Share

Album lawas

BABU MILYARDER 4

#Pembalasan_Mantan_TKW_

Bab 4

Album lawas

Pagi ini Nur berjalan jalan lagi dengan Akong mencari sinar matahari pagi yang menyehatkan. Seperti biasa, ke taman komplek lah ke mana lagi? "Kasian si Akong ni, orang kaya, anaknya kaya semua tapi mainnya cuma ke taman komplek."

Nur mencari tempat duduk bangku. Membiarkan Akong dan kursi rodanya bermandi cahaya matahari pagi. "Aku mau nonton Drakor kesukaanku dulu," sesekali mata Nur mengawasi Akong. "Nyaman bener kerja begini eeuy." Tertawa.

Dua orang cewek berpakaian nurse mendekati Nur. Nur yang sedang duduk mendongak dan tersenyum pada mereka.

“Hei, gantinya mbak Susi, ya?”

Salah seorang dari mereka bertanya pada Nur.

“Emm, mungkin ya ... Soalnya aku nggak tahu nggantiin siapa kemaren” jawab Nur jujur.

“Kenalan dong namaku Mariati tapi, kamu bisa panggil aku Mince.” nurse yang berambut panjang mengenalkan dirinya.

“Kok Mince?” tanya Nur heran. Dia tidak tahu kalau bekerja di Jakarta boleh berganti nama yang lebih trend. Nama kampung nggak ngehitz di sini.

“Iya, itu nama bekenku di Jakarta.”

“Oh gitu? Aku Nur,”

“Kalau aku, Darwati, panggil aja Desi. ”

Nurse yang rambut keriting mengenalkan namanya.

“Desi nama bekenmu juga?” tanya Nur ingin tahu.

“Bukan, itu nama samaranku," berbisik sambil melirik ke sana ke mari.

“Kenapa menyamar?” Nur yang lugu bertanya terus.

“Karena aku punya dua cowok,” katanya sambil tersenyum genit.

“Ooooh” mulut Nur membulat.

“Itu si Akong-mu tua-tua keladi tuh, genit kalau sama nursenya,”kata Mince sembari menunjuk Akong dengan dagunya.

“Masak?” Nur tak percaya.

“Tapi akong-mu orangnya royal, kalau kamu mau dipegang-pegang dikit gitu, dia bakal ngasih kamu uang lho," ngomong pelan.

“Hah? Gitu ya?” tanya Nur, tangannya menutup mulut.

“Huum, yang bilang mbak Susi Nursenya yang kemarin, dia loh perhiasannya banyak, katanya yang beli pakai duitnya Akong.” cerita kata Desi.

Nur mengangguk-anggukkan kepala, "jadi si Akong genit ini punya uang banyak?" Membatin.

“Nur_nurt”

Suara si Akong memanggil Nur. Rupanya dia sudah kepanasan sampai lupa diangkat, emang jemuran, Nur?

“Udah dulu, ya, aku mau pulang.”

Nur berpamitan pada kedua teman barunya.

**

“Kong, makan dulu,”

Nur menyuapi Akong tua itu dengan bubur. Akong tidak bisa mengunyah karena nggak ada giginya. Bubur itu keluar-keluar dari mulutnya, belepotan. Nur mengambil tissue dan mengelapnya, melakukan itu sampai berkali-kali.

Kasian, Nur perhatikan wajah Akong yang sudah keriput semua, rambutnya yang menipis, badan ringkih, mengingatkan Nur akan kakeknya di kampung. Hheh kalau ingat kampung Nur jadi sedih, Mereka tidak tahu kalau Nur sudah bercerai dengan mas Budi. Nur takut dan malu bercerita dengan Emaknya. "Nanti sajalah kalau aku sudah punya tabungan banyak, baru aku mau pulang kampung dan berkabar semuanya."

Nur merasa adasentuhan hangat di pipinya, membuat hatinya merasa lebih tenang.

Hah, sentuhan? Nur tersentak!

Tangan Akong sedang mengelus elus pipi Nur! "Hiiih! kurangajar tua bangka ini mengambil kesempatan disaat aku melamun, dasar ganjen!" Mata mendelik, kesal.

“Akong!" Berteriak.

“He_he_heh” jawab Akong sambil ngiler. Lumayan haha begitu pikir Akong.

