Share

Bab 4

Author: Nanasshi
last update Last Updated: 2024-12-10 15:54:51

Aku bergelung selimut, membiarkan Sella dan Mark tertawa dengan pertandingan game mereka. Atau Naeema yang sibuk dengan vlog-nya. Kecuali Dio, dia tak ada di rumah malam ini. Mengurusi cafe dan mungkin menikmati Seine dengan kekasihnya.

Aku sibuk membaca notifikasi yang masuk di media sosial milikku, yang sialnya kesemuanya itu berisikan hujatan, hinaan dan beragam hal-hal menakutkan lainnya. Mereka –yang mengatakan itu- tak pernah benar-benar bisa menyaring apa yang mereka katakan. Segala hina dina yang mereka lontarkan; pun selama mereka bahagia, akan tetap menjadi hal yang menarik. Sedang aku –si korban- hanya bisa menangis.

Lantas, hati kecilku kembali bertanya. Mengapa kau menangis, Nye?

Aku mengusap buliran air mata yang menyintas pipi. Membenarkan semua ucapan mereka terkait aku perempuan hina yang mencintai suami orang lain. Meski, sebagian cerita sesungguhnya tidak mereka ketahui.

"Sudah dibilangin jangan membuka media sosial kamu, Nye." Naeema meraih paksa ponselku dan melemparkannya ke sudut tempat tidur. Aku tetap bergeming, membelakangi Naeema yang duduk di tepi tempat tidur.

"Hey, kalian tahu – "

"Kami nggak tahu," jawab Naeema dan Mark bersamaan. Mereka memotong perkataan Sella dan membuat perempuan itu mendengus kesal.

"Aku belum ngomong, nyet! Dengerin! Kalian tahu nggak menantu nenek Willie itu ganteng banget?" histeris Sella. Mark hanya mendengus kesal dan Naeema sama sekali tak antusias.

"Lalu?" tanya Dio dari balik pintu. Dia baru saja masuk dengan tangannya yang menenteng paperbag.

"Apa itu, Mas?" suara Mark yang menggema. Aku bangkit dan sudah mendapati adikku sibuk mengobrak-abrik isi paperbag yang dibawa Dio.

"Ada tiga perempuan single di sini," ujar Sella masih dengan antusias.

"Maaf, aku lagi masa-masa pendekatan sama salah satu pengusaha dari Jerman," pungkas Naeema. Dia mengecualikan dirinya.

Kini, Sella menatapku. Aku mengernyit untuk kemudian menggeleng.

"No! Nggak usah libatkan aku sama manusia es itu, terlebih sama dua squishy menyebalkan itu," kilahku seraya bergidik. "Kamu saja ...." lanjutku.

"Sebentar. Kalian lagi ngomongin menantu nenek Willie? Kalian nggak berniat untuk melakukan hal yang dilakukan oleh Anye, kan? Dia ... suami orang," ujar Dio seraya menatapku lekat.

Duh ... andai bukan Dio yang mengizinkanku untuk tinggal di sini, aku akan menendang kepalanya sebab terus mengungkit perihal 'suami orang' sejak tadi!

"Kamu benar, dia memang menantu nenek Willie. Tapi nenek Willie bilang, menantunya itu sudah seperti anaknya sendiri. Orang tua Thea dan Anna ... sudah –"

"Sudah apa?" tanya Naeema tak sabaran.

Sella mendelik. "Sabar borr."

"Terusin dong penasaran," tutur Mark.

Aku diam namun sebenarnya juga sibuk mendengarkan. Sebab, pikiranku kembali ke Ten Belles cafe dan tamparan. Juga, hinaannya terkait murahan dan nenek sihir menggema. Setidaknya, itu adalah hinaan yang paling menyakitkan karena langsung dilakukan di depan mata. Di depan orangnya langsung.

"Mereka sudah bercerai," lanjut Sella.

Dan yang terjadi selanjutnya adalah hal yang paling canggung sedunia. Sebab, kami membicarakan urusan orang lain tepat di depan manusianya langsung. Entah sejak kapan, dia berdiri di depan pintu dengan dua squishy yang menatap kami bingung.

"Kalian sedang menggunjingkan hidupku?"

***

Dua squishy, ayahnya, juga Dio. Mereka duduk di sofa dengan Sella, Mark dan Naeema di hadapan mereka. Aku memilih absen dan duduk di meja makan. Mendengarkan namun enggan membaur. Masih terbayang, bagaimana tatapan nanar dua squishy tadi saat aku menampar ayahnya. Dan baru kali ini aku merasa tak enak pada dua makhluk kecil dan kenyal itu!

