Share

Serangan jantung

BABU MILYARDER 7

Bab 7

Pembalasan Mantan TKW

Akong kena serangan jantung

Hhih masih kesal Nur dengan penghinaan mas Budi kemaren,kamvret bener dia! Tapi nur merasa puas sudah memberinya cap telapak tangan dipipi Budi. Sesuatu yang dulu tak pernah berani Nur lakukan.

  Nur mengaduk-aduk gelas kopi dimeja sambil mikir bagaimana caranya balas dendam sama mantan suami durhaka dan mertua dzolim. "Andai aku kaya, pasti mereka tak akan berani merendahkan dan menghinaku!" Nur bercita-cita merebut rumah dan mengusir keluarga mantan Mertua ke jalanan! "Lalu mereka akan minta ampun dan menyembah di kakiku!"

“Huahaha,” tak sadar Nur tertawa bahagia membayangkannya.

"Heh! sudah gila lu ketawa sendiri!”

Astaga! ada babang ganteng di dapur pembantu sini, setdah! Nur sedang ketawa sendiri, pasti dikira otaknya geser.

“A_ku nggak sengaja,” kata Nur sambil melengos, padahal maluu ... hehe.

“Lagian, ngapain lu kesini pagi pagi?” melihat Arka masih memakai boxer dan kaos oblong.

“Bikinin gua Milo cepetan!” arka menarik kursi didepan Nur dan duduk di situ.

Nur beranjak ke dapur dan membuat Milo hangat untuknya. Kesukaan babang kalau pagi minum Milo, gak kayak Nur yang sukanya kopi Mbah dukun alias kopi item. Meletakkan Milo didepan Arka dan Nur kembali duduk di kursi tadi. Mereka berdua terdiam dengan pikiran masing-masing.

“Nyo ...,"

Kata Nur sesaat setelah terdiam. Arka menatap, alisnya dinaikkan keatas, mulutnya menyerutup Milo dari cangkir. Dengan menggerakkan dagu, Arka menyuruh Nur melanjutkan omongan.

“Menurut elu, gue cantiik atau buluk?” tanya Nur dengan tatapan melas.

Arka melihat, kali ini tatapannya lain, entahlah apa artinya. Nur mengerjapkan kedua mata, menunggu jawaban.

“Menurut gue, elu nggak buluk Nur Cuma ... Buluk banget wkwkkk."

Arka tertawa ngakak, ehehe Nur ikut tertawa tapi, tertawa garing. "Ternyata, emang gue buluk seperti yang dikatakan keluarga mantan suami gue," begitu kata Nur dalam hati. Ya sudah uterima saja. Nur berdiri dan memasukkan kursi ke dalam meja, meninggalkan Arka dengan wajah memelas.

“Nur, tunggu!”

Arka menjejeri langkah Nur.

“Lu marah ya?”

Nur menggeleng, menundukkan wajahnya yang jelek. Sebuah sentuhan tiba-tiba mengangkat dagu Nur, gadis itu mendongakkan wajah. Tepat di depannya wajah babang ganteng mendekat, tatapan matanya membuat Nur jengah, cepat Nur menundukkan pandangan.

“Elu gak buluk kok, Nur, Cuma jelek, hehehe.” sedetik kemudian, Arka mengerlingkan sebelah matanya! Lalu dengan santai meninggalkan dengan langkah yang lebar.

Hah?? Nur mengelus dagu yang tadi disentuh babang ganteng, "benarkah ini? Babang ganteng mengerlingkan matanya padaku??" Oooh, ini yang sedang ngigau Arka atau Nur yaa?

**

“Kong, duduk sini, ya, kita nonton tivi aja.”

Nur mengunci kursi roda Akong di ruang keluarga dan menyalakan televisi. Hari ini Nur sedang tidak bersemangat. Pertama dia lagi mens jadi perutnya sakit, yang kedua pikiran kalau dirinya buluk masih menganggu pikiran.

Akong menatap Nur, sepertinya dia tahu Nur lagi galau.

“Nur_nurt” Akong memanggil, mendekatkan telinga dekat ke wajah Akong, Nur berpikir, "mau ngomong apa dia?"

“Ke_na_pa?"

Nur tersenyum mendengar perkataan Akong.

“Kong, Nur cantiik gak?” tanyanya.

“Ho'oh” Akong tertawa melengeh, kedua jempol tangannya diangkat.

“Makasih kong, Cuma Akong yang bilang Nur cantiik,”

Nur kembali termenung. Kalau Akong yang bilang cantik, Nur tidak tersanjung. Akong sudah uzur, paling juga matanya udah rabun bilang Nur cantik.

“Uh..uh!” Akong mencolek lengan, Nur menoleh

“Ce_ri_ta,” katanya.

Nur menghela nafas,

“Nur sedih Kong, banyak orang merendahkan dan menghina Nur, mentang-mentang Nur miskin nggak punya duit,” Nur menelan ludah, "ngapain juga curhat sama Akong? Bodohnya aku ...." Batin Nur setelah sadar.

