Share

6 - Halangan Pengaman (Mature Content)

"Hei, bangunlah."

Tidak ucapan lembut Sandisc yang menyebabkan Gerack langsung terjaga. Namun, sentuhan halus telapak tangan kekasih barunya itu di lengan kiri.

Ketika mata sudah membuka secara penuh, wajah menawan Sandisc dengan ekspresi kesal menjadi pemandangan utama yang dapat diabadikan. Ia beranjak dari posisi berbaring. Duduk di dekat Sandisc.

"Aku sudah bangun, Sayang." Gerack berucap dalam nada ceria. 

"Ada apa membangunkanku?"

Tak menunggu jawaban dilontarkan oleh Sandisc, tengkuk wanita itu segera diraihnya. 

Bibir mereka tak lama kemudian menyatu. Diberi pagutan yang lumayan cepat sembari memejamkan mata.

Saat Sandisc tidak membalas, ciuman pun diakhiri Gerack. Dipandang sang kekasih dengan tatapan heran. 

Kedua tangannya sudah menangkup wajah wanita itu. Mata mereka saling bersirobok.

"Apa yang membuatmu terganggu?" tanyanya lagi. Jelas merasa penasaran.

Semua hal menyangkut Sandisc adalah hal yang selalu ingin diketahuinya. 

Tentu, akan menawarkan bantuan juga pada wanita itu. Walaupun, Sandisc tidak meminta.

"Kau, membuatku terganggu."

Cara berkata dan ekspresi yang ditunjukkan, jelas memerlihatkan bagaimana ia memang sedang bahan kejengkelan Sandisc. Entah apa yang menyebabkan, belum diketahui.

"Aku melakukan apa?"

Sandisc memutar bola matanya seraya napas diembuskan panjang. "Kau benar tidak tahu apa kesalahanmu, Mr. Gerack?"

"Iya. Tidak tahu."

"Bilang padaku, Sayang." Gerack meminta dengan nada dan ekspresi seriusnya.

"Begini ...." Sandisc menjeda sejenak.

"Semalam ...." Sandisc kembali tak selesaikan ucapannya. Padahal, kalimat telah tersusun.

"Kau masih pakai pengaman 'kan?" Sandisc bertanya dengan nada selidik. 

Tatapannya semakin lekat diarahkan pada sosok Gerack, sedang menunggu apa sekiranya hendak ia katakan. Ekspresi pria itu tampak bingung sekaligus penasaran.

"Iya, aku pakai."

Sandisc menghela napas kembali untuk mengurangi serangan rasa panas di dalam dada karena kekesalan meningkat. Masih terus dipandangnya sosok Gerack.

Sementara, pria itu menampakkan ekspresi polos dan sorot mata lugu. Seperti tak bisa memahami alasan kejengkelannya. 

"Menyebalkan sekali." Sandisc menggerutu.

"Aku malas kalau kau sudah tidak peka, Mr. Gerack. Kau sungguh membuatku kesal."

Beberapa detik kemudian, Gerack langsung saja menunjukkan reaksi atas sindiran dari Sandisc. Bukan marah atau balik sebal, ia justru sudah menyiapkan rayuan.

Aksi dimulai dengan memberikan pelukan pada Sandisc. Lantas, mendaratkan kecupan di kening wanita itu. Mata mereka tetap saling bersitatap. Disuguhkan seringaian.

"Baiklah, aku minta maaf karena aku tidak bisa tahu apa yang kau mau, Sayang."

"Hm, apa kau akan terus marah?"

"Atau kau akan mau memaafkanku?" Nada suara pun Gerack alunkan dengan lebih serius.

Perlu hingga bermenit-menit baginya untuk menunggu respons dari Sandisc. Tangan kiri wanita itu digenggam. 

Pusat pandangan pun masih terarah penuh pada sosok Sandisc.

"Oke, aku akan memaafkanmu."

"Kalau, aku terus kesal, aku tidak akan bisa mendapat bayi darimu. Jadi, kita berbaikan."

Gerack tak kuasa menahan tawa. Namun, segera diredam, menghindari Sandisc yang bisa saja lagi jengkel padanya. 