Dio mendehem. Dia nampak bersiap mengubah atmosfer canggung yang merebak di ruangan ini.

"Kami nggak bermaksud menggunjing kamu kok Mas Jaden," ucap Dio mengawali. Laki-laki bermata bulatku memang sopan sekali. Padahal, laki-laki bernama Jaden-Jaden itu sama sekali tak pantas untuk mendapatkan sopan santun. Dia sendiri; bajingan!

"Uncle, apa itu bercerai?"

Aku mengikuti gerak gelisah sorot mata salah satu squishy –yang entah Thea atau Anna- dan beralih pada ayah mereka. Sialannya, laki-laki itu tetap menampilkan ekspresi datar dengan kedua tangan yang sibuk dipangku.

"Thea belum waktunya untuk tahu itu," hibur Dio.

Si squishy merengut. "Aku Anna, uncle!"

Mampus!

Dio salah sebut nama. Pantas saja, si squishy merengut.

Aku tanpa sadar terkekeh dan orang-orang berwajah tegang di sana menoleh ke belakang; ke arahku.

"Kenapa? Lanjutkan ... lanjutkan," jawabku acuh tak acuh seraya meneguk air putih.

Laki-laki berwajah es itu mendehem. Tatapan matanya seperti siap membunuh. Dan jujur, laki-laki semacam ini bukan type-ku. Cool, kaku dan tidak memiliki selera humor yang bagus. Semuanya, berbanding terbalik dengan 'dia'.

Anye ... ingat dia lagi, mati saja kamu!

"Begini, Mas Jaden, Kami nggak menggunjing kamu ehmm yah sedikit pembicaraan sih tadi yang menyangkut nama kamu. Tapi jujur saja, tidak ada niat buruk di dalamnya," papar Dio masih dengan nada sopan.

"Dia benar. Kami nggak menggunjing kamu," timpal Sella dengan wajah yang dibuat semanis mungkin.

"Hey, kamu nggak semenarik itu sampai harus kami gunjingkan," komentarku menambahi. Sontak saja, Dio, Sella, Naeema dan Mark mendelik. Aku mengatakan 'apa?' dengan isyarat. Namun mereka malah semakin mendelik.

Salahku di mana, sih?

"Lagipula kenapa kamu masuk rumah orang lain tanpa izin?" cecarku masih dengan sorot mata menyebalkan keempat manusia lainnya.

Jaden menatapku lekat. Tatapan matanya selalu membuatku tak nyaman. Seperti; di dalamnya berjumput semua kekesalan, kemarahan dan yang paling besar adalah kebencian. Bila semua itu hanya karena kejadian dengan si squishy di bandara, bukankah itu berlebihan?

"Mama menyuruhku mengantarkan ini. Dia baru saja pulang dari Colmar dan membawa anggur. Dia masih sangat lelah. Itulah kenapa, aku dan anak-anakku yang mengantarnya."

Ya Tuhan ... nada bicaranya sangat-sangat ketus!

"Terima kasih, Mas Jaden," ujar Dio.

"Aunty, kami juga membawa ini untukmu," celoteh salah satu squishy seraya berlari mendekat ke arahku. Aku bisa melihat bagaimana Jaden berniat menghalangi anaknya untuk berlari ke arahku, meski nyatanya dia kecolongan. Anna – atau mungkin Thea- sudah lebih dulu berdiri di dekatku.

"Ayah, aku mau ke aunty," rengek salah satunya yang tersisa di sana.

"Tidak, Thea. Jangan dekat-dekat dengan aunty itu. Dia nenek sihir," komentar sinis si sialan.

"Aunty, cobalah ini." Squishy yang ternyata Anna itu mengulurkan sesuatu. Aku menatap heran, untuk kemudian menoleh ke arah rekan-rekanku. Mereka memberi isyarat agar aku membuka mulut dan aku menggeleng. Sialannya, Naeema mengancamku dengan gestur jarinya memotong leher. Jadilah aku menuruti kemauan makhluk pendek di hadapanku ini.

Aku membuka mulut dan Anna memasukkan sesuatu ke dalam mulutku. Sepertinya, itu oleh-oleh khusus dari Colmar yang spesial ....

"Sialan!"

Spesial pantatku!

Ini cabe!

"Squishy, apa-apaan sih!"

Nampak Anna berlari dan memeluk ayahnya. Keduanya tertawa dengan bahagia sedang aku kebingungan mencari air. Aku bukan Tanboy Kun dan jelas-jelas ini pedas banget!

