Share

Menjadi Nurse Akong genit

BABU MILYARDER 3

Bab 3

#Pembalasan_mantan_TKW_

Menjadi Nurse Akong genit

“Mah, mamah!” berteriak.

Seorang Tante paruh baya yang cantik terlihat berjalan menghampiri Nur dan Arka.

“Mah, ni nurse-nya.” Arka menunjuk Nur, kemudian dia berjalan masuk meninggalkan Nur dan Tante cantik yang dipanggilnya Mama ini.  Tante ini melihat Nur dari bawah sampai atas.

Nur tersenyum padanya, "mau disuruh apa sebenarnya aku ini dibawa kemari?"

"Jadi kamu nurse?”tanya Tante itu.

“I_iya saya Nur, Bu, ehee,” jawab Nur meringis, karena menurut Nur, Arka dan Tante ini tidak bisa bilang Nur, bisanya nurse, seperti ada huruf S di belakangnya. "Padahal namaku cuma Nur."

“Iya ... iya ...." Jawab Tante itu.

“kamu mau kerja sini, jadi nurse buat Papi saya,”katanya lagi.

Wah, kerja?? Seketika wajah Nur sumringah mendengar kata 'kerja' Itu artinya Nur nggak nganggur lagi. Bersyukur.

"Tapi ngomong ngomong kerja apa ya disini jadi nurse, apa itu? Padahal sudah dibilang dari tadi namaku itu NUR bukan Nurse!"

“Barang barangmu, mana?” Tanya Tante cantik itu.

“M_masih di kosan,Bu.”

Tante cantik itu menghela nafas. Terdengar langkah kaki mendekat, Nur menoleh, ternyata babang ganteng Arka yang datang. Dia sudah berganti kemeja dan celana. Nur tak berkedip menatapnya, "ck udah kaya, ganteng, mobilnya bagus, nyaris sempurna!" Nur meleleh.

“Nyo, kamu dapat dimana ni anak? Kok nggak bawa baju?” Tante cantik itu mengeryitkan dahinya, heran

“Ceritanya panjang ma, udah terima aja dia kerja,”jawab Arka.

Arka melihat Nur sekilas, Nur memberi senyum semanis gula padanya. Tak sadar, mata Nur berkedip-kedip sendiri.

“Apa lu! Kelilipan?!” Arka membentak, Nur seketika gelagapan. "Hiih! galak banget sih cowok ini, sebel!"

“Arka berangkat dulu, Ma.” Arka pamit pada mamanya.

Tante cantik itu mengangguk. Dia memandang Arka, anaknya sampai menghilang.

“Ikut saya!”

Tante cantik itu berjalan masuk ke dalam rumah, Nur mengikuti.

“Ini kamarmu, sekarang kamu mandi, habis itu temui saya.Akan saya jelaskan pekerjaanmu."

Tante cantik itu berlalu. Nur masih mematung di depan pintu kamar ini. "Biarnlah kuterima saja pekerjaan ini, lagian aku disini diberi tempat tinggal, tak perlu mikir bayar kos-kosan". Tersenyum.

“Mbak, ini dikasih nyonya Lily.”

Seorang ibu tua yang menurut Nur pikir ART, membawa setumpuk pakaian bekas. Waah Nur menerimanya dengan senang hati, belum kerja sudah diberi baju setumpuk!

“Makasih ya,Bu,” kata Nur bersemangat.

Menaruh tumpukan baju bekas itu di kasur lalu Nur bergegas menuju kamar mandi.

“Nyonya, saya sudah siap bekerja,”

Nur menghadap nyonya Lily di ruang kerjanya. Dia menatap Nur yang sudah memakai baju nurse pemberiannya.

“Nur, kamu kerja jadi nurse untuk Papi saya, umurnya delapan puluh tujuh tahun, dia sudah tidak bisa berjalan, kamu harus memandikannya,mengganti bajunya, ganti pampersnya, nyuapin makannya, Bla bla bla ... mengerti?”

“I_iya nyonya,”mengangguk.

“Papi saya punya penyakit bla ... bla ... bla ... dia tidak boleh makan makanan bla ... bla ... bla ... Dan dia ada obat dan vitamin yang harus diminum setiap hari, kamu harus menghafalnya, mengerti?"

“Mengerti nyonya,” jawab Nur.