**

Babang ganteng marah

Nur bangun pagi pagi, menggulung lagi kasur lipat, lalu dengan bantuan sebuah kursi menaikkan kasur lipat kembali ke atas lemari. Mumpung Akong masih tidur, Nur mikir, "lebih baik aku ke kamarku dulu lanjut mandi." Membuka pintu kamar Pelan-pelan dan meninggalkan kamar Akong.

“Nur, setrikain baju gue!"

Arka menghampiri Nur, di tangannya ada kemeja warna ungu muda yang manis.

“Nggak ah, aku sibuk” jawab Nur jaim.

“Bentar aja, ah elu!” keningnya mengerut.

Arka melempar kemejanya ke dada Nur, lalu dia pergi begitu saja. "Dasar majikan arogan! Nggosok baju itu bukan pekerjaanku, aku ini Nurse! Tapi gapapa lah nggosok baju babang ganteng dulu ntar sapa tau bisa gosok pipinya hehehe." Terkekeh sendiri. Menciumi kemeja babang ganteng, Nur terlena, "wiiih wangii ...."

“Nur, ngapain kamu nyium-nyium bajunya Sinyo?” Bik Ijah terheran-heran melihat tingkah Nur, "dasar gelo!" Katanya.

“Ehee, gapapa Bik, oh ya setrikanya dimana, ya?”tanya Nur

“Itu di rak sepatu paling bawah”

Bik Ijah kembali ke dapur, Nur segera mengambil setrika yang dimaksud. "Enaknya nyetrika di kamarku saja," pikir Nur. Mencolokkan kabel setrika lalu Nur mulai menggosok.

Tet ... tet ...

Upps! bel di kamar Akong berbunyi, panggilan untuk Nur. Artinya, Akong sudah bangun dan butuh bantuan. Nur memutar tombol setrika dan menurunkan temperaturnya ke tulisan min, lalu berlari cepat ke kamar Akong.

“Eh, si Akong sudah bangun. Mau apa kong?” tanya Nur sambil mendekat.

“Pip_pis”

Rupanya Akong kebelet pipis, pampers-nya penuh. Segera Nur mengambil pispot yang biasa digunakan Akong untuk pipis. Mepasang pispot dan mengangkat sedikit badan Akong setengah tegak biar bisa pipis.

“Su_dahh” kata Akong

Nur mengangguk, mengambil pispot yang sudah penuh dengan urine dan membuang di kloset, sekalian mencuci pispot itu sampai bersih. Inilah pekerjaan Nur sebagai perawat orang jompo. Dia harus menjadi raja tega untuk membersihkan pub dan pip Akong setiap hari. Belum lagi memandikannya, memapah tubuhnya dari kursi roda ke kamar mandi, berat. "Makanya kalian jangan iriya kalau gajiku banyak hehehe."

NURRRRR!!!!

"Teriakan Sinyo, ada apa?" Nur segera berlari untuk melihatnya

“Bentar ya, kong” kata Nur.

Secepat kilat Nur sudah berada di depan pintu kamar, ada Arka di sana. Kedua tangannya berkacak pinggang, dia bertelanjang dada memamerkan bentuk perutnya yang sixpack. "Hmmm aku terpesona." Nur ngiler. "Etapi kok kayak ada yang nggak beres?"

Arka menatap liar kearah Nur, seperti singa yang siap menerkam! Ada apa nih?

“Lihat!” katanya.

Tangan menunjuk kemejanya di atas meja setrika, Astaga!! Kemeja itu berasap ditindih setrika! Nur segera mencabut kabel setrikanya tapi, terlambat kemeja Arka sudah terbakar dan bolong. Waduh!

“Lu oon atau gimana sih, Nur? Nyetrika lu tinggal ha?!” marah-marah.

“T_tapi tadi udah aku kecilin temperaturnya kok” bingung.

Nur merasa bingung juga kok bisa kebakar bajunya Arka, padahal tadi jelas jelas dia sudah meminimalkan panasnya.

“Lu itu bisa kerja gak,seh? Nyetrika aja gak becus!” mengambil kemeja bolong.

“M_maaf Nyo, ntar aku ganti bajumu kalo aku udah gajian,” kata Nur.

Arka meremas kemejanya yang bolong dan melemparkannya ke badan Nur. Nur diam saja, "aah, beginikah rasanya dimarahin “suami” babang ganteng kuh?" Hikks, Nur merana.