Lalu, kepala diangguk-anggukan dengan gerakan santai.

Keterkejutan melanda Gerack sebab dirinya didorong oleh Sandisc hingga telentang di kasur. 

Dan, ketika sadar wanita itu hendak bergerak ke atas tubuhnya. Maka, segera saja ditunjukkan reaksi dengan sigap.

Menarik tangan Sandisc hingga wanita itu terjatuh juga, tepat di sampingnya. 

Gerack pun cekatan mengganti posisi. Ya, menindih wanita itu. Seringaian dipamerkan.

"Kau ingin kita bermain lagi sekarang?" tanya Gerack dalam nada godaan kental.

"Iya, sekarang. Dan, tanpa pengaman."

"Bukan sekadar bermain. Tapi, dalam upaya menghasilkan seorang bayi. Oke?"

Gerack terkekeh seraya anggukan kepala kuat-kuat. Wajah menawan Sandisc masih menjadi pusat pandangannya. Tidak ingin dialihkan ke objek lainnya.

Gerack mengangguk lagi. "Hmm, sebelum kita mulai, apa aku boleh minta sesuatu?"

"Apa itu?"

"Status kita diubah bagaimana? Tidak hanya sebagai rekanan di tempat tidur." Gerack meminta dengan raut sungguh-sungguh.

"Yang aku inginkan darimu bukan hanya soal pemenuhan kebutuhan seks."

"Tapi, aku melibatkan perasaanku, Sandisc." Gerack menambahkan. Ekspresi kian serius.

"Aku ingin kita menjadi kekasih. Kau harus setuju, ya, Sayang?"

"Aku akan memberikan bayi untuk wanita yang berstatuskan sebagai kekasihku saja." Gerack mengimbuhkan. Suara lebih serius.

"Baiklah. Oke."

Gerack tak berkata-kata apa lagi. Namun, ia jelas sangat bahagia akan kesetujuan wanita itu. Sudah lama dinanti momen seperti ini, hampir sejak tiga tahun belakangan.

Sedetik kemudian, cumbuan sudah dimulai. Sedangkan, tangan bergerak membuka tali baju tidur digunakan oleh Sandisc. 

Ketika mendapati dibaliknya wanita itu tak mengenakan apa-apa di dalam, Gerack pun tertawa. Tetapi, tak dihentikan pagutan di bibir ranum milik Sandisc.

Pemanjaan pada buah dada dan areal paling sensitif wanita itu tidak ada. Langsung saja melakukan penyatuan di antara mereka. 

Pergerakan pun tak terlalu menggebu-gebu. Tempo pelan, namun menekan di titik-titik yang dapat meloloskan lenguhan Sandisc.

Tentu, bercinta tanpa pengaman memberi sensasi lebih nikmat lagi baginya.

"Kau akan mendapatkan bayi dariku, Miss Mikkler." Gerack berujar bangga.

"Memang harus kau berikan karena aku sudah memilihmu. Jangan kecewakan aku."

Lantas, kecepatan ditambah. Ingin segera mendatangkan puncak yang dahsyat untuk Sandisc. Dan juga menghasilkan Gerack junior tumbuh di rahim wanita itu.

"Aku akan memberikan bayi yang lucu." Dibisikkan kalimat manis di telinga Sandisc.

"Aku yakin kau bisa memberikan padaku."

Gerack memamerkan senyum sarat akan kebanggaan besar. Tentu, juga rasa percaya yang tinggi. 

Lalu, ia tertawa seraya mengecup-ngecup bibir ranum nan manis milik Sandisc.

"Bolehkah aku bertanya?"

Berupaya keras dibuka mata guna memberi tanggapan atas pertanyaan Gerack. Ingin menjawab, namun rintihan nikmat yang keluar dari mulutnya.

Disebabkan oleh sentakan demi sentakan Gerack semakin menggila di dalam dirinya. Tidak bisa berkonsentrasi.

"Soal apa? Hahh." Sandisc berhasil loloskan balasan, walau diiringi dengan desahan.

"Kenapa kau memilihku?"

Sandisc tersenyum lebar. "Karena kau itu pilihan yang paling baik dan unggul."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status