Home / Zaman Kuno / BAYANGAN PENASEHAT AGUNG / Bab 12 Catatan Yang Hilang

Share

Bab 12 Catatan Yang Hilang

last update Huling Na-update: 2025-10-08 22:27:20

Tian mengoleskan obat pada punggung Rael dengan hati-hati. Luka itu begitu dalam hingga darah masih tampak merembes di sela balutan kain. Setiap kali Tian menyentuhnya, Rael meringis menahan sakit.

“Apa sebenarnya yang kau rencanakan?” tanya Tian dengan nada khawatir, namun juga kesal.

Rael tersenyum tipis, meski wajahnya pucat. “Pembalasan. Aku mendapatkan sedikit informasi dari ruang catatan.”

Tian menghentikan gerakannya, menatap Rael tajam. “Hah? Benarkah?”

“Tentu saja,” jawab Rael dengan nada bangga. “Aku ini seorang ahli strategi. Hal seperti itu mudah bagiku.”

Tian menghela napas panjang. “Jangan menghayal. Kau lebih baik istirahat dulu. Lihat luka di punggungmu itu.”

Ia menekan lembut bagian luka yang belum kering sambil mengoleskan salep herbal buatan dapur istana. Rael langsung menjerit kecil.

“Au, au, au! Sakit! Kau berniat membunuhku, hah?” seru Rael setengah bercanda, setengah menahan nyeri.

Tian memutar matanya. “Ya, habisnya mulutmu itu bikin aku merinding. Di cambuk sa
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • BAYANGAN PENASEHAT AGUNG   22 Misi Penyusupan

    Rael menarik tangan Tian dengan paksa. “Cepat ikut aku!” katanya tajam. Ia meraih selembar kain goni yang tergeletak di dekat tumpukan pupuk, mencelupkannya ke ember berisi air, lalu membungkus tangan Tian yang mulai merah karena panas.“Asapnya makin tebal!” teriak salah satu pekerja dari arah ladang.“Ke parit! Cepat!” Rael menyeret Tian menuju parit kecil di pinggir kebun. Air di sana keruh tapi cukup untuk meredam panas. Ia menekan tangan Tian ke dalam air, memastikan luka itu tak semakin parah.“Jangan banyak gerak, biar dinginnya masuk dulu,” ujar Rael cepat, napasnya berat karena berlari.Tapi begitu menoleh ke arah gudang, matanya membelalak—api sudah merambat sampai ke tumpukan jerami di dekat dinding kayu. Suara letupan kecil terdengar, disusul percikan bara.“Ambil air! Cepat!” teriak Rael pada para pekerja yang mulai panik. “Gunakan ember, baskom—apa saja! Siram dari sisi barat, jangan dekat-dekat ke angin!”Perintahnya terdengar lantang dan tegas. Para pekerja berlari, me

  • BAYANGAN PENASEHAT AGUNG   21. Kebakaran Gudang

    Penjaga memeriksa setiap sudut gudang dengan teliti. Lampu minyak di tangannya bergoyang, bayang-bayangnya menari di dinding yang lembap. Suara benda logam bergeser, peti-peti dibuka satu per satu, dan kain penutup disingkap dengan hati-hati.Rael berdiri di luar pintu, pura-pura tampak tenang, padahal jantungnya berdebar cepat. Tangannya bahkan sempat menggenggam ujung bajunya sendiri, berusaha menahan kegelisahan.“Tidak ada apa-apa di sini, Tuan,” ucap salah satu penjaga setelah memeriksa peti terakhir.“Periksa sekali lagi,” sahut kepala penjaga dengan nada curiga. Ia menunduk, menyorotkan cahaya ke sudut ruangan. “Aku yakin tadi seseorang mondar-mandir di sekitar gudang ini.”Rael menelan ludah, mencoba menjaga wajahnya tetap datar. “Kau mungkin salah lihat,” katanya pelan namun mantap. “Aku yang datang ke sini lebih dulu, hanya mengambil pupuk untuk kebun. Mungkin itu yang kau lihat.”Kepala penjaga menatap Rael tajam, seolah mencoba membaca sesuatu dari sorot matanya. Namun set