Mendengar ribut ribut Bik Ijah datang.

“Ini kan setrika rusak Nur, tombolnya udah dol, diputer-puter sama aja, panas semua.”

 Bik ijah mengambil setrika rusak itu dan membawanya pergi, tanpa rasa berdosa, "setdah lugu banget, yak!" Nur mendelik.

**

“Kong, diluar ujan. Kita nonton tivi aja, ya?”

Nur mendorong kursi roda Akong ke ruang keluarga rumah besar ini. Hujan sedari pagi membuat Nur tidak dapat mengajak Akong jalan-jalan ke taman.

“Akong mau nonton apa? Tom and Jerry atau Marsha?” tanya Nur sambil menghidupkan televisi dan mencari channel dari tivi kabel berlangganan.

Akong menggeleng, ya udah kalau gak mau. Nur mengganti channel ke acara musik. "Wew ada BTS,  Boyband K-POP idolaku!" Nur mendengarkan lagu Dynamit sambil menggoyangkan kepala, "aku suka lagunya BTS,bahkan aku ikut grup ARMY, fans fanatiknya BTS!"

Akong mencolek colek lengan Nur.

“Apa sih Kong?” tanya Nur cemberut, lalu mengecilkan volume televisi.

“tuh_ ituh," kata Akong.

Akong menunjuk-nunjuk  laci nakas. Sepertinya dia menyuruh Nur untuk membukanya. Nur menuruti. Di dalam laci itu ada beberapa album foto besar. Nur menoleh ke Akong, dia mengangguk.

“Ambil ini Kong?”

“He_eh," mengangguk.

Nur mengambil album yang paling besar dan duduk di samping Akong. Membuka lembar demi lembar album foto lawas itu.

“I_nihh” Akong menunjuk foto seorang lelaki gagah memakai jas dan berkacamata hitam.

“Ini Akong waktu muda?” tanya Nur sambil melihat wajah Akong.

“Heeh," merenges.

“Ganteng ya Kong?” Nur memujinya biar senang. "Pantesan aja cucunya ganteng, akong waktu muda juga gagah dan ganteng," batin Nur.

“Ini Ama ya, kong?” Nur menunjuk foto seorang perempuan tua yang sedang foto berdua dengan Akong. Akong diam saja, Nur menoleh, oooh no Akong sedang menangis melihat foto itu ... kasian.

“Kong, sudah jangan nangis. Ama sudah bahagia di surga." Nur menepuk nepuk punggung tangan Akong untuk menghiburnya.

“Buka lagi ya, Kong?”

“Hi_oh”

Ada foto Akong dan anak anaknya. Jadi Akong ini namanya Bapak Andy Garcia, namanya keren ya? Sama dengan nama bapak Nur di kampung, Pak Satiman. Akong seorang pengusaha sukses punya pabrik karoseri enam, ratusan mini market, dealer mobil, importir mobil built up, eksportir kacang mete dan lain lain.

Anak Akong ada tiga, namanya Erick, Evy dan Lily, mamanya Arka itu. Tante Lily dan Arka tinggal disini nemenin Akong karena dia sudah tidak bersuami lagi.

Halaman selanjutnya ada foto Tante Lily, seorang lelaki bule dan seorang bayi kecil yang digendong. "Ini pasti bayinya Arka," tebak Nur.

“Ini siapa kong?” Nur menunjuk wajah lelaki bule.

“Papah Sinyo” jawab Akong.

“Pantesan Sinyo ganteng ya, papanya bule”  gumam Nur. Dan mulai berhalu ....

"Secara Arka ini bule KW 1, berarti kalau nikah sama aku nanti, anak-anakku bule KW 2 dong? Pasti cantik dan ganteng ganteng," Terbayang di benak Nur wajah-wajah indo artis seperti Haico VDV, Mischa, Cinta Laura, Dylan carr, "huuu bisa jadi artis juga anakku nanti masuk tipi hihi." Sampai merem melek Nur berkhayal.

“Uh_uh..” suara Akong membuyarkan lamunan indah Nur saat menjadi istri Arka. Nur menoleh Akong yang menunjuk nunjuk mulutnya sendiri.

ASTAGA!

Iler Akong sudah Kemana mana!

Bersambung

 

 

 

 

 

 

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status