Share

5 - Percobaan Pertama

Ketika handphone miliknya berdering, maka Sandisc segera mengambil benda tersebut yang ditaruh di atas kasur. Ia pun membuat posisi duduknya lebih sensual.

Kedua kaki saling disilangkan. Bagian bawah lingerie diangkat ke atas guna menampakkan paha-paha putihnya. Dengan tujuan menunjukkan keseksiannya pada Gerack Brown.

"Aku sudah sampai, Sayang. Kau di mana?"

"Aku di kamar." Sandisc menjawab dengan nada biasa saja. 

Kontras dengan senyuman lebar yang terpatri di wajahnya. Bayangan sosok gagah Gerack pun sudah memenuhi benaknya.

Memperkuat rasa rindu Sandisc. Dan, ingin segera berjumpa langsung pria itu pula.

"Tunggu aku, Sayang."

Tidak dilontarkan balasan apa-apa. Bahkan, sambungan telepon langsung diakhiri.

Memberikan kesan tak terlalu antusias akan kedatangan Gerack. Justru sebaliknya.

"Wow, kau cantik sekali, Sayang."

Diukirkan senyum yang lebih lebar sebagai balasan atas lontaran pujian teman tidurnya, Gerack Brown. Dan, ditatap pria itu dengan cukup lekat.

Dapat dilihat bagaimana sepasang mata Gerack nyala akan bara gairah. Reaksi yang telah dirinya prediksi. Jadi, tidak terlalu heran menyaksikan.

Tentu, muncul keinginan untuk menunjukkan lagi sensualitas kepada Gerack. Senang rasanya dapat menggoda  pria itu. Apalagi, hasrat Gerack.

"Aku yakin tidak salah melihat."

Sandisc tertawa cukup kencang. Tatapan semakin memikat ditunjukkan pada sang tamu istimewa. Gerack pun membalas tak kalah lekat.

"Salah melihat apa?" Sandisc pura-pura belum paham.

"Salah melihat kau, Sayang."

"Tapi, kau benar-benar nyata aku lihat, malam ini. Bukan delusiku saja."

Gerack menambah seringai. "Kau sangat seksi dengan lingerie ini."

"Kau membeli di mana?"

"Baru pertama kali kau pakai lingerie ini, Sayang? Benar-benar cantik."

Sandisc tak segera menjawab. Ia memilih untuk turun dari tempat tidur.

Berjalan dengan langkah anggun mendekati Gerack yang berjarak tak jauh darinya. Terus dipertahankan senyum lebar.

"Kemari cepat, Sayang."

"Beri aku ciuman selamat datang. Kau tahu aku sangatlah merindukanmu."

Sandisc kembali terkekeh. Tetap berjalan ke arah Gerack. Sedangkan, kedua tangan pria itu sudah merentang. Siap menyambut.

Lima detik kemudian, dirinya sudah berada dalam rengkuhan erat dan posesif Gerack.

Dan ketika menengadahkan kepala, ia menerima ciuman ganas pria itu bibir.

Balasan dengan pagutan lembut yang bisa diberikan. Soal mencumbu hebat hingga mampu membangkitkan gairah, diserahkannya pada Gerack.

Sedikit rasa kesal menyergap, saat pria itu menghentikan ciuman. Namun, segera digantikan keterpesonaan karena dirinya disuguhkan senyuman menawan.

Bukan sebuah rahasia lagi jika Gerack punya paras tampan dengan rahang wajah persegi yang tegas.

Lalu, kedua mata berwarna biru, hidung mancung, bibir merah tebal. Tinggi tubuh menjulang dengan tubuh perkasa.

Gambaran sempurna.

Bahkan sudah dibayangkan bagaimana nanti calon bayinya bisa mewarisi kelebihan fisik dari Gerack Brown.

Tentu, sangat berharap gen pria yang akan dominan dari dirinya jika melahirkan buah hati laki-laki.

"Kau sedang memikirkan apa?"

Sandisc memperlebar senyuman. Dekapan pada Gerack semakin dieratkan juga. "Aku?"

"Hmm, memikirkan seberapa besar gairah sedang kau tahan," lanjut Sandisc santai.

"Aku sangat menginginkanmu."

Sandisc tertawa pelan. "Benarkah? Memang selama kau di sana, kau tidak pergi bersama wanita lain?" Sengaja diloloskan sindiran.

"Aku hanya menginginkanmu saja."

Sandisc mengencangkan tawa. Matanya pun menatap dengan tak percaya. Lalu, kepala digeleng-gelengkan.

Respons dirinya yang seperti ini pasti sudah diketahui Gerack, berarti apa. Pria itu punya kepekaan cukup tinggi, di waktu tertentu.

"Aku tidak pernah ditemani wanita siapa pun di sana. Kau tahu betapa aku kesepian?"

"Aku rindu padamu. Dan, aku hanya dapat membayangkanmu, Sayang. Kau percaya?"

Sandisc lekas mengangguk. "Aku percaya. Lagi pula, aku memang bagus dijadikan olehmu sebagai bahan fantasi bukan?"

"Benar sekali, Sayang. Sangat bagus."

Gerack menyeringai. Diembuskan dengan sengaja napasnya di daun telinga kiri milik Sandisc, sebelum lanjut berkata. Tawa geli wanita itu membuat dirinya kian bergairah.

"Kau mau aku ceritakan salah satu fantasiku tentangmu? Tapi, setelah kita bercinta?"

Sandisc mengangguk ringan, lagi. "Baik. Mari malam ini kita bercinta sungguhan."

"Dan, kau bisa merealisasikan seluruh fantasi dalam kepalamu, Ger--"

Tak bisa dilanjutkan ucapan karena dirinya telah diangkat oleh Gerack. Pria itu berjalan cepat dan tergesa-gesa menuju tempat tidur.

Rasa terkejut tidak terlalu menyelimuti, saat Gerack melemparnya ke kasur. Sedetik kemudian, pria itu berada di atasnya. Tidak menindih, menyangga dengan dua tangan.

"Bermain hingga pagi, apa kau siap?"

Kepala Sandisc dianggukan mantap seraya memandang kian lekat sosok Gerack yang tengah berupaya menyingkap lingerie. Tak terlepas. Masih sampai di bagian dada saja.

"Siap, Sayang." Sandisc menjawab mesra.

Ketika Gerack hendak menciumnya, segera diarahkan jari telunjuk ke bibir pria itu.

Tak terjadi cumbuan di antara mereka. Tatapan kebingungan pun dilemparkan Gerack.

"Sebelum kita mulai, aku ingin pastikan suatu hal dulu kepadamu. Tentang ma--"

"Aku sudah memasukkan semua makanan yang kau minta ke daftar menuku setiap hari. Dan, aku rasanya akan bagus, Sandisc."

"Kesuburanku akan meningkat seperti yang kau inginkan, Sayang," ujar Gerack bangga.

Dia memang bisa aku handalkan. Sandisc bersuara senang di dalam hati.

Lantas, kedua mata dipejamkan. Tepat saat Gerack mulai memagut dengan kecepatan yang seakan dikejar oleh waktu.

Pria itu juga sudah menggerilyakan tangan-tangan nakal di tubuhnya. Melakukan gerakan-gerakan sensual yang memicu bangkitkan hasrat.

Sandisc yakin malam ini pergumulan panas akan terjadi kembali. Selalu terasa hebat dan menyenangkan bercinta dengan Gerack.

Puncak yang dahsyat tak hanya memberi kepuasaan biologis, tetapi akan dihasilkan  seorang bayi beberapa minggu lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status