Home / Romansa / Ayah Anakku Ternyata Pria Kejam / 41 : Menolak Segala Rasa

Share

41 : Menolak Segala Rasa

Author: Az Zidan
last update Last Updated: 2025-06-09 11:00:40

Tidak tahu kapan musim hujan ini akan berakhir. Hazel tidak terlalu menyukai permukaan bumi yang basah. Segalanya tampak merepotkan.

"Andai aku punya mobil," gumamnya. Seolah kian hari dia semakin mahir untuk mengeluh atas nasib sialnya.

Arrow belum juga bangun. Ini masih terlalu pagi untuk bersiap ke Daycare. Entah sudah cangkir kopi ke berapa sejak semalam. Kali ini dia duduk di beranda rumahnya. Menatap tiap tetes tangisan alam jatuh. Sesekali angin menerbangkan rambut yang ia biarkan tergerai.

Sebuah mobil hitam tiba-tiba berhenti tidak jauh dari pagar rendah miliknya.

Senyum itu merekah seolah meluap bersama udara dingin saat ini. Ia tahu betul siapa pemilik mobil itu. Lebih tepatnya siapa yang membawa kendaraan itu kemari.

Sosok dengan pakaian putih keluar dari mobil dan mengepakkan payung untuk menghalau air membasahi pakaiannya.

"Kau menyambutku?" serunya percaya diri tanpa menghentikan langkah. Ia dorong pagar rendah itu dan berhasil masuk deng
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ayah Anakku Ternyata Pria Kejam   49 : Buktikan!

    Suara Luca barusan—tenang, tulus, dan menenangkan—bagaikan hantaman pelan yang membuat dada Hazel sesak. Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha keras menahan dorongan untuk menghampiri dan—untuk sesaat saja—percaya. Tapi ia tidak boleh.Ia menarik napas panjang, lalu membuka pintu pagar dan melangkah masuk.Luca dan Arrow sama-sama menoleh. Arrow tampak berseri-seri, tetapi segera menangkap ketegangan dalam ekspresi ibunya. Ia menggenggam jari Luca erat, seolah meminta agar pria itu tetap di tempatnya.Hazel berhenti tepat beberapa langkah dari mereka.“Aku bilang padamu untuk tidak mendekatinya, bukan? ” ucap Hazel pelan, tapi tegas. Nada suaranya terdengar tenang, namun matanya tajam dan sorotnya tidak dapat disangkal—ia marah.Luca tidak menjawab. Ia menunduk sedikit, seperti menerima teguran itu tanpa keberatan.Hazel menatapnya lama. Ada banyak hal yang ingin ia ucapkan, namun semua terasa terlalu rapuh jika dilontarkan sekar

  • Ayah Anakku Ternyata Pria Kejam   48 : Tidak Ada Rahasia Antara Mereka

    Pukul 16:15.Lagi-lagi wanita beranak satu itu terlambat menjemput sang buah hati. Langit masih terang, tapi matahari sudah mulai miring. Hazel berdiri di balik pagar besi daycare, menyipitkan mata ke arah halaman samping tempat anak-anak biasa bermain sebelum dijemput. Langkahnya sempat terhenti saat mendengar suara Arrow yang familiar, riang seperti biasa. Tapi yang membuat napasnya tertahan adalah sosok yang berdiri di dekat bangku taman—Luca.“Paman Luca, belakangan ini Ibu terlihat berbeda,” ucap Arrow ringan, sambil menggoyang-goyangkan kakinya yang tak menyentuh tanah. Ia duduk di ayunan kecil, sementara Luca berdiri tak jauh di depannya, membungkuk sedikit agar sejajar dengan tinggi sang bocah.“Berbeda seperti apa maksudmu?” tanya Luca lembut, alisnya berkerut tipis.“Seperti... sedih, tetapi diam. Kadang Ibu tersenyum, tetapi matanya tidak ikut tersenyum. Lalu... Dia sering melamun saat memasak, sampai telurnya hangus.”Luca ter

