Share

BABY & SECRET DADDY
BABY & SECRET DADDY
Penulis: Di_evil

1 - Teman Tidur

Gerack merasakan debaran jantungnya yang kian kencang, seiring dengan tombol bel apartemen Sandisc Mikkler dipencetnya.

Gerack sangat tegang. Berdiri kaku sembari memegang sebuah buket bunga mawar.

Pandangan begitu tertuju lurus ke depan. Tepat pada pintu apartemen Sandisc yang belum dibuka juga oleh wanita itu.

Sandisc ada di dalam. Sudah dikonfirmasi setengah jam lalu lewat pesan dikirimkan ke wanita itu. Tinggal ditunggu Sandisc keluar.

Setiap detik berjalan terasa begitu cepat bagi Gerack. Tidak terasa sudah lima menit ia menanti sambutan Sandisc.

Tak berniat menekan kembali bel supaya wanita itu segera membukakan pintu untuk dirinya. Gerack rela menanti lebih lama.

Waktu yang ada, dimanfaatkannya untuk menyusun sejumlah kalimat sapaan dan pertanyaan nantinya pada Sandisc.

Otak Gerack tidak bisa diajak memikirkan kata-kata puitis yang romantis. Ia jelas ingin memberikan kesan manis ke Sandisc. Tapi, kemampuannya tak mendukung.

Pria mana pun pasti memiliki tujuan yang sama sepertinya, dalam rangkan mencuri perhatian dan hati wanita mereka sukai.

Cklek.

Pintu apartemen terbuka perlahan.

Tak lama kemudian, sosok Sandisc terlihat. Wanita itu berdiri dengan tinggi yang lebih pendek sepuluh sentimeter dibandingkan dirinya. Namun, lekuk tubuh Sandisc bisa dikatakan sempurna. Seksi.

Penampilan Sandisc mendukung. Wanita itu tengah mengenakan jubah mandi ketat yang tiga sentimeter di atas lutut.

"Kau cantik." Gerack meloloskan kalimat pujian dengan spontan.

"Haha. Trims."

"Ayo, masuk." Sandisc mempersilakan.

Sembari berjalan di samping Gerack, Sandisc pun memerhatikan saksama penampilan teman tidurnya, dimulai dari ujung kepala dan berhenti tepat pada buket bunga dipegang oleh pria itu.

"Kau membelikan untukku?"

"Iya." Gerack menjawab sedikit gugup.

"Hadiah yang bagus."

Sandisc segera mengambil buket bunga yang diberikan Gerack. Lalu, berkata, "Trims."

"Aku iseng membelinya. Aku ingin bawakan kau makanan. Tapi, aku rasa kau sedang diet dan tidak makan malam."

Sandisc mengulas senyum yang lebih lebar lagi, saat matanya dan Gerack berserobok kembali. Ia suka melihat bagaimana pria itu memandang dengan sorot memuja.

Lalu, Sandisc menggeleng. Langkah kakinya pun terhenti. "Aku tidak diet."

"Hmm, tapi bolehkah aku mengemukakan kecurigaanku sedikit?" ujat Sandisc dengan nada canda. Disertai juga tawa renyah.

"Kau curiga? Tentang apa?"

Melihat bagaimana ekspresi Gerack tiba-tiba saja menjadi tegang, tentu memicu Sandisc juga untuk lebih tergelak. Namun, ia coba mengendalikan diri untuk tak tertawa.

Lalu, sebagai respons atas pertanyaan yang dilontarkan Gerack, Sandisc pun anggukan kepala lebih dulu. Senyum dikembangkan.

Kalimat balasan sudah ada di dalam kepala. Sebentar lagi siap untuk diluncurkan.

Sementara itu, mimik wajah Gerack semakin tegang. Memandangnya pun tanpa berkedip. Masih menunggu jawaban darinya.

"Aku kira kau memberikan aku bunga ini, dalam rangka untuk membujukku menjadi kekasihmu, Mr. Gerack Brown."

Sandisc hanya mengarang. Bermaksud diri untuk berguyon. Namun, Gerack malah kian tampak terkejut dengan ucapannya.

Beberapa detik kemudian, Sandisc mendapat giliran kaget. Diakibatkan pangkasan jarak dilakukan oleh Gerack. Dilanjutkan dengan merangkulkan tangan di pinggangnya.

"Apa kau bersedia menjadi kekasihku, Miss Sandisc Mikkler?" ucap Gerack serius.

"Kau tahu aku mencintaimu."

Malam ini, yang ketiga kali diminta wanita itu menerima perasaannya. Menjalin kasih dalam hubungan resmi. Gerack sangatlah ingin Sandisc menjadi kekasihnya.

"Maafkan aku."

Dua patah kata bernada sangat serius yang dilontarkan Sandisc, jadi jawaban mutlak untuk Gerack. Wanita itu menolaknya lagi. Ia harus berbesar hati.

Namun, saat menerima sentuhan tangan Sandisc di pipinya dan ciuman wanita itu di bibir. Maka, Gerack merasa lebih baik.

Sandisc masih menginginkannya sebagai partner di ranjang. Itu sudah cukup untuk Gerack sekarang.

"Kau akan menginap, Sayang?"

Gerack mengangguk mantap sembari diraih tangan Sandisc. Lalu, diciumnya. "Iya, aku akan menginap. Kau siap bermain?"

"Dengan senang hati, Mr. Brown."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status