Share

BASTARD IN THE BUS
BASTARD IN THE BUS
Author: Ri

CHAPTER 1

Selamat pagi.

       Itu saja. Tak ada pesan apapun lagi. Lisa cuma membacanya, tanpa membalas. Kali ini ia tak lagi main-main. Rio sudah banyak mengecewakannya, dan ini sudah tak bisa ia terima. Bergegas gadis itu keluar kamar. Ojek online sudah menunggu untuk mengantarkannya ke terminal busway. Semoga tidak terlambat masuk kantor, harapnya. Tadi malam Lisa ada janji dengan Sarita. Teman kantornya itu mendapat tiket gratis nonton film di sebuah mal untuk dua orang. Mereka terlalu asyik menikmati suasana malam hingga lupa jika malam merenggut waktu istirahat.     Dan pagi ini, hampir saja ia terlambat bangun jika Uni Ami, teman kos sebelah kamarnya, tidak menggedor-gedor pintu disebabkan ingin meminjam pencatok rambut milik Lisa. 

       Telepon berdering dua kali dari orang yang sama. Sudah waktunya gadis itu meninggalkan harapan yang tak pernah terjadi dan tak perlu melayani permintaan di luar kebutuhan kerja. Lisa menghela nafas dan menolak panggilan telepon lalu mematikan benda itu. Bergegas ia memakai helm dan naik ke jok belakang motor, menuju terminal busway. Deru kendaraan saling berpacu menuju tujuannya masing-masing, demikian pula motor yang ditumpangi Lisa. Tapi tak seperti hidupnya. Sering ia merasa jika tujuannya sekarang hanyalah bekerja untuk memenuhi kebutuhan. Di usianya yang menginjak 25 tahun, tak satupun dari hubungannya yang serius. Mereka hanya mendekati kemudian seperti Rio, hanya untuk kepentingan sendiri. Tak ada yang menginginkan keseriusan dan melanjutkan hubungan ke depan, hingga akhirnya Lisa tak lagi menginginkan sebuah hubungan. Tujuannya saat ini adalah bekerja sebaik mungkin. Ia hanyalah seseorang diantara sekian banyak perantau yang ingin mengalahkan ibu kota. Bertahan agar tidak tersingkir dan pulang ke rumah diiringi kebanggaan orang tua. 

       Motor berhenti persis di depan jalan masuk menuju terminal. Bergegas Lisa mengeluarkan kartu lalu masuk. Menunggu sambil duduk di kursi, gadis itu mengeluarkan buku tulis tebal hard cover dari dalam tas. Sebenarnya ia sedang rindu dengan keluarganya di Magelang. Ia rindu nasi lesah dan tempe mendoan buatan ibu, ngeteh sore bersama bapak di teras samping rumah sambil mengawasi tiga keponakannya bermain dan mendengarkan celotehan lucu mereka. Keponakan Lisa yang pertama bernama Alif, baru masuk sekolah dan sedang rajin belajar menulis dan membaca. Lebaran tahun kemarin adalah terakhir Lisa mengunjungi mereka. Saat akan kembali ke Jakarta,  Alif menulis pesan di buku tulis Lisa; 'Tante Lisa, selamat memasak'. Begitu pesan Alif. Di belakang tulisan, ada resep buntil daun talas a la ibu.

       Lisa memandang ke depan. Bus tujuannya telah tiba. Bergegas Lisa bangkit, berjalan cepat agar tidak tertinggal. Dengan sabar ia mengikuti orang-orang yang sedang mengantri masuk. Di belakangnya, perempuan setengah baya sedang berbicara lewat telepon genggam. Ia hanya mengucap 'aaha, iya, lalu' berulang-ulang. Hampir Lisa memasuki badan bus, tiba-tiba seorang lelaki menyeruak keluar. Ia tak memperhatikan sosok tersebut namun sempat terdengar lelaki itu mengucap kata maaf. "Salah naik", kata petugas. Tubuhnya lumayan tambun hingga tubuh kecil Lisa dipaksa menggeser mengakibatkannya jauh dari antrian. Lisa menghela nafas kesal. Bus telah penuh dan ia harus menunggu bus berikutnya.

Gadis itu melirik jam di tangan. Pukul delapan. Sepertinya ia tak akan sampai kantor tepat waktu. Bergegas Lisa berjalan keluar terminal, memesan ojek online. Tangannya sigap memencet tuts hand phone sambil berjalan cepat menuju pintu keluar, namun jalannya melambat saat petugas pintu bicara dengan seorang lelaki. 

“Enggak bisa merokok di dalam peron, Mas. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.”

Lisa melihat, batang rokok itu masih baru dinyalakan. Wah, pasti dia orang baru di dunia perbuswayan. Lelaki jangkung itu mengangguk, bersiap mematikan rokok. Namun sempat-sempatnya ia melirik ke arah Lisa yang sudah keluar pintu. Alih-alih mematikan rokok, ia malah mengucapkan terima kasih kepada petugas. Lisa menggelengkan kepala. Aneh.  Kembali gadis itu memperhatikan hand phonenya. Ojek online sudah tiba di depan pintu masuk terminal. Dengan langkah cepat Lisa menuju pengemudi. Sempat Lisa menoleh ke belakang. Lelaki itu juga berjalan keluar terminal sambil berbicara lewat hand phone miliknya. Jarak mereka agak berjauhan, namun Lisa bisa melihat wajah jernih lelaki itu, meski rambutnya sedikit berantakan. Rambutnya yang ikal sedikit menjulur di jidat. 

       "Kak Lisa?" Sebuah suara memanggil namanya.

       Lisa mengangguk. Dengan sigap Lisa memakai helm dan duduk di sebelah pengemudi motor. 

       "Siap Kak?"

       "Iya."

       Motor ojek online yang dinaiki Lisa meluncur menembus jalan menuju kantor tempat gadis itu bekerja. 

                              ***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status