  • Ayah Anakku Ternyata Pria Kejam   47 : Hilang Tanpa Jejak

    Langkah Hazel menggema di lantai restoran yang masih gelap dan dingin. Bau pembersih lantai menusuk hidungnya seperti biasa, begitu juga suara air dari ember dan kain pel yang menampar ubin. Tapi pagi ini terasa aneh. Sunyi. Lebih sunyi dari biasanya.Tidak ada suara Zoe yang bersenandung pelan sambil menyapu. Tidak ada tawa kecil karena lelucon receh tentang pelanggan atau pemilik restoran. Tidak ada sapaan hangat, atau kehadiran yang seolah tak pernah benar-benar pergi selama empat tahun terakhir.Hazel melirik ke arah jam dinding. Sudah lewat sepuluh menit dari waktu biasa Zoe datang. Biasanya pria itu selalu lebih dulu. Selalu datang dengan kopi kaleng dingin dan wajah lusuh yang selalu menyimpan senyum tipis.Tapi pagi ini tidak ada siapa-siapa.Hazel menghela napas dan melanjutkan pekerjaannya, meski ritmenya terasa goyah. Tangannya bekerja, tapi pikirannya melayang ke malam terakhir mereka berbicara. Zoe sempat bicara lebih banyak dari bias

  • Ayah Anakku Ternyata Pria Kejam   46: Pelanggaran Pertama

    Luca tetap mematung. Jemarinya perlahan bergerak, nyaris ragu, sebelum akhirnya menyentuh liontin itu. Dingin. Sedingin malam ketika ia kehilangannya—malam yang mengubah semuanya.“Ini… semua milik Ibu, ya?” tanya Arrow pelan, memiringkan kepalanya penuh rasa ingin tahu.Luca mengangguk perlahan. “Entahlah,” jawabnya nyaris tak terdengar. “Dulu salah satunya milik Om. Lalu hilang. Dan sekarang…”Ia tak sanggup melanjutkan. Napasnya tercekat.Arrow tampak bangga. “Berarti Om dan Ibu pernah bertemu, ya?”Luca hanya menatap anak itu. Tatapan yang tidak sekadar menjawab, tapi menggali, menyesali, menimbang ribuan pilihan yang tak sempat ia ambil enam tahun lalu.“Arrow… Om tidak seharusnya di sini,” gumamnya akhirnya.Arrow menunduk. “Tapi aku senang Om datang.”Itu menghantam dada Luca lebih kuat daripada kemarahan Hazel. Bocah ini tidak tahu apa-apa—dan itu justru membuat semuanya terasa lebih salah.Luca

  • Ayah Anakku Ternyata Pria Kejam   45: Fakta

    Luca menyetir tanpa tujuan. Deru mesin mobilnya lebih seperti gema dari hatinya yang bergemuruh. Kota terasa sempit meski jalanan luas. Dia melaju, memutar, menepi, memutar lagi. Seakan berharap waktu bisa melarutkan amarah Hazel, atau paling tidak, melarutkan suara wanita itu yang terus terngiang di kepalanya."Kamulah hantu di hidupku..."Ucapan itu tak mau diam. Seperti pukulan telak yang tidak bisa ia tangkis.Jarum jam akhirnya menunjukkan pukul 15:30. Matahari condong, cahayanya menggurat langit dengan warna jingga muda. Dan entah apa yang menuntunnya, Luca malah kembali ke tempat yang tidak seharusnya ia datangi—taman kecil di dalam daycare itu, tempat di mana ia pertama kali berbicara banyak hal dengan Arrow. Tempat yang mengikatnya sejak tatapan biru kecil itu menangkapnya.Ia tahu ini salah. Hazel sudah memberi batasan. Tapi batasan itu... tidak mengubah kenyataan: darahnya mengalir dalam tubuh bocah itu.Luca turun dari mobil.

  • Ayah Anakku Ternyata Pria Kejam   44 : Kesempatan

    Luca berdiri diam di ambang pintu. Lalu ia berbicara, suaranya serak, seperti mengikis dari dalam.“Aku tidak pantas bicara. Tapi kalau kau biarkan aku menjelaskan… aku akan tetap coba. Bukan untuk minta dimengerti. Tapi karena aku tahu kau berhak tahu kebenaran dari mulutku sendiri.”Hazel tetap berdiri. Matanya tajam. Tapi ia membiarkan.Luca menarik napas panjang. “Malam itu... aku tidak sedang waras. Aku mabuk. Tapi bukan itu masalahnya. Bahkan kalau pun aku sadar sepenuhnya, aku tidak bisa menjamin aku akan bertindak berbeda.”Kata-katanya menggantung, menyakitkan bahkan bagi dirinya sendiri.“Aku melihatmu dikejar-kejar rentenir. Kau masuk ke tempat itu dengan napas terengah. Matamu penuh takut, tubuhmu menggigil. Tapi... justru itu yang menampar sisi tergelap dalam diriku.” Ia menunduk. “Aku—aku tertarik, Hazel. Dan itu menjijikkan. Karena aku tahu aku punya kuasa. Uang. Nama. Senjata. Dan kau tidak punya apa-apa.”Suarany

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status