Share

Bab 40: Gosip

Author: Mita Yoo
last update Last Updated: 2025-04-07 19:35:39

Aster terbelalak melihat berita di kanal daring itu. Foto seseorang dengan wajah yang dikenalnya. Jarinya menyentuh foto itu, memperbesar foto itu.

“Ini… beneran Kang Jamal?” gumamnya.

“Jadi selama ini, Kang Jamal itu …”

“Aster!” suara seseorang membuat Aster buru-buru memasukkan kembali ponselnya ke saku kemeja.

“Maaf, Ren. Lagi senggang jadi buka hape sebentar. Gimana?”

“Sistem lagi error ya? Soalnya aku susah masukin daftar buku baru ke katalog,” kata lelaki itu.

Aster melihat ke komputernya. Lelaki itu menarik kursi, duduk di dekat gadis cantik yang menjadi penjaga Perpustakaan itu.

“Kayaknya memang lagi error. Jaringannya off line nih, Ren. Aku nggak tau kenapa. Tungguin aja sampe normal lagi, Ren,” katanya.

Lelaki itu melihat jam tangannya. “Tapi tiga menit lagi istirahat, nih. Makan siang bareng, yuk?”

Aster mengangguk pelan. Mungkin saja dia bisa melupakan berita itu dengan mencari suasana baru. “Boleh, deh. Kamu yang traktir, Ren?”

“Iya, dong. Aku yang ngajak, ya aku yang bay
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 41: Cemburu

    Usai menghabiskan makanannya, Aster melenggang pergi dari Rumah Makan itu. Langkahnya terayun menuju Perpustakaan. Galih segera menyusul langkah perempuan itu bersama Tasya —yang bahkan belum menghabiskan semua makanannya, demi meluruskan kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka. Dengan langkah panjangnya, Galih berhasil menahan lengan Aster ketika dia akan melangkah masuk ke Perpustakaan. Aster semula ingin meneriakkan kata-kata kemarahan yang dipendamnya. Namun, dia merasa tak nyaman dengan rekan kerjanya itu. “Kamu duluan aja ya, Ren. Aku nyusul pas jam masuk,” kata Aster. Laki-laki itu mengangguk lalu meneruskan langkahnya menuju Perpustakaan. Aster kemudian menarik lengan Galih ke tempat parkir di area belakang Gedung Perpustakaan, diikuti langkah Tasya. “Kang Jamal, maksud saya, siapapun Anda, kalau Anda mau mempermainkan hati saya, saya nggak bisa terima!” Aster langsung mengatakan inti percakapan itu. Galih mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukkan berita tentang d

    Last Updated : 2025-04-08
  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 42: Pertemuan Keluarga

    Galih menaruh keranjang berisi aneka buah-buahan dan buket bunga itu di bagasi mobilnya. Dia beberapa kali melirik spion tengah mobilnya, memperbaiki tatanan rambutnya agar tak terlihat berantakan.“Semoga rencana kami lancar. Dan aku bisa menikah dengan Aster secepatnya,” gumam Galih sebelum mulai melaju bersama Audi A5 Sportback merah miliknya.Lokasi yang diberikan Aster melalui pesan itu menjadi acuannya. Dia mengikuti peta yang ditunjuk oleh mesin pintar penunjuk jalan di ponselnya.Ketika sampai di titik lokasi yang dituju, dia bergegas meninggalkan mobilnya. Lelaki tampan itu lalu menghubungi kekasihnya via telepon. Begitu telepon tersambung, dia segera menjelaskan bahwa dirinya sudah berada tak jauh dari rumah yang dimaksud gadis itu.“Aku keluar dulu, Kang. Sebentar, ya!” katanya.Sambungan telepon terputus. Galih kembali melihat pantulan dirinya di kaca mobil. Dia mengeratkan dasinya, membetulkan kancing kemejanya sambil menyisir rambutnya dengan jari.Aster berlari kecil un

    Last Updated : 2025-04-09
  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 43: Lampu Hijau

