Aku memperhatikan dengan teliti.
Sebuah mobil yang ditunggu sopir dan seorang gadis kurus, berambut hitam pucat, dengan gaun biru dan sepatu , berjalan keluar rumah. Aku memperhatikan ingin tahu .Jadi pintu gerbang itu dibuka karena gadis itu akan keluar. Gadis itu mungkin agak lamban.
Tapi sekarang gadis yang sangat muda dengan biola ditangan naik mobil bersama sopir yang menunggu dengan sikap hormat.
Ia menempatkan koper dengan hati-hati di kursi belakang, gadis itu menyelinap ke dalam.
Baru ketika mobil hitam dengan jendela gelap mulai bergerak, aku menyadari bahwa itu putri Dato Raf.
Seperti yang disebutkan tadi, namanya Lily. Aku sekarang tahu wajah dan nama anak Dato Raf.Aku memutuskan untuk pergi dari rumah yang kulihat itu setelah melihat cukup lama.
Aku tidak ingin berlama lama disana. Aku pergi', satpam dengan sigap menutup pintu gerbang .
Aku pergi ke seberang jalan diman
Kedatangan Dato Raf yang jarang ke Apartement membuat aku kesepian. Kini dia datang dua, tiga atau empat jam dan tidak bermalam. Lalu langsung pulang. Pada hati libur atau malam hari. Hanya bercinta sekejap dan buru buru pergi.Setelah kedatanganku kerumahnya, Dato seperti membatasi diri. Apakah ibu Betty membatasi geraknya? Aku tidak tahu. Disamping kecewa, aku malahan kasihan kepada Dato RafKadang kadang cuma menelpon dan menanyakan kabarku ."Bagaimana kabar mu? Aku sibuk sekali dan kita jarang bertemu iya?"" Iya? Tak apa," jawabku getir."Sibuk atau dibatasi istri?" Pikirku. Dugaanku pasti tepat, istrinya mengawasinya dengan ketat dan bisa jadi menyelidiki hubungan gelapnya denganku.Dato Raf itu takut. Aku tidak tahu apakah itu lebih baik atau buruk bagi diriku saat ini.Mungkin baik, karena sejatinya perkawinan diriku adalah kesepakatan. Kasarnya kawin kontrak dan bukan berasal dari cinta. Tapi cinta bisa dat
Sore itu mungkin kejadian yang paling jelek yang kualami. Ketika aku keluar sebentar sebelum jam istirahat, aku melihatnya.Ibu Betty istri Dato Rafki yang tiba tiba saja ada di Lobby kantor.Didekat lift , ibu Betty memakai baju terusan berwarna terang dan elegan .Wanita itu kalau datang akan membahas sesuatu dengan pimpinan, tentu saja bisnisnya dan pemegang saham terbanyak .Meski jarang kesana, tapi kali ini ia datang. Itu ketemu aku.Sialnya aku tidak dapat mengelak karena ibu Betty langsung mengenalku. Mata ibu Betty yang liar itu bersinar terang ."Hei, rasanya aku kenal kamu," teriak ibu Betty terdengar seperti petir.Jantungku seperti akan copot, mukaku pasti pucat." Tidak,'' jawabanku adalah jawaban yang paling gugup dari yang aku yang terkejut. Aku mencoba mengelak. Namun ibu Betty langsung mengempurku dengan tatapan garang."Kamu bekerja disini iya? Nama kamu siapa?" Serentetan
Aku tidak masuk kantor besoknya. Setidak tidaknya itulah alasanku untuk tetap meringkuk ditempat tidurku setelah apa yang terjadi. Aku memberi kabar melalui Mia keperusahaan bahwa aku sakit."Aku akan menjengukmu bos kecil, beri alamat kamu.""Jangan berlebih-lebihan, tidak usah, hanya flu kecil, besok sudah baik." Balasku kepada Mia. Aku ingin istirahat. Sekarang aku betul betul istirahat menikmati tempat tinggal dan apartemenku yang elit. Aku melupakan prahara yang terjadi. Aku memang sering melakukan berbagai pekerjaan rumah. Menyetrika pakaian sendiri, meski Dato Raf telah menyarankan memakai laundry saja. Tapi aku menghindari orang baru dan takut bepergian disekitar Apartement. Aku takut dikenali. Berkenalan dengan tetangga. Untuk alasan itu, aku lebih suka bersembunyi saja. Di sudut lain, Apartemenku ada ruangan yang menyenangkan. Living room yang tak kalah nyaman. Duduk disofa empuk berwarna pu
Dato menelponku dan mengatakan akan datang hari ini. "Kini aku punya waktu sehari penuh, tunggu aku di Apartemen," ujarnya. "Baiklah Dato, aku dirumah saja dan besok hari libur," jawabku diujumg telpon genggamku. Aku merasa suprise Dato datang. Mungkin istrinya tidak dirumah dan dia dapat kebebasan. Biasanya hanya 3 atau jam saja dan pergi. Dato Raf muncul ketika siang itu turun hujan. Cukup waktu untuk Dato Raf membersihkan diri sebelum mendatangiku di tempat tidur .Dia memhyuruhku berdiri karena dia memginginkannya. "Ayolah, kita bersenang senang sedikit," ujarnya. Dato berdiri merapatkan dirinya ditubuhku dan mulai menciumku. "Malam ini aku disini, aku lelah dan ingin bersamamu," ujarnya. Ia mulai dengan ritual biasa, cium dibibir dan bermain dengan lidahku cukup lama. Aku membalasnya dengan hal yang sama. Dato mulai mendesah minta dipuaskan dan
Aku selalu sangat hati hati kalau pulang. Aku tidak mau ada penguntit yang ingin tahu tempat tinggalku.Hidup dalam waswas cukup menyiksaku. Hidup dengan penuh kekawatiran.Jika bersama Ronald, aku khawatir di ikuti oleh Dato Rafki atau orang¹ suruhannya yang akan menemukanku.Pulang kerja, bisa jadi penguntit dari orang orang ibu Betty akan membayang bayangiku.Bisa juga Ronald yang penuh keinginan tahu tentangku.Kalau Ronald, aku tak perlu kawatir terlalu banyak. Mungkin bagus juga karena aku dapat berterus terang kepadanya.Aku akan menjelaskan apa yang terjadi.Tidak menjadi apa, meninggalkan atau ditinggalkan Ronald aku sudah pasrah.Tapi bagaimana kalau orang suruhan ibu Betty ? Betty memergokiku. Menemukan tempat tinggalku. Itu akan sangat gawat. Apalagi kalau bersama Dