk menutupi suara rintihan kecil yang selama ini kutahan dan akhirnya bisa sedikit dikeluarkan.

Dengan tangan gemetar, aku membuka rokkuyang ketat, lalu melepas stoking mengkilap itu.

Seperti melampiaskan kemarahan, aku melemparkan benda kecil berwarna pink yang masih bergetar itu ke lantai.

Aku menghela napas panjang.

Akhirnya bebas juga!

Sahabat sialan, kamu benar-benar telah mencelakakanku!
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Atasanku Menggodaku   Bab 9

    Jessy benar-benar pergi mencari presdir untuk mengadu.Jessy berharap presdir bisa menggunakan kekuasaannya untuk memecatku dan memaksa Ben berpacaran dengannya.Namun, kenyataannya sangat mengecewakan.Jessy justru dimarahi habis-habisan oleh presdir, dicopot dari posisinya sebagai asisten CEO, dan dilarang datang lagi ke perusahaan.Bahkan kartu ID perusahaannya juga langsung diblokir.Saat itu, Jessy benar-benar syok.Presdir kemudian secara khusus datang menemuiku, menenangkan aku agar tidak perlu khawatir.Dia menyuruhku fokus bekerja dan menjalin hubungan dengan Ben dengan tenang.Perusahaan bahkan akan memberikan dukungan penuh!Aku jadi serba salah, tidak tahu harus menangis atau ketawa.Saat itulah aku baru tahu, ternyata Ben, sebagai direktur pemasaran, menyumbang 60% dari total performa perusahaan.Ben juga memiliki banyak koneksi untuk mendapatkan klien.Jika perusahaan memecat Ben, banyak perusahaan lain yang akan memperebutkannya.Sebaliknya, justru perusahaan kami sendir

  • Atasanku Menggodaku   Bab 8

    Ben pergi dinas ke Negara Madid dan aku menemaninya sepanjang waktu.Kami bekerja sama dengan sangat kompak dan berhasil mengamankan kontrak senilai delapan digit.Ekspresi Ben dihiasi senyuman dan aku juga sangat bahagia.Dalam hati, aku diam-diam menebak. "Kali ini kira-kira dapat bonus berapa, ya?"Begitu kembali ke kantor, Ben memanggilku masuk.Dia menyodorkan sebuah kartu ATM padaku. "Ini bonusmu. Kata sandinya tanggal lahirmu.""Berapa banyak sih? Sampai dibuatkan kartu ATM terpisah segala?"Aku sangat senang sekali."Kalau mau ganti mobil, nggak masalah. Bukannya kamu suka banget merek Tesla?""Terima kasih, Pak Ben!"Aku kegirangan sampai mau melompat."Ada satu hadiah lagi. Ini dari aku pribadi."Ben melemparkan sebuah kotak kecil padaku.Begitu aku buka dan lihat isinya, wajahku langsung merah!Ternyata isinya motor mini elektrik impor dari Negara Loka.Tulisan dalam bahasa nasional dan Bahasa Loka di kemasan menjelaskan keunggulan produk ini.Ada 12 mode getaran.Desain bio

  • Atasanku Menggodaku   Bab 7

    Aku benar-benar tidak punya keberanian untuk meminta Ben tinggal malam ini.Aku keluar mengambil handuk basah, menyuruhnya membersihkan kotoran di tubuhnya, lalu ia pun pulang.Kunci mobil ditinggalkannya untukku, sedangkan ia sendiri pergi naik taksi.Keesokan harinya, aku mengendarai mobil BMW milik Ben. Saat baru saja sampai di depan kantor, sudah kulihat banyak orang berkerumun di pintu masuk.Ternyata itu Kai!Pria berengsek ini bahkan mengangkat sebuah spanduk bertuliskan: [Pria dan wanita bejat! Mereka bersekongkol jahat dan mempermainkan perasaanku. Kembalikan masa mudaku!]"Apa yang kamu lakukan?"Aku turun dari mobil dan langsung bertanya dengan nada tinggi."Apa lagi? Aku sedang menuntut keadilan!"Ekspresi Kai dipenuhi kebencian. "Luna! Sekarang, aku tahu kenapa kamu begitu tegas memutuskanku. Ternyata kamu berselingkuh dengan atasanmu! Huh! Nggak tahu malu!"Kai lalu mengeluarkan ponselnya."Semuanya lihat ini! Ini bukti yang aku rekam diam-diam semalam! Bukti perselingkuh