    “Kalau aku terserah kalian aja. Karena kalian yang bakalan menjalani nantinya. Keadaan keluarga kami begini, dan aku harap Mas Galih, eh, Pak Galih bisa maklum. Maksud aku, semoga Mas Galih mengerti dengan keadaan keluarga kami,” kata Fariz.Galih tertawa pelan. “Kali ini aku beneran serius, Riz. Aku minta restu dari keluarga kamu selaku wali dari Aster.”“Kalau aku, yang penting Aster bahagia, aku setuju aja. Karena kami sebagai keluarga perempuan dengan kemampuan finansial yang seperti ini. Beda jauh dengan keluarga Mas Galih,” Fariz menekankan kata keluarga Mas Galih karena ingin melihat reaksi lelaki itu.“Jangan pikirin itu, Riz. Aku bisa pindah rumah di tempat lain, atau di sekitar sini biar kamu percaya. Dan aku bakalan kasih dia kebebasan, Riz. Setelah menikah, kalau dia masih mau kerja, nggak masalah. Kalau dia mau jadi ibu rumah tangga, aku bakalan lebih bahagia dan tenang,” kata Galih.Fariz mengembuskan napas perlahan, “ya sudah. Kalau Aster nggak keberatan dengan apapun t

    Last Updated : 2025-04-10
  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 44: Sambutan Tak Hangat

    Galih menatap tampilan wajah itu di cermin. Sambil tersenyum, dia menepuk bahu Ben.“Bagus, aku suka,” katanya pada Ben. Laki-laki berambut pirang itu bertepuk tangan sambil melompat kegirangan.“Cocok banget sama kamu, Sayang,” kata Galih sambil memegangi bahu gadisnya.Gadis itu tersenyum. “Makasih ya, Kak Ben!” katanya.“Sama-sama, Cantik! Duh, aku seneng banget deh Bos Galih akhirnya bawa ceweknya ke sini. Mana cantik banget lagi!” Kalimat Ben membuat Aster tersenyum-senyum.“Kita pergi sekarang?” tanya Galih.Aster mengangguk, “yuk, Kang.”“Mudah-mudahan lancar ya, Bos! Aku nggak sabar dapet undangan dari kalian!” katanya.Galih tersenyum, lalu menggenggam tangan gadis itu. “Tangan kamu dingin, Sayang. Kamu gugup?”Gadis itu mengangguk sekali lagi. “Banget, Kang. Aku juga khawatir bakalan malu-maluin Kang Jamal.”Galih menggeleng, “nggak bakalan, Sayang. Udah, jangan khawatir. Kamu bisa pegang tangan aku. Aku nggak akan lepasin kamu.”Aster mengangguk. Dia berharap semua kekhawat

    Last Updated : 2025-04-11
  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 45: Konflik Keluarga

    Aster masih bergeming selesai membersihkan riasan wajahnya dan melepas baju dengan aksesoris rambut demi bertemu keluarga Galih itu. Meskipun Galih membelanya, tetapi sikap ibunda Galih membuat Aster tak nyaman. Dia harus mendapatkan restu dari perempuan itu jika ingin bersama Galih. Dan dia yakin semua itu tak akan mudah.Dia menatap wajahnya di pantulan cermin itu. Seperti kebiasaannya selama ini, dia berbicara pada dirinya sendiri. “Mulai sekarang aku harus bisa ambil hati ibunya ‘kan? Kamu yakin kamu bisa ‘kan? Yakin dong, Aster! Harus semangat!”“Yup, bener! Aku harus semangat dapetin restu ibunya!”***Aster menyisir poninya ke samping, lalu memutar tubuhnya untuk memastikan busana yang dia pakai untuk bekerja hari itu sempurna. Dia menyemprotkan parfum di beberapa titik untuk menunjang penampilannya dalam bekerja. Meraih tote bag berbahan kanvas dengan karakter perempuan bertopi pantai itu, dia meninggalkan rumah tempat tinggalnya.Angkutan umum membawa Aster ke Perpustakaan Ka

    Last Updated : 2025-04-12
  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 46: Masing-masing

    Tak seperti biasanya, hari itu Aster merasa tak bersemangat bahkan untuk memulai sarapan paginya. Gravitasi di tempat tidurnya begitu kuat hingga dia tak bisa pergi ke manapun. Dia terus berselancar di dunia maya untuk menonton film pendek lucu yang dibuat para kreator lokal.Ketika dia hampir terpejam karena rasa kantuk menyerang, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk itu membuatnya terbangun dari posisi nyaman di kasurnya.“Astaga! Ini beneran? Ya ampun!”Aster segera membalas pesan itu. Sebuah lokasi dengan nama restoran muncul di sana. “Aku harus pakai baju apa kalau ke sana? Ah, kayaknya ada yang cocok sama aku,” katanya.Aster buru-buru menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia menggosokkan lulur ke seluruh tubuhnya agar semua sel kulit mati di tubuhnya tanggal. Setelah itu, dia mulai merias dirinya dengan bedak tabur dan krim bibir berwarna merah muda dicampur dengan oranye untuk menambah kesan segar di wajahnya. Dia juga menyemprotkan parfum lalu mengelua