Nur mengambil nafas dan mengeluarkannya, "banyak banget peraturannya." Membatin.

“Bi ijaah!”

Perempuan ART yang dipanggil bi Ijah datang dengan cepat.

“Bawa Akong ke sini!”perintahnya.

“Baik, Nyonya,”mengangguk.

Tak lama, Bik Ijah masuk dengan mendorong kursi roda, seorang lelaki jompo duduk di sana. Wajahnya kuyu dan sayu. Pandangan matanya kosong, sepertinya dia tidak bahagia. Mulutnya terbuka alias melongo. Giginya sudah habis. Nur menatapnya, "jadi aku harus merawat Akong ini?"

“Ini, papi saya.”

Nyonya Lily berjalan mendekati lelaki tua di kursi roda itu.

“Papi, apa kabar?” sapanya.

"Duuh, dasar orang kaya, padahal serumah tapi masih menanyakan kabar, apa gak pernah ketemu gitu?" Batin Nur kepo.

“Papi, ini Nur, dia nurse baru yang akan merawat Papi. Papi jangan banyak rewel lagi ya, nanti nurse ini pergi lagi. Mengerti, Pi?”

Akong itu melihat Nur, matanya yang sipit memicing, mungkin berusaha melihat jelas wajah Nur.  Nur tersenyum ke arahnya.

“Haaaa,” terdengar suara dari mulut Akong yang menganga itu dan ... Cesss, air liurnya menetes!

"Ihhh, baru lihat aku sudah menetes air liurnya? Apakah aku secantik itu? Tersanjung diriku,"

Bi Ijah dengan sigap mengelap air liur itu dengan tissue sampai bersih.

“Dia memang sering begitu, karena usianya sudah tua, dan giginya sudah habis. Makanya Papi sudah tidak bisa mengontrol air liurnya lagi, sering menetes” jelas nyonya Lily

"Oh, ... Kirain si Akong terpesona denganku sampai meneteskan air liurnya hehe,"

“Udah, sekarang kamu ajak Akong keluar. Ini jam nya jalan-jalan.”

“Baik, Nyonya.”

Segera Nur mendorong kursi roda Akong keluar.

 

Nur mendorong kursi roda Akong sampai ke taman kompleks perumahan mewah ini. Mencari bangku kosong di tempat yang teduh, Nur lalu duduk dibangku dengan Akong disebelahnya.

"Mau apa ya?" Pikir Nur, "ajak kenalan aja lah,"

“Kong, aku Nur dari desa jabrak. Umurku dua puluh empat, aku Janda, Kong,”

Nur asal ngomong saja, "paling juga si akong nggak tahu, atau malah sudah budeg." Pikirnya.

Terlihat Akong itu manggut-manggut, bibirnya membentuk senyuman.

“Ho'oh,” katanya

"Eh busyet! jangan jangan si akong mudeng? Padahal tadi aku bilang aku Janda?" Nur matanya membulat.

Si Akong mengangkat tangannya, menyuruh Nur mendekat, Nur menurut. Sepertinya dia mau ngomong sesuatu. Nur mendekatkan telinga dekat ke wajah Akong.

“A-kong ma-u disa-yang,” ucapnya terbata-bata.

"Ha? Nggak salah denger gua?" Mendelik.

“Maksudnya kong?”Kembali Nur mendekatkan telinga di wajahnya

“Ci-um” katanya sambil tertawa.

"JABANG BAYIK!!!" Nur berteriak keras.

"Sudah uzur, bau tanah, masih kegenitan minta cium?? Gua bejek juga nih si Akong!" Geram.

Akong diatas, aku dibawah

“Akong kalau aneh-aneh, aku tinggal disini lho! Biar diculik begal mau?”

Nur menakuti si Akong biar gak genit. "Enak aja minta cium mentang-mentang aku Janda!"

“Hu_huu”

Si Akong menggeleng sambil mengibaskan tangannya. Merajuk.

“Makanya, kalau gak mau ditinggal jangan aneh-aneh mintanya, Kong,” ucap Nur sedikit kesal.

“Ayo pulang, Kong.”

Mendorong kursi roda Akong keluar dari taman untuk pulang. Bentar lagi, jamnya akong makan siang dan istirahat.