  • Atasanku Menggodaku   Bab 6

    Ben mengerutkan dahinya yang tampak tampan.Aku tidak berani lagi membantah.Karena Ben minum alkohol, dia tidak bisa mengemudi lagi.Sahabatku juga sudah terlalu banyak minum.Jadi, aku yang harus menjadi sopir dan mengemudikan mobil Ben.Awalnya kami berencana untuk mengantar Ben pulang terlebih dahulu, kemudian aku dan sahabatku akan naik taksi kembali ke tempat kost kami.Namun, Ben dengan sangat sopan berkata, "Antar kalian dulu saja. Temanmu sepertinya mabuk berat."Aku dan Ben bersama-sama menempatkan teman yang mabuk itu di kursi belakang mobil.Ben duduk di kursi depan, sementara aku mengemudi. Kami sampai di kompleks perumahan tempat kami menyewa."Ayo, aduh, kenapa kamu berat banget sih?"Aku membantu sahabatku masuk ke dalam lift.Namun, sahabatku ini sangat tidak bisa diam dan terus jatuh ke lantai."Biar aku bantu."Ben turun dari mobil. Kami bersama-sama menopang teman kami untuk naik ke lantai atas.Setelah keluar dari lift dan sampai di depan pintu, aku mencari kunci u

  • Atasanku Menggodaku   Bab 5

    Sahabat perempuanku menatap dua pria itu dengan mata yang sayu karena mabuk. "Kalian siapa? Aku nggak kenal kalian. Minggir!"Namun, kedua pria itu hanya menyeringai dan tetap tidak mau pergi. "Hei, Cantik, kenapa menolak orang begitu? Kalau seperti ini bisa bikin hati aku sakit, lho."Melihat sahabatku tetap tidak mau ikut mereka, dua pria itu langsung menarik tangannya.Mereka memaksanya berjalan ke arah sebuah mobil van yang terparkir di pinggir jalan.Ekspresiku langsung berubah dingin. Aku langsung tahu apa maksud dua pria itu!Mereka pelaku 'penjemputan mayat' di klub malam!Orang-orang seperti ini biasanya bersembunyi di depan bar atau klub malam, menunggu perempuan yang mabuk.Mereka akan menggunakan rayuan bahkan kekerasan untuk membawa perempuan itu ke hotel, penginapan, atau bahkan ke gang gelap terpencil untuk melakukan kejahatan.Bahkan ada yang merekam aksi mereka lalu mengunggah videonya ke internet, baik untuk pamer maupun mencari uang.Kabarnya, para bajingan ini bahka

  • Atasanku Menggodaku   Bab 4

    Duduk di kursi penumpang mobil BMW, aku terdiam tanpa berkata apa-apa.Jika dibandingkan dengan rasa malu saat di ruang rapat ketika ketahuan membawa alat itu oleh Ben.Maka kejadian barusan, saat Ben melihat tingkah memalukan Kai, justru membuatku merasa jauh lebih malu!Harga diriku seakan hancur lebur, aku tak tahu harus menaruh mukaku di mana!Aku merasa seperti berdiri di hadapan Ben dalam keadaan telanjang. Seluruh rahasiaku seolah telah terbongkar tanpa sisa."Bu Luna, setelah melihat pacarmu, aku sepenuhnya mengerti kenapa kamu lebih memilih mainan. Dengan pacar seperti itu, memang lebih baik pakai alat."Ben mengatakan itu dengan nada yang sangat tulus.Sama sekali tidak terdengar mengejekku.Perasaanku pun sedikit lebih tenang karenanya.Tempat jamuan malam ini adalah sebuah klub mewah yang memiliki suasana sangat romantis.Sebenarnya, hatiku dipenuhi rasa cemas.Aku khawatir dalam perjamuan semacam ini, peran perempuan seperti diriku hanyalah sebagai teman minum, teman ngobr

