Share

Bab 10 Jebakan

last update Last Updated: 2025-10-06 22:18:57

Rael berjalan perlahan di antara deretan rak tinggi yang dipenuhi gulungan arsip tua. Bau kertas lembap dan kayu lapuk memenuhi udara, membuat napas terasa berat. Lentera kecil di sudut ruangan bergetar lembut diterpa angin, menciptakan bayangan bergerak di dinding batu.

Ia menatap sekeliling—sunyi. Tak ada siapa pun di sana selain dirinya sendiri. Hanya suara detak jantungnya yang terasa begitu jelas di telinga.

Di hadapannya, gulungan-gulungan catatan tersusun rapi dan berurutan. Setiap satu diberi label tahun demi tahun, mencatat sejarah panjang keluarga besar itu. Rael menarik salah satu gulungan yang paling tua, meniup debu tebal yang menutupi permukaannya, lalu perlahan membukanya di atas meja marmer.

Tulisan tangan yang rapi yang mulai pudar memenuhi halaman. Nama-nama keluarga tercatat dengan hati-hati, menggambarkan garis keturunan yang panjang dan rumit. Rael menelusuri setiap nama dengan ujung jarinya, mencoba memahami hubungan mereka satu sama lain.

Semakin ia membaca, sem
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • BAYANGAN PENASEHAT AGUNG   23. Usaha Melarikandiri

    Pintu ruangan itu terbuka lebar. Nyonya rumah masuk dengan langkah cepat, wajahnya muram dan penuh amarah. Namun Rael justru berdiri santai di tengah ruangan, memegang selembar dokumen bersegel merah. Senyum sinis tersungging di wajahnya.“Rael!” suara Nyonya rumah meledak. “Kau berani kembali ke sini?”Rael memutar tubuh perlahan, lalu melemparkan map itu ke arah meja. Map itu terbuka di udara, lembaran-lembaran laporan jatuh berserakan di lantai.“Lihatlah itu,” katanya dengan nada mengejek. “Bukti penyelundupan dari gudangmu sendiri. Segalanya tercatat dengan tanda tangan orang-orang kepercayaanmu.”Nyonya rumah memungut salah satu lembaran dengan tangan gemetar. Tatapannya berubah dari marah menjadi bingung. “Apa ini…?”“Kau pikir aku bekerja untukmu? Tidak,” Rael terbahak pendek, nadanya tajam. “Kau berkuasa, tapi tetap saja dibodohi. Dikhianati oleh orang-orang yang kau percayai. Bagaimana rasanya, Nyonya? Dikhianati oleh anak buahmu sendiri?”Nyonya rumah mendongak, wajahnya me

  • BAYANGAN PENASEHAT AGUNG   22 Misi Penyusupan

    Rael menarik tangan Tian dengan paksa. “Cepat ikut aku!” katanya tajam. Ia meraih selembar kain goni yang tergeletak di dekat tumpukan pupuk, mencelupkannya ke ember berisi air, lalu membungkus tangan Tian yang mulai merah karena panas.“Asapnya makin tebal!” teriak salah satu pekerja dari arah ladang.“Ke parit! Cepat!” Rael menyeret Tian menuju parit kecil di pinggir kebun. Air di sana keruh tapi cukup untuk meredam panas. Ia menekan tangan Tian ke dalam air, memastikan luka itu tak semakin parah.“Jangan banyak gerak, biar dinginnya masuk dulu,” ujar Rael cepat, napasnya berat karena berlari.Tapi begitu menoleh ke arah gudang, matanya membelalak—api sudah merambat sampai ke tumpukan jerami di dekat dinding kayu. Suara letupan kecil terdengar, disusul percikan bara.“Ambil air! Cepat!” teriak Rael pada para pekerja yang mulai panik. “Gunakan ember, baskom—apa saja! Siram dari sisi barat, jangan dekat-dekat ke angin!”Perintahnya terdengar lantang dan tegas. Para pekerja berlari, me

  • BAYANGAN PENASEHAT AGUNG   21. Kebakaran Gudang

    Penjaga memeriksa setiap sudut gudang dengan teliti. Lampu minyak di tangannya bergoyang, bayang-bayangnya menari di dinding yang lembap. Suara benda logam bergeser, peti-peti dibuka satu per satu, dan kain penutup disingkap dengan hati-hati.Rael berdiri di luar pintu, pura-pura tampak tenang, padahal jantungnya berdebar cepat. Tangannya bahkan sempat menggenggam ujung bajunya sendiri, berusaha menahan kegelisahan.“Tidak ada apa-apa di sini, Tuan,” ucap salah satu penjaga setelah memeriksa peti terakhir.“Periksa sekali lagi,” sahut kepala penjaga dengan nada curiga. Ia menunduk, menyorotkan cahaya ke sudut ruangan. “Aku yakin tadi seseorang mondar-mandir di sekitar gudang ini.”Rael menelan ludah, mencoba menjaga wajahnya tetap datar. “Kau mungkin salah lihat,” katanya pelan namun mantap. “Aku yang datang ke sini lebih dulu, hanya mengambil pupuk untuk kebun. Mungkin itu yang kau lihat.”Kepala penjaga menatap Rael tajam, seolah mencoba membaca sesuatu dari sorot matanya. Namun set