Melihat di taman ada beberapa nurse juga yang sedang mengajak jalan-jalan majikan jomponya, Nur tersenyum pada mereka. "Enak kerja begini ternyata, bisa keluar jalan-jalan, ketemu temen, mainan HP hehehe."

Sore ini Nur diajari Bik Ijah cara mengganti baju dan pampers Akong. Bik ijah tampak cekatan mengerjakannya. Kelihatannya Akong juga gak banyak tingkah ketika diganti pampersnya. Begitu gampangnya, "besok juga aku sudah bisa," pikirku.

“Nah, Nur, udah tau ya caranya, Besok kamu yang mengerjakan”

Bik ijah berkata sambil keluar kamar, ditangannya membawa pampers bekas pipis Akong, hii pesing.

"Hehe si Akong sudah tidur," Nur juga sudah menguap berkali-kali, "sebaiknya aku segera kembali ke kamarku untuk beristirahat."

"Segarnya habis mandi air anget, bener-bener dimanja aku di sini. Kamar mandi pembantu aja ada air panasnya, hmm nggak diluar nggak di sini kalau dapet majikan baik, pembantu betah hihi." Nur kegirangan.

Merebahkan badan di kasur empuk, Nur menarik selimut dan bersiap pergi ke dunia mimpi, sejenak melupakan nasibnya yang buruk, "Bismillah" Nur memejamkan mata.

Tok ... Tok ... Tok

"Siapa malem-malem ngetuk kamarku? Gak perasaan banget sih sama pembantu, ini kan waktunya pembantu istirahat? Dasar majikan gada akhla!" Nur mengerutu.

 Memasang wajah masam, Nur membuka pintu.

“Arka? Ngapain malem-malem ke sini? Kan tadi siang udah ketemu, mosok udah kangen lagi?” goda Nur pada cowok cakep itu.

“Eh, ikan teri! Ngapain lu tidur sini?”berkacak pinggang.

“lhah kan emang kamar aku sini?” jawab Nur tak berdosa.

Arka menatap Nur, matanya membulat, "uuh lucuk banget ..." Nur menatapnya berlama-lama.

“Elu ke kamar Akong, sekarang! Elu tidur sama Akong!”

Arka menyeret tangan Nur kasar, sampai terasa sakit dicengkeramnya. Nur meringis.

“Eeh, Ntar dulu, maksudnya gimana tidur sama Akong?!”

Nur mengibaskan tangannya hingga terlepas dari cengkeraman Arka.

“Elu tidur sama Akong, elu dibawah, Akong diatas!” mata Arka yang sipit melebar.

“Maksud loh, Akong di atasku gitu?”nggak jelas.

“Iya, Ayo, tu Akong udah nungguin elu!”

 Arka kembali mau menarik tangan Nur, gadis manis itu menghindar. "Enak aja Akong di atas aku di bawah, emangnya aku cewek apaan?"

“Aku gak mau! Akong di atas aku di bawah, no!” Kata Nur mantap.

“Terus maksud loh, elu di atas Akong di bawah gitu? Eh, ikan teri, yang pembokat itu elu! Elu yang tidur bawah, dodol!”

Arka kembali menarik tangan Nur, berdua mereka ribut di tengah malam. Arka menyeret Nur ke kamar Akong, Akong sedang terjaga.

“Tuh, lihat Akong bangun nyariin elu!” tunjuk Arka.

Arka mengambil kasur lipat diatas lemari kemudian melemparnya ke lantai.

“Elu tidur bawah, Akong tidur atas ngerti?!” mendelik.

"Ooh ... Ternyata maksudnya babang ganteng atas bawah itu begitu? Wallah tak kirain ...."

“Kong, tidur lagi ya, tu si Nur udah dateng."

Arka membetulkan selimut akongnya kemudian berjalan keluar tapi, pas sampai didepan Nur dia berbisik,

“Dodol!”

Huh! Nur mendengus, "dasar majikan sok pintar!"

Bersambung

 

 

 

 

 

 

 

 

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Muda Wamah
mantan TKW kok GK ngerti nurse ya hehehe.terus kok kayak org Bru dtg dr kampong.lugu banget
goodnovel comment avatar
Ukhty Lia
ada komedinya,lucu..
goodnovel comment avatar
Mochammad nur Alfian
Cukup pusing alurnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status