  • Atasanku Menggodaku   Bab 3

    "Pak Ben, aku bukan seperti yang kamu pikirkan."Begitu aku masuk ke kantor Ben, aku berniat untuk menjelaskan semuanya kepadanya."Apa yang aku pikirkan tentangmu?"Ben langsung bertanya dengan kalimat yang membuatku terdiam.Benar.Dia menganggapku apa?Bukankah cuma seorang wanita liar!Tidak tahu malu, tidak punya prinsip, dan tak punya batasan.Bahkan menyembunyikan motif pribadinya dan berpura-pura di depan orang banyak."Pak Ben, aku ingin bilang kalau apa pun yang aku lakukan secara pribadi, itu adalah keputusanku sendiri. Aku nggak akan menyerah pada tekanan dari luar!""Aku juga nggak akan mudah menjual diriku!""Jangan ajukan permintaan yang nggak sopan kepadaku!""Kalau nggak, aku akan mengundurkan diri!"Aku sengaja berbicara dengan tegas.Aku ingin memberi pelajaran pada Ben agar dia tidak berpikiran buruk terhadapku.Ben malah tertawa setelah mendengar itu. "Bu Luna, apa yang bisa aku inginkan darimu? Apa kamu kira aku kekurangan wanita?"Satu kalimat itu langsung membua

  • Atasanku Menggodaku   Bab 2

    Akhir-akhir ini aku dan pacarku sedang ribut, hampir putus.Pemicunya adalah kelakuan dia yang nggak jujur. Ternyata waktu dia liburan ke Negara Thilan, dia main serong!Kalau saja aku tidak iseng-iseng buka folder tersembunyi di ponselnya, aku tidak akan tahu bahwa selama setengah bulan di Negara Thilan, pacarku itu malah berselingkuh!Penemuan ini membuatku sedih, kecewa, sekaligus merasa terhina!Yang paling menyakitkan, dia sama sekali tidak merasa bersalah. Dia malah bilang itu cuma main-main.Dia bilang, saat dia berhubungan dengan perempuan-perempuan itu, dia hanya kasih tubuh, bukan perasaan. Jadi, itu tidak termasuk selingkuh secara emosional.Lagi pula, dia pakai pengaman, jadi katanya itu juga tidak bisa dibilang selingkuh secara fisik.Dia berdalih, semua itu cuma semacam permainan. Sama saja seperti naik roller coaster.Dia juga bilang padaku untuk tidak berlebihan.Coba dengar, itu omongan orang waras bukan?Setelah kami bertengkar hebat, aku pulang ke rumah sambil menang

  • Atasanku Menggodaku   Bab 1

    Atasanku benar-benar orang mesum!Saat rapat, dia menemukan remot kecil milikku yang jatuh, lalu menekan kecepatan maksimal, membuatku tidak tahan!Sebagai staf kecil di bagian administrasi, jika para bos rapat, tugasku hanya menyuguhkan teh dan air putih.Tiba-tiba terdengar suara barang jatuh, sebuah remote kecil jatuh dari saku jas kerjaku.Aku panik dan buru-buru ingin memungutnya.Namun, sebuah tangan besar dengan jari-jari ramping lebih cepat dan mengambilnya terlebih dulu.Ternyata itu adalah Direktur Pemasaran kami, Ben Darius, pria yang jadi bahan fantasi nomor satu di antara para wanita di kantor!"Pak Ben .... Ah!"Aku hendak bicara, tetapi seketika tubuhku terasa kesemutan dan gemetar.Aku nyaris tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara.Aku buru-buru menutup mulut dan merapatkan kedua kakiku.Dengan ekspresi kesal dan sedih, aku menatap Ben yang tampak santai memainkan remote kontrol itu.Di remote itu ada tombol bernomor dari satu sampai lima.Itu menunjukka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status