  • BAYANGAN PENASEHAT AGUNG   20. Pengkhianatan Teman

    “Tidak apa-apa, Tian. Kau tak perlu tegang,” kata Rael menenangkan, suaranya terdengar datar tapi mantap. Meski begitu, wajahnya tampak lelah—kemejanya kusut, dan rambutnya sedikit berantakan karena angin sore yang mulai mendingin.Tian menatapnya dengan cemas. “Baiklah... semoga tak terjadi apa-apa. Aku mulai takut, Rael. Sebenarnya, apa yang sedang kau kerjakan?” suaranya menurun, nyaris berbisik, seolah takut ada telinga lain yang mendengar.Rael menarik napas panjang. Pandangannya menembus ke arah ladang yang mulai diselimuti kabut senja. “Jangan khawatirkan aku,” ujarnya pelan tapi tegas. “Aku punya ide lain. Malam ini aku akan ke gudang lagi.”Tian langsung menegakkan tubuhnya, terkejut. “Ke gudang? Untuk apa?” tanyanya cepat. Ia tahu tempat itu dijaga ketat, bahkan seekor tikus pun akan kesulitan masuk tanpa meninggalkan jejak.Rael menunduk sejenak, suaranya merendah. “Ada hal yang harus aku selidiki,” ucapnya. Tatapan matanya menyipit, penuh tekad. Dalam pikirannya masih terb

  • BAYANGAN PENASEHAT AGUNG   19. Mulai Diintrogasi

    Suasana berubah tegang. Udara di sekitar mereka seolah menebal, membuat langkah Rael terasa berat. Ia tak tahu apa yang akan ditanyakan oleh Nyonya rumah—mungkin kesalahannya sudah diketahui, atau mungkin ada hal lain yang lebih buruk menunggunya.Setiap langkah yang ia ambil di belakang Nyonya rumah terdengar begitu jelas di telinganya sendiri, bergema di antara lorong panjang yang sepi. Hanya bunyi langkah sepatu Nyonya yang beradu dengan lantai batu, ritmis dan menekan, seolah menghitung waktu menuju penghakiman.Rael berusaha menenangkan diri, jantungnya berdetak terlalu cepat. Keringat dingin mulai membasahi tengkuknya. Ia tahu, wanita itu bukan tipe yang mudah dibohongi—tatapannya tajam, mampu menembus kedalaman niat orang.Sampai di sebuah ruangan, Rael segera mengenali tempat itu—ruang kerja milik Nyonya rumah. Segalanya tertata rapi dan berkilau; meja besar dari kayu mahal berdiri di tengah, sementara jendela lebar di belakangnya memperlihatkan pemandangan halaman dan para pe

  • BAYANGAN PENASEHAT AGUNG   18. Gudang Penyimpanan

    Langit siang tampak buram tertutup awan tipis. Di tengah ladang yang sunyi, Rael berdiri sambil menatap ember berisi campuran pupuk dan minyak tanah. Tangannya bergerak perlahan, menuangkan cairan itu ke tanah seperti seorang petani yang tengah bekerja dengan tekun. Tak ada yang aneh dari gerak-geriknya — semua tampak biasa, terlalu biasa.Di balik ketenangan itu, hatinya menyala oleh amarah yang tertahan. Ia masih mengingat jelas bagaimana idenya dicuri tanpa sedikit pun penghargaan. Ia tersenyum tipis, senyum yang lebih mirip luka.Tian, yang berdiri tak jauh darinya, memperhatikan dengan ragu. “Apakah itu benar bisa menyuburkan tanaman?” tanyanya dengan nada hati-hati.Rael menoleh sekilas, menatap Tian dengan pandangan datar, lalu tersenyum. “Tentu saja,” jawabnya ringan.Tak ada kebohongan yang lebih meyakinkan selain diucapkan dengan keyakinan penuh. Tian pun percaya, mengikuti langkah Rael tanpa curiga. Ia tak tahu bahwa pupuk itu bukan untuk menumbuhkan kehidupan — melainkan u

  • BAYANGAN PENASEHAT AGUNG   17. Ancaman Musuh

    Rael menatap dengan kaget situasi yang ada di hadapannya. Ia benar-benar tidak menyangka jika pak tua itu bisa sampai ke ruangannya. Yang lebih mengejutkan lagi, ternyata gerak-geriknya selama ini selalu diawasi.“Ada perlu apa kau sampai ke kamarku? Kita sepertinya tak sedekat itu,” tanya Rael, berusaha menutupi keterkejutannya. Ia mencoba tampak lebih tenang.“Bagaimana dengan hukuman cambuk kemarin? Apa belum puas dengan apa yang Nyonya lakukan?”“Aku baik-baik saja dan tidak masalah. Sekarang aku sudah lebih sehat. Apa pedulimu?” jawab Rael datar.Rael menatap pria tua di depannya dengan tatapan penuh kewaspadaan. Udara di ruangan terasa berat, seperti menekan dada siapa pun yang berdiri di dalamnya. Ia tahu, kedatangan pak tua itu bukan tanpa alasan.“Aku akui keberanianmu,” ucap si pak tua akhirnya, suaranya berat dan datar, seolah menahan sesuatu yang lebih tajam dari sekadar kata. “Kau bahkan tak mendapatkan apa pun dari gudang itu. Jika kau tetap nekat seperti hari ini, aku ta

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status