“Haaaa;”

 Setdah! Teriakan Akong mengagetkan Nur saja.

“Napa, Kong, ngagetin aja!” gerutu Nur.

Melihat Akong mengangkat tangannya, dia menempelkan ibu jari dan jari telunjuknya, membentuk simbol cinta ala Korea sarangheo! "Iiih jijik deh mulai centil lagi  si Akong!" Wajah Nur berubah jutek.

“Apaan sih, Kong?! Pakai menyatakan cinta sama Nur, sudah Nur tolak sebelum Akong ngomong tauk?!" Sungut Nur Kesal.

“Heh_hheh.”

Akong menggoyang goyangkan kursi rodanya seperti gemes, ibu jari dan jari telunjuknya masih menempel, tapi kali ini digesek gesek, Nur melihatnya tak mengerti. Kemudian dia mendekatkan telinga

“Mau_uang?”

Hah? Ternyata tangan Akong itu simbol uang, bukan simbol Cinta! "Owalah Kong ... Kong ... uang to? Tiwas tak tolak hehe." Nur tertawa sendiri.

**

“Kong, kemarin Nur beli speaker aktif nih buat dengerin musik.”

Memamerkan speaker bluetooth aktif miliknya yang dibeli kemaren ke Akong. Nur lalu memutar lagu Life goes on milik BTS yang slow, melihat Akong yang menggoyang-goyangkan tangannya seperti menari, Nur menyangka Akong suka BTS.

“Suka Kong?” tanyanya.

“He'eh.” Akong mengangguk.

“Kong, Nur mau kebelakang. Akong dengerin musik dulu, ya? Ini jangan dipegang pegang, ntar jatoh rusak.” Nur menunjuk speaker aktif yang masih baru.

Memutar lagu fire yang iramanya menghentak, kulihat Akong semakin kencang bergoyang, suka banget dia dengar lagu yang menghentak. Nur segera keluar untuk ke kamar mandi.

Sepuluh menit kemudian, Nur kembali ke kamar Akong, melihat Akong masih bergoyang diiringi lagu Dynamit. Curiga dengan goyangan Akong heboh banget, yaitu tangan dan kakinya menghentak hentak, sampai tubuhnya melorot dari kursi roda dan kepalanya miring Nur berpikir, "Wah gak beres nih!"

Dengan cepat Nur mematikan speaker bluetooth. Musiknya mati tapi tangan dan tubuh Akong tetap menghentak hentak!

“Akong ... akong ...” teriak Nur panik.

Nur memegang tubuhnya, ternyata Akong kejang kejang kena serangan jantung!

**

Akong masuk RS

“Tolong...tolong, bik Ijaah!!”

Nur berteriak dan berlari keluar meminta pertolongan. "Ya Allah gimana ini,kalau Akong mati?" Nur takut sekali

“Ada apa teriak teriak, Nur?”

Bik ijah Bertemu Nur dilorong dapur.

“Bik, Akong bik ... Akong!”

Nur dengan cepat menarik tangan Bik Ijah ke kamar Akong. Di sana terlihat Akong sudah lemas dan lunglai di kursi roda, seperti tidak bertulang!

“Astaga Nur?! Kenapa ini??"

“A_aku tidak tahu, Bik” jawab Nur panik, air mata mulai menetes di pipinya.

“Cepat telepon Sinyo, biar bibik panggilin satpam untuk membawa ke rumah sakit!” perempuan tua itu ternyata gesit dan cepat berpikirnya.

“Iya, iya!” jawab Nur sambil menelepon Arka.

“Hallo Ka, Akong pingsan cepetan pulang!” teriak Nur di telepon.

“Kenapa Akong, Nur? Cepat bawa ke rumah sakit aku susul kesana.” suara Arka dari balik telepon.

Tak lama dua satpam memasuki kamar Akong dan membawanya ke mobil. Selanjutnya menuju rumah sakit Nur ikut di dalamnya, kepala akong ditaruh di pangkuan Nur, Pak tua itu diam membisu seperti mati! Huhu huuuu Nur yang melihatnya menangis tersedu-sedu.

 

Nur masih menangis, duduk sendiri menunggui akong yang belum sadar juga.

“Akong?!”

Tiba tiba Arka sudah masuk di kamar ini.

“Lu cekik ya, Nur?” matanya melebar.

“Sembarangan nuduh!” Nur juga melebarkan matanya.

“Terus kenapa dong? Tadi pagi gue tinggal kerja gapapa,sekarang koma?” menatap tajam.

Nur diem aja, "gak mungkin dong g aku bilang Akong kena serangan jantung gegara disetelin musik menghentak? Bisa di elus elus pakeparutan kelapa nanti sama Babang Arka". Mending Nur berpura pura bego, menjawab nggak tahu, nggak tahu aja sampai nyonya pulang, biar aman.