"Kamu kenapa, Kak?" Mark sama sekali tak membantu. Dia terpingkal dengan menyebalkannya. Ingatkan aku untuk menendang pantatnya saat semua orang sudah kembali ke kamar mereka.

"Aunty, jangan macam-macam dengan ayah kami lagi. Dia menjaga kami sendirian. Dia membesarkan kami dengan susah payah. Dia satu-satunya yang kami punya. Jadi ... jangan sakiti ayah kami!" ujar Anna lantang.

Aku mendelik kesal dan menunjukkan kepalan tanganku ke arah dua squishy yang masih meledek dengan menjulurkan lidahnya.

"Awas kalian," ancamku kesal.

Aku bergegas meninggalkan mereka semua. Membanting pintu, mengabaikan pertanyaan Sella terkait 'kemana', juga jangan lupakan tatapan mata Jaden yang masih saja sama; penuh benci. Sekedar berjalan-jalan untuk menghilangkan kekesalan yang dibuat si squishy juga kenangan tentang 'dia' di kejauhan sana yang tiba-tiba membuat dadaku sesak.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 100 : (Season 02 : Anna - Thea Story)

    Tidak pernah ada yang bisa memaksakan hati seseorang, bergerak ke arah mana, berlabuh pada siapa, dan menyimpannya dengan jenis perasaan bagaimana.Segalanya misteri. Sulit untuk ditebak.Saat Anyelir kehilangan Micko --yang tiba-tiba menikah dengan Jannieta-- ia tidak pernah sekalipun akan menyangka bahwa di ujung perjalanan itu akan dipenuhi oleh darah dan duka.Saat Anyelir memutuskan masih bermain belakang dengan Micko --padahal ia sudah menikah dengan Jannieta-- ia tidak pernah membayangkan bahwa akan ada yang hampir mati, yang berbulan-bulan antara sadar dan tidak, hingga ada yang benar-benar terkubur di tanah.Anyelir, saat ia memutuskan pergi ke Paris dan jatuh cinta pada Jaden dan kedua anaknya, ia tidak pernah menyangka bahwa ia akan menyeret mereka semua berada dalam lingkaran setan yang berbahaya itu.Tidak ada yang tahu.Siapapun, termasuk Anyelir.Andai ia tahu, ia tidak akan pernah memulai segalanya. Ia akan merelakan Micko berbahagia dengan Jannieta. Ia juga akan berte

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 99 : (Season 02 : Anna - Thea Story)

    "Ruang operasi?" Jaden kompak berseru bersama Anye. Mereka saling pandang dengan raut penuh keheranan dan cemas. Lanjut Jaden. "Di rumah sakit mana? Anakku kenapa?"Si detektif swasta itu menunjukkan sebuah alamat yang kemudian direbut Jaden dengan tergesa. Lalu ketiganya bergegas menuju rumah sakit yang dimaksud.Hati Jaden dan Anye tentu berdebar tak keruan. Ketakutan, cemas, gelisah, berbagai pikiran buruk yang hilir mudik di kepala. Hingga ketika Dio mengabarkan lewat pesan singkat perihal keadaan Micko yang dinyatakan hilang setahun lalu dengan terduga Jannieta sebagai pelakunya, ketakutan itu bertambah menjadi berkali-kali lipat.Anye menangis di pelukan Jaden. Ternyata, obsesi Jannieta dari 12 tahun silam, mengekori mereka hingga hari ini. Ke Paris. Ke kehidupan mereka yang sebelumnya tenang dan damai.^^^Anna memberontak. Tangan dan kakinya dibebat tali, namun ia masih bisa bergerak-gerak untuk menunjukkan penolakan. Hanya saja, yang ada di sana, di ruangan dengan cahaya-caha

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 98 : (Season 02 : Anna - Thea Story)

    "Dia ibu kamu?"Wajar rasanya bila Anna hampir terpekik saat mendengar Dylan Louise mengatakan perempuan jahat itu adalah ibunya. Bagaimanapun Anna masih mengingat bagaimana rasa takut, gelisah, putus asanya ketika ia mengalami insiden penculikan 12 tahun silam.Dan itu karena perempuan yang diakui Dylan Louise sebagai ibunya."Tentu saja, yang cantik dan berhati hangat itu ... ibuku."Anna melengos, ia meludah kecil mendengar kata' hangat' yang meluncur dari mulut Dylan Louise. Wanita yang menjadi dalang kecelakaan keluarganya, menculik ia dan Thea, juga bahkan menculik ibunya yang koma di rumah sakit. Katakan pada Anna, di mana letak 'baik' dan 'hangat' yang Dylan katakan tadi?"Baik?" Anna mendengus. "Kamu tidak tahu seberapa jahatnya perempuan itu."Dylan mengernyit, menatap tak suka pada Anna. "Jangan membual. Kamu yang tidak tahu apapun soal ibuku."Anna tidak habis pikir. Laki-laki itu, yang kemarin masih bersikap manis padanya, ternyata bisa berubah dengan cepat."Lebih baik k