    Last Updated : 2025-04-13
  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 47: Keras Kepala

    Galih tercenung menatap ponselnya setelah mendengar kalimat kekasihnya itu melalui telepon. Gadis itu bahkan memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Namun, panggilan dari Tasya membuatnya tak bisa menghubungi kembali gadis itu melalui panggilan telepon. Dia kembali menyimpan ponselnya.“Ini Bos, storyboard yang dibikin sama Rein dan Sheela,” kata gadis berambut cokelat yang menjadi sekretaris pribadinya itu lalu menyerahkan tablet berisi rancangan cerita untuk video iklan mereka.Galih meraih tablet yang disodorkan Tasya itu, melihatnya sekilas. “Bagian ini gimana kalau ditambah efek dramatis kayak adegan terbang di film Harry Potter itu? Kayaknya bagus dan lebih relate kayaknya sama audiens yang jadi target pasar.”“Oke, kasih aja catatan di situ, Bos. Tim wardrobe lagi bikin kostum yang sesuai, ala peri tapi versi idol gitu ceritanya.”“Bagus. Sekarang idol lagi disenengin sama semua kalangan. Jadi, visual harus diutamakan di sini. Kalau audio, udah oke?”“Udah, Bos. Rein sama

    Last Updated : 2025-04-14
  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 48: Tumbang

    Galih menyandang tas pinggang ke bahunya. Dia mengenakan kaus berkerah dengan celana spandeks dengan sepatu sport yang nyaman. Dia berharap bisa menyelesaikan masalah dengan Aster sekaligus bertemu kembali dengan Iwan dan juga rekan kerja lainnya di Percetakan Gemilang.Galih memutuskan untuk mengendarai Audi merah miliknya karena dia tak lagi harus berperan sebagai Jamal meskipun dia tak keberatan dengan hal itu. Namun, demi menunjang pekerjaannya, dia harus menjadi seorang Galih. Bukan Jamal.Semalam Galih mengirimkan pesan ke nomor Aster, yang berakhir tanpa jawaban dari gadis itu. Hal itu membuatnya ingin mencari jawaban.‘Apa mungkin hubungan kami selesai tanpa penjelasan gitu aja? Gimana dengan rencana kami selama ini? Gimana sama Jason kalau kali ini juga aku harus putus sama perempuan baru yang udah deket sama dia?’ Pertanyaan-pertanyaan itu ada di benak Galih.‘Di saat aku udah bahagia karena dia tahu siapa aku sebenernya dan pekerjaanku, malah masalahnya langsung kayak gini.

    Last Updated : 2025-04-15

Latest chapter

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 67: Demam Tarik Ulur

    Aster baru saja merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Kepalanya menyentuh bantal yang dingin, dan tubuhnya langsung menyerah pada lelah yang menumpuk. Setelah Galih mengantarkannya sampai ke depan pintu rumah tadi, dia merasa menjadi satu-satunya perempuan paling beruntung di dunia—meski pekerjaan barunya menyita hampir seluruh energi.Keningnya mengernyit, matanya menatap langit-langit kamarnya yang temaram, lampu tidur menyala redup di sudut ruangan."Masih ada rapat buat besok," gumamnya pada diri sendiri sambil menarik selimut hingga ke perut. “Bener kata orang, sekretaris itu nggak ada jam liburnya. Harus tahan badai. Harus tahan mental, anti korupsi, sampai nggak bisa kesantet juga!"Tawa kecil lepas dari bibirnya, setengah lelah, setengah geli. Ponselnya yang dia taruh di nakas tiba-tiba menyala, bergetar pelan.Nama Pacar muncul di layar ponselnya.Aster mengangkatnya dengan mata yang mulai berat. "Halo?"Suara Galih terdengar rendah dan hangat, khas suara pria yang baru s

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 66: Balasan untuk Kumbang Pengganggu

    Udara sore itu sedikit berdebu. Langit masih menyisakan warna jingga ketika Aster keluar lebih dulu dari kantor untuk mengurus dokumen pengiriman logistik proyek Moyu. Galih masih tertahan dalam rapat online bersama klien luar negeri.Aster berjalan melewati halaman parkir yang sepi, bersiap menuju mobil operasional. Namun, suara langkah tergesa dan familiar membuat langkahnya melambat.“Eh, Aster,” suara Doni terdengar dari belakang, dan Aster tak sempat menghindar saat pria itu tiba-tiba meraih pergelangan tangannya.Sentuhan itu kasar, mendadak, penuh emosi yang membuat Aster tak nyaman. Gadis itu buru-buru melepaskan diri dari Doni.“Kenapa kamu laporin aku ke HR, hah? Mau sok suci, ya? Padahal kamu juga kayaknya suka waktu aku deketin!” ucap Doni, wajahnya memerah oleh amarah yang tertahan terlalu lama.Aster tercengang, tangannya terus berusaha melepaskan tangan Doni. “Lepasin! Anda sudah keterlaluan, Pak!”