Berkali-kali Arka mengusap ponselnya, dia sedang sedang menghubungi mamanya di Singapore. Matanya yang tajam tak henti melirik Nur, seolah gadis pembantu ini tersangkanya.

“Nyo, Gimana Akong?”

Seorang Om gagah dan seorang Tante cantik memasuki kamar VIP ini.

“Om Erick? Akong belum sadar juga. Arka hubungi mama susah sekali” jawab Arka gusar.

“Kamu sudah ketemu dokter?”

“Belum. Om aja yang temuin dokter ya? Arka biar tunggu Akong aja ”

“Oke lah” Om Erick keluar bersama isterinya.

 **

Lima hari sudah Akong terbaring koma di rumah sakit. Nur yang selalu menunggunya. Om Erick dan Tante Evy kesini Cuma dua kali, nyonya Lily yang paling sering kalau pagi. Kasian Akong anak anaknya cuma peduli sedikit dengan dia. Padahal mereka kaya raya Juga tak lepas dari jerih payah Akong.

Memegang tangan Akong, Nur merasa sepertinya hanya dia yang paling sedih di sini.

“Kong, cepet bangun dong, jangan mati dulu. Kalau Akong mati, Nur kerja dimana? Nur tinggal dimana?” Hikss hikss Nur mulai menangis.

Menyeka air mata, lalu melanjutkan curhatnya depan Akong yang sedang koma.

“Nur ini dicerai dan diusir sama mantan suami Nur, kong, padahal itu rumah Nur yang bikin huhuhuu ”

“Pokoknya, Akong jangan mati dulu, Nur masih mau kerja merawat Akong. Nur mau ngumpulin uang ntar buat balas dendam sama mantan mertua Nur yang dzolim itu! Nur mau tunjukin Nur bukan buluk, Nur bukan blangsak! Huaaa huaaa”

Nur menangis sejadi jadinya, membayangkan kalau Akong mati dia bakal jadi gelandangan. Menutup wajah dengan kedua tangan, Nur menangis sampai tertidur di samping Akong.

Nur tak pernah tahu bahwa Akong dalam koma nya mendengarcm curhatan dia, bahkan Akong sampai meneteskan air mata dalam tidurnya.

 

“Nur... Nur... Bangun makan nih!”

Suara Arka membangunkan Nur dari tidur. Menggeliat sebentar, Nur menyeka mulutnya yang basah dengan lengan baju.

“Widiih ngiler Lo Nur? Jorok loh, hiih!"

Arka bergidik melihatnya, Nur cuek saja mengambil plastik berisi makanan dan berjalan ke sofa untuk menyantapnya. Setiap malam Arka inibdengan setia mengantar makanan.

“Nur, gue udah tau kenapa Akong kena serangan jantung!”

Arka berjalan menghampiri dan berdiri di samping Nur.

“Elu kan Nur?”tunjuknya tepat di hidung Nur.

“Maksud, loh?” tanya Nur sambil memasukkan suapan terakhir makanan ke mulut.

“Elu kan yang bikin Akong koma!”

Nur berdiri, membuang sampah bekas makan lalu berdiri di hadapan Arka.

“Buktinya apa?” menantang.

“Belagu lo, gue udah puter CCTV di kamar Akong, gue lihat lu ninggalin Akong sendirian sambil elu setelin musik, iya kan?”

Deg! Jantung Nur serasa mau copot.

“Ngaku Nur, gue bilangin Mama biar lu dibawa ke kantor polisi!” melotot.

“J_jangan nyo, tolong plis," Nur mendadak ketakutan. "Kalau dibawa ke kantor polisi bisa dipenjara dong gue, bisa tambah susah hidup gue."

"Nggak bisa! Elu harus tanggung jawab!” berkacak pinggang.

“Tolong dong nyo, kasihani aku ... Huhu." Nur mulai menangis.

Nur dan Sinyo terlibat perdebatan, saling mengeyel ketika tiba-tiba ....

Arrrrrgh ... aarrgh ....

Suara apa itu? Nur dan sinyo saling berpandangan.

“Akong!!”

Seru mereka berdua bersamaan.

Berlari mendekati ranjang Akong, terlihat Akong mengerang, badannya bergetar semua, matanya melotot.

“Arka, cepat panggil dokter!” teriak Nur panik.

Secepat kilat arka berlari keluar kamar. Nur masih melihat Akong kejang kejang dan melotot, matanya jadi putih semua, bola matanya keatas.

“Akong ... Akong ... jangan mati Kong, huhuhuu.” Nur mengguncang bahu Akong sambil menangis.

Dokter dan perawat sudah datang, mereka memasang alat kejut jantung. Seorang perawat menyuruh Nur dan Arka keluar kamar.

Betul betul cemas rasanya. Arka berdiri dengan gelisah,dia berjalan mondar-mandir sesekali matanya menatap Nur tajam, membuat pembantu itu takut. "Tuhan tolong selamatkan Akong ... Doa Nur berkali-kali.

Bersambung

 

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status