  • BAYANGAN PENASEHAT AGUNG   20. Pengkhianatan Teman

    “Tidak apa-apa, Tian. Kau tak perlu tegang,” kata Rael menenangkan, suaranya terdengar datar tapi mantap. Meski begitu, wajahnya tampak lelah—kemejanya kusut, dan rambutnya sedikit berantakan karena angin sore yang mulai mendingin.Tian menatapnya dengan cemas. “Baiklah... semoga tak terjadi apa-apa. Aku mulai takut, Rael. Sebenarnya, apa yang sedang kau kerjakan?” suaranya menurun, nyaris berbisik, seolah takut ada telinga lain yang mendengar.Rael menarik napas panjang. Pandangannya menembus ke arah ladang yang mulai diselimuti kabut senja. “Jangan khawatirkan aku,” ujarnya pelan tapi tegas. “Aku punya ide lain. Malam ini aku akan ke gudang lagi.”Tian langsung menegakkan tubuhnya, terkejut. “Ke gudang? Untuk apa?” tanyanya cepat. Ia tahu tempat itu dijaga ketat, bahkan seekor tikus pun akan kesulitan masuk tanpa meninggalkan jejak.Rael menunduk sejenak, suaranya merendah. “Ada hal yang harus aku selidiki,” ucapnya. Tatapan matanya menyipit, penuh tekad. Dalam pikirannya masih terb

  • BAYANGAN PENASEHAT AGUNG   19. Mulai Diintrogasi

    Suasana berubah tegang. Udara di sekitar mereka seolah menebal, membuat langkah Rael terasa berat. Ia tak tahu apa yang akan ditanyakan oleh Nyonya rumah—mungkin kesalahannya sudah diketahui, atau mungkin ada hal lain yang lebih buruk menunggunya.Setiap langkah yang ia ambil di belakang Nyonya rumah terdengar begitu jelas di telinganya sendiri, bergema di antara lorong panjang yang sepi. Hanya bunyi langkah sepatu Nyonya yang beradu dengan lantai batu, ritmis dan menekan, seolah menghitung waktu menuju penghakiman.Rael berusaha menenangkan diri, jantungnya berdetak terlalu cepat. Keringat dingin mulai membasahi tengkuknya. Ia tahu, wanita itu bukan tipe yang mudah dibohongi—tatapannya tajam, mampu menembus kedalaman niat orang.Sampai di sebuah ruangan, Rael segera mengenali tempat itu—ruang kerja milik Nyonya rumah. Segalanya tertata rapi dan berkilau; meja besar dari kayu mahal berdiri di tengah, sementara jendela lebar di belakangnya memperlihatkan pemandangan halaman dan para pe

  • BAYANGAN PENASEHAT AGUNG   18. Gudang Penyimpanan

    Langit siang tampak buram tertutup awan tipis. Di tengah ladang yang sunyi, Rael berdiri sambil menatap ember berisi campuran pupuk dan minyak tanah. Tangannya bergerak perlahan, menuangkan cairan itu ke tanah seperti seorang petani yang tengah bekerja dengan tekun. Tak ada yang aneh dari gerak-geriknya — semua tampak biasa, terlalu biasa.Di balik ketenangan itu, hatinya menyala oleh amarah yang tertahan. Ia masih mengingat jelas bagaimana idenya dicuri tanpa sedikit pun penghargaan. Ia tersenyum tipis, senyum yang lebih mirip luka.Tian, yang berdiri tak jauh darinya, memperhatikan dengan ragu. “Apakah itu benar bisa menyuburkan tanaman?” tanyanya dengan nada hati-hati.Rael menoleh sekilas, menatap Tian dengan pandangan datar, lalu tersenyum. “Tentu saja,” jawabnya ringan.Tak ada kebohongan yang lebih meyakinkan selain diucapkan dengan keyakinan penuh. Tian pun percaya, mengikuti langkah Rael tanpa curiga. Ia tak tahu bahwa pupuk itu bukan untuk menumbuhkan kehidupan — melainkan u

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status