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 65: Kumbang yang Mengganggu (2)

    Aster menghapus air matanya dengan tisu. Ia menatap matanya sendiri—mata yang kini terlihat lebih gelap. Lebih dingin.“Aku nggak akan tinggal diam,” katanya lirih.“Aku bakalan laporkan semuanya. Tapi bukan dengan emosi. Aku akan membalas dengan cara yang bikin dia nggak akan mengulangi perbuatannya di masa depan.”Ketika Aster kembali ke ruangannya, dia menatap ke pintu ruangan Galih yang tertutup. Dia ingin mengetuk, ingin mencari perlindungan… tetapi dia mengurungkan niatnya.Tidak sekarang.Dia akan menyelesaikannya lebih dulu. Dengan bukti. Dengan strategi. Dengan kekuatan yang tak lagi lembut.Dan ketika pintu ruangan Galih terbuka karena pria itu hendak ke luar, pandangan mereka bertemu. Galih menatap mata Aster. Dan lelaki itu tahu—ada badai yang mulai berputar dalam diamnya.Aster bekerja dalam diam, tetapi bukan lagi dalam ketakutan. Sejak sore itu, dia mulai menyusun langkah

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 65: Kumbang yang Mengganggu

    Pagi itu, kantor Dreams Studio Ltd. terasa lebih sibuk dari biasanya. Aster menurunkan kotak berisi map dari rak tinggi dengan bantuan bangku kecil, mengenakan kemeja biru muda yang dimasukkan rapi ke dalam celana panjang kerja berwarna hitamnya. Rambutnya diikat rendah, wajahnya fokus, terlalu fokus untuk menyadari bahwa seseorang sedang memperhatikannya dari balik meja divisi marketing.“Kamu harus hati-hati, Aster,” suara lelaki dengan kartu pengenal Doni tergantung di leher terdengar, terlalu dekat di belakang Aster.Aster menoleh karena terkejut, lalu lelaki itu mendekatkan tubuhnya hingga bersentuhan dengan punggung Aster.“Lengan kamu bisa keseleo kalau terus-terusan angkat kotak isi map itu sendirian. Apalagi lengan sekecil itu,” katanya.Aster turun perlahan dari bangku. Senyumnya dingin, sopan sekilas, tetapi tak bisa menyembunyikan rasa tidak nyaman. “Terima kasih, Pak Doni. Saya bisa sendiri.”“Sayang sekali,” Doni masih menampilkan senyum miringnya. “Kalau kamu butuh ses

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 64: Kesempatan Kedua

    Aster menggulung rambutnya menjadi bentuk gelung. Meski terlihat asal-asalan dan membuat beberapa helai rambutnya jatuh ke belakang leher, tetapi hal itu justru membuat Galih menatapnya lebih lama. Terlalu lama hingga asap kecil mengepul di cangkir kopinya pagi itu menguap seluruhnya.Galih menyesap kopinya. “Kenapa kalau serius gitu kamu jadi makin cantik, Sayang? Aku jadi pengen gangguin kamu.”Aster tak menanggapi kalimat lelaki tampan itu, masih sibuk mengetik detail rundown untuk makan malam bisnis bersama Bu Shanti, pendiri sekaligus pemilik merek fesyen mewah Nyx and Nera.Matanya fokus ke layar komputer, jari-jarinya menari dengan lincah di atas tuts keyboard. Di sampingnya, kalender digital sudah tertata dengan sempurna. Mulai dari jam kedatangan, susunan menu, hingga urutan topik yang akan dibicarakan. Kali ini, dia ingin semua terlihat profesional. Tanpa cela.Aster tak ingin melakukan kesalahan sama dua kali.

