Share

2 - Ide Hamil

Sandisc harus mengakhiri tidur nyenyaknya karena handphone berdering. Ia pun segera beranjak turun dari ranjang dan mengambil ponsel yang diletakkan di meja sofa.

Sandisc pun mengenakan jubah tidur untuk membalut tubuh telanjangnya. Tak dipakai bra ataupun celana dalam.

"Selena? Kenapa dia meneleponku begitu pagi?" gumam Sandisc pelan, setelah dilihat nama sang penelepon di layar ponselnya.

Tak cepat diangkat panggilan dari saudara kembarnya itu. Sandisc justru tertarik untuk mengecek pesan dari Selena dulu. Dikirim oleh kembarannya, satu jam yang lalu.

"Aku hamil." Sandisc membaca dua patah kata dalam chat Selena. Selebihnya diisi oleh wanita itu dengan emoticon penuh senyum.

Kemudian, Sandisc tertawa. Ia seperti bisa merasakan kebahagiaan yang menyelimuti saudara kembarnya itu.

Tentu, harus dihubungi Selena kembali. Tadi sambungan telepon sudah berakhir, tidak sempat diterima panggilan sang kembaran.

"Aku turut bahagia. Kau beruntung. Kau akan segera menjadi Mommy." Sandisc pun langsung memberi selamat dengan riang.

Sementara, dirinya sudah beranjak bangun dari kursi. Berjalan menuju ke arah balkon. Ingin dicarinya sedikit udara pagi yang bagus untuk mengisi paru-paru.

"Terima kasih, San. Aku sangat senang. Hihi. Kau orang pertama yang aku beri tahu."

Sandisc masih tertawa. "Jelas saja, kau harus beri tahu aku yang pertama. Aku adalah kembaranmu," jawabnya dengan santai.

"Aku menunggu hadiah darimu. Aku yang sudah menang taruhan. Kau ingat bukan?"

Sandisc mengangguk-angguk. Respons yang spontan atas ucapan Selena. "Aku pasti akan memberikanmu hadiah. Kau tenang saja."

"Aku bahkan akan memberikanmu lebih. Kau sudah tahu, aku tidak pernah pelit." Sandisc berucap dengan nada bangga.

"Kau memang tidak pelit, tapi kau memiliki sifat yang sering menyebalkan."

Sandisc terkekeh. "Begitulah caraku untuk menunjukkan rasa sayang padamu, Selena."

"Hmm, selamat sekali lagi atas kesuksesan kehamilanmu. Kau harus bahagia."

"Hahahaha."

"Jangan lupa, beri tahu aku cara terampuh kau gunakan agar bisa segera hamil," canda Sandisc dengan seringai di wajah.

"Kau harus menikah dulu, baru aku akan memberi tahu semua tips padamu."

Sandisc pun menggeleng. "Hmm, aku tetap dalam prinsipku. Belum berniat mengubah."

"Sudahlah, ya. Aku mau tidur. Aku kurang beristirahat. Jadi, jangan menggangguku."

Setelah Selena mengucapkan salam di ujung telepon, Sandisc pun menutup telepon.

Saat baru saja membalikkan badan, tubuh kekar dan kuat seseorang ditabraknya.

Ya, Gerack Brown.

Sandisc pun jatuh dalam dekapan hangat pria itu, saat ingin melangkah mundur.

"Kau sudah bangun?" Sandisc membuka percakapan dengan pertanyaan basa-basi.

"Karena kau menelepon."

Sandisc tertawa. Lalu, mengalungkan kedua tangan di leher Gerack. "Aku minta maaf."

"Kau pasti terganggu. Aku terlalu antusias tadi bertelepon dengan Selena."

"Bukan masalah." Gerack menjawab santai. Seringai diperlihatkannya.

"Kau dan dia membahas soal kehamilan?"

Sandisc mengangguk cepat. "Iya, benar. Dia hamil," jawabnya dengan nada ceria.

"Kabar yang bagus."

Sandisc tertawa pelan. "Aku senang akan segera punya keponakan."

Namun kemudian, Sandisc berhenti tergelak hingga membuat Gerack mengernyitkan dahi. Penasaran akan apa yang wanita itu tengah pikirkan. Pasti hal cukup serius.

"Aku juga ingin punya anak sendiri. Bayi yang aku kandung dari rahimku sendiri."

"Ide yang bagus, Sayang."

Jawaban Gerack seakan memberikan sebuah penyelesaian yang selama ini cukup sulit untuk Sandisc pikirkan. Ia tidak pernah terpikirkan sama sekali, bahkan.

"Gerack ...," Sandisc memanggil mesra.

"Iya, Sayang. Katakan apa maumu."

Sandisc terkekeh. Dan, dengan cepat kepala dianggukan. "Apa kau mau menjadi ayah dari bayi yang aku kandung?"

"Maksudku ...."

"Apa kau mau membuat bayi denganku?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status