Share

4 - Gerack Ayah Bayi

Sandisc melangkah dengan cukup cepat dan tak sabaran, setelah keluar dari lift. Ia tidak masalah berjalan dengan laju yang kencang, walau memakai sepatu hak tinggi.

Ruangan khusus restoran tengah ditujunya masih berjarak lima meter lagi. Terletak di paling ujung lantai tiga.

Sandisc terus menambah kecepatan. Ia pun bertekad hitungan beberapa detik lagi akan sampai di sana. Masuk ke dalam guna temui Gerack yang sudah menunggunya.

Sandisc tak dikatakan telat datang. Mereka sepakat acara makan malam akan dimulai pukul tujuh. Tapi, Gerack datang tiga puluh menit lebih awal.

Saat menerima pesan dari pria itu, Sandisc sedang di jalan. Jadi, ia pun mengemudikan mobilnya dengan laju yang lebih cepat juga.

"Hai."

Sandisc langsung berhenti melangkah, saat di depan pintu ruangan yang telah dipesan, Gerack berdiri menjulang. Pria itu kenakan kemeja putih dengan celana jeans.

Sandisc mengukir senyuman. "Hai juga," balasnya dengan ramah dan ceria.

"Maafkan aku datang lebih lama darimu. Kau pasti kesal menungguku sendiri, ya?"

Gerack menggeleng dua kali. Lalu, diraih cepat tangan Sandisc untuk digenggamnya. Barulah menjawab, "Tidak."

"Untuk apa aku kesal? Lagi pula, kau akan tetap datang ke acara makan malam kita."

"Aku pasti datang." Sandisc pun menanggapi dalam nada sedikit menggodanya.

"Aku ingin tahu hasil tesmu." Ditambahkan jawaban. Menekankan maksud.

"Haha. Baik. Baik. Aku rasa kau akan suka."

Mata Sandisc lebih berbinar. Cara Gerack berbicara, sudah jelas membuatnya menjadi menyimpulkan akan ada kabar baik.

Sandisc sudah tidak sabar ingin tahu, ia pun menarik tangan Gerack. Jari-jari tangan mereka pun ditautkan oleh pria itu, ketika berjalan beriringan ke dalam ruangan.

"Wow, bagus." Sandisc memuji.

Suka akan penataan meja makan. Dua vas bunga besar berisi bunga-bunga segar dan beberapa lilin juga menyala. Kesan romantis yang tidak bisa dihindari.

"Aku tahu kau akan suka pilihanku."

Sandisc tak bisa menghindari pelukan dari Gerack. Terlalu sayang untuk melepaskan dekapan hangat pria itu. Ia pun memberi rengkuhan tidak kalah erat.

Mereka lantas berciuman. Gerack tentu yang  memulai lebih dulu. Pagutan lembut. Dapat membuat Sandisc seketika terlena.

Bahkan, tidak disadari Gerack mengangkat tubuhnya. Hanya didapati diri yang sudah duduk di atas pangkuan pria itu.

Cumbuan mereka pun berakhir, tak lama kemudian. Gerack menyudahi lebih dulu.

"Kalau kita terus lanjutkan, aku tidak bisa jamin kita akan makan di sini atau malah bercinta. Dan, opsi kedua harus dihindari."

Sandisc terkekeh. Lalu, mengecup kembali bibir Gerack. Kilat saja. Mata mereka masih saling bersitatap dengan sama-sama lekat.

Namun saat Gerack menyerahkan ponsel, yang entah kapan diambil. Sandisc pun mengalihkan atensi dari pria itu.

"Aku sudah melakukan pemeriksaan. Dan, hasilnya sudah aku dapatkan."

Sandisc segera mengambil handphone milik Gerack. Memberikan seluruh perhatiannya ke layar guna membaca dokumen yang tertera di sana. Dibaca dengan saksama.

"Aku tidak punya masalah. Aku sehat."

"Kata dokter, tingkat kesuburanku bagus. Hanya perlu lebih banyak makan yang bergizi untuk tetap menjaga."

Sandisc melebarkan senyumannya kembali sembari memeluk erat Gerack. Ia senang bukan main dengan kabar pria itu.

Proses dalam memiliki bayi, tidaklah lagi hanya keinginan belaka tanpa usaha yang dilakukan. Kini, ia punya kesempatan untuk mewujudkan. Sungguh menyenangkan.

"Kau resmi menjadi calon ayah bayiku, ya."

Sandisc menangkupkan kedua tangan pada wajah tampan Gerack. "Aku akan siapkan semua. Kau hanya perlu mengikuti saja."

"Maksudku, kau cuma harus menyiapkan dirimu sesering mungkin bercinta denganku agar bayi kita segera hadir."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status