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 63: Kesalahan Fatal

    Pagi itu seharusnya berjalan seperti hari-hari sebelumnya. Namun, pukul sepuluh tepat, ruang rapat utama mendadak sunyi ketika Galih masuk dengan ekspresi dingin. Semua orang bisa merasakan atmosfer ruangan itu berubah.Aster berdiri di sisi proyektor, tangannya gemetar kecil saat memegang clipboard. Dia baru menyadari kekeliruannya lima menit sebelum rapat. Klien JK Jewelry, yang seharusnya datang hari ini, ternyata dijadwalkan besok.Kesalahan fatal.Galih membanting salinan cetak dokumen ke atas meja kaca. Bunyi keras dari tumpukan kertas itu membuat semua orang berjingkat lalu menundukkan pandangan masing-masing. Tidak ada yang berani mengangkat wajah untuk menatap Galih."Aster,” suaranya Galih tenang, tetapi tegas. Namun, bagi Aster, suara itu terdengar tajam, menusuk seperti pisau yang diasah.Galih kembali bertanya. "Kamu bisa jelaskan kenapa jadwal klien kita yang paling penting minggu ini malah kosong hari ini? Kamu tahu apa yang baru saja kamu lakukan?”Semua mata mengalihk

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 62: Cahaya Kamera dan Kamu (2)

    Galih tersenyum, merasa bangga dengan kemampuan gadisnya itu. “Bagus sekali analisismu, Miss Sekretaris!”Aster mengangkat alis. Lalu tersenyum tipis. “Sudah tugas saya, Pak CEO.”Proses syuting itu cukup memakan waktu. Setelah sebelas take ulang dan revisi dialog kecil, syuting berjalan lebih lancar. Di sela break, Evan menyapa Galih, sementara Dea justru menghampiri Aster.“Kak Aster, nggak mau nyoba jadi model? Serius deh ... kamu cocok banget jadi model,” kata Dea.Aster tersenyum. "Kamu terlalu berlebihan. Tapi makasih banyak pujiannya, karena aku lebih suka di belakang layar."Galih mendengar itu, lalu melirik ke arah Aster. "Sayang banget. Kamu punya pesona yang terlalu mahal untuk disembunyikan. Tapi, aku lebih suka kalau kamu ada di belakang layar aja. Karena aku nggak suka kalau banyak laki-laki yang lihat cantiknya kamu.”Aster tersenyum mendengar kalimat itu. Ketika take untuk terakhir kali, G

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 62: Cahaya Kamera dan Kamu

    Pintu lift di lantai tujuh itu terbuka, dan Aster melangkah keluar dengan langkah pasti. Rambutnya disanggul rapi, mengenakan blouse putih gading yang dipadukan dengan rok model A-line hitam. Namun bukan hanya penampilannya yang berubah. Tatapan mata para pegawai kini terasa berbeda."Itu Aster ya? Yang katanya sekarang sekretaris pribadi baru Pak Galih? Katanya dia serem banget, menghalalkan segala cara buat dapetin posisinya yang sekarang," bisik seorang staf perempuan kepada rekannya."Iya. Ruangannya bahkan nempel sama ruangan Pak Galih. Gila, ya? Kok bisa sih ada orang kayak gitu di kantor kita?" timpal yang lainnya.Aster bisa mendengarnya, mustahil jika suara-suara itu tak mengganggunya. Namun, dia sudah memilih untuk mengabaikannya, menulikan telinganya. Dia melemparkan senyum tipis di wajahnya pada mereka. Dan dia tak akan pernah membuat senyumnya pudar hanya karena bisikan-bisikan dan rumor di belakangnya. Dia berjalan melewati mereka dengan anggun, seolah desas-desus itu ha

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 61: Dendam Belum Usai

    Selesai berpikir selama beberapa saat, Galih menggelengkan kepala. Fariz di sisinya mengepalkan tangan, menahan amarah. Di tampilan kamera pengawas itu, mereka melihat Putri, sedang bertemu dengan lelaki yang bertugas sebagai kurir untuk mengantarkan barang ke ruangan Galih.“Aku nggak bisa maafin kasus ini, Mas. Tolong Mas Galih proses si Putri sesuai hukum yang berlaku di perusahaan. Aku nggak mau ke depannya Aster terluka, bahkan lebih ekstrem dari kejadian kemarin.”“Tapi aku nggak bisa kayak gitu aja laporin kasus kayak gini ke polisi, Riz. Karena media akan tahu,” kata Galih.“Jadi, Mas lebih milih citra perusahaan daripada keselamatan Aster? Tindakan dia udah ke ranah kriminal lho, Mas,” Fariz terus menumpahkan isi kepalanya.“Aku tahu, Riz. Tapi kita harus berpikir dengan kepala dingin,” Galih memandang ke arah Aster, “gimana menurut kamu, sayang?”Aster menatap Fariz, pamannya itu mengangguk. Pandangan Aster lalu kembali terarah pada Galih. “Aku rasa, kita memang harus kasih

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status