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 97 : (Season 02 : Anna - Thea Story)

    Jaden mungkin pernah gagal membina rumah tangganya dengan Mina, tapi ia tentu saja, tidak akan pernah membenci buah hati yang ia dapatkan dari pernikahan itu. Ia sangat mencintai si kembar, Anna dan Thea. Apalagi setelah keduanya mengalami banyak nasib buruk 12 tahun silam, Jaden jadi semakin protektif demi menjaga keduanya. 'Kami merasa sesak ayah.' Kemarin Thea bercerita sambil menangis saat ia mengatakan permasalahan Anna. 'Kami merasa sesak karena sikap posesi ayah. Tapi aku juga nggak menyangka bahwa Anna akan senekat ini hanya karena seorang laki-laki.' Jaden mengusap wajahnya kasar. Perjalanan dari Colmar ke Paris terasa lama sekali, padahal ia sudah dikejar waktu. Tidak mungkin sekali, Jannieta yang selama ini tenang, diam-diam mengirimi istrinya sebuah foto dengan Dylan Louise. Perempuan itu pasti sudah mengetahui bahwa Jaden menemukan asal usul Dylan. Si nak adopsinya. "Ini semua salahku." Suara Anye, di sisinya, tiba-tiba terdengar parau. Perempuan itu, menangis di leng

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 96 :(Season 02 : Anna - Thea Story)

    Jaden tidak bisa mentoleransi lagi. Ini Jannieta. Perempuan gila yang hampir membunuhnya, keluarganya, sahabat-sahabatnya. Perempuan gila yang dulu menculik anak-anak dan istrinya. Jaden bergerak cepat. Ia mencari keberadaan Dylan Louise dan mengajak Mark untuk mendatangi tempat tersebut. Sebuah apartemen kecil di sudut kota Paris. Apartemen yang bahkan tak layak untuk ditempati putri kesayangannya. Duh ... Jaden merasa perih. Bisa-bisanya Anna lebih memilih laki-laki itu, dengan keadaan yang tidak lebih baik, dibandingkan keluarganya sendri. Jaden menoleh sesaat pada Mark. Ia meminta persetujuan untuk memulai. Dan sang adik ipar mengangguk sebagai tanda setuju. Jaden mengetuk. Satu kali, dua, hingga lima. Jaden mengetuk namun tak ada jawaban dari dalam sana. Hening saja. Jaden merasa heran. Ia lantas mengencangkan ketukan jemarinya di pintu. Atau lebih tepatnya jika disebut dengan menggedor. Jaden tidak punya waktu untuk bersopan santun setelah si laki-laki brengsek itu

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 95 : (Season 02 : Anna - Thea Story)

    Thea tidak punya banyak pilihan selain akhirnya beringsut menuju rumah sang ayah. Meski awalnya ia memang ingin merahasiakan kepergian Anna, dan berusaha sendiri untuk membujuk sang kembaran pulang. Tapi kini, melihat hasil nihil tersebut, Thea jadi berpikir ulang. Ayahnya yang harus turun tangan. Ia yang bisa menyeret Anna kembali kepada keluarga mereka. Meski tentu saja, sebagai akibat perbuatan Anna ini, kebebasannya pun akan dipertaruhkan. Oh ayolah, sang ayah akan menjadi lebih superrrr strict. Ia dan Anna mungkin tidak akan pernah mendapatkan izin untuk tinggal terpisah kembali. Langkah Thea berhenti di depan pintu rumah orang tuanya. Mematung sesaat, ragu melingkupinya. Ia kembali menimbang soal apakah akan mengadukan sang saudara kembar atau membiarkannya saja. Saat Thea masih membeku, tiba-tiba pintu terbuka. Suara bersorak yang muncul dari adik laki-lakinya; Bhumi, menyadarkan Thea. "Kak, kapan kakak datang? Ayo main game denganku." Thea mengusap puncak kepala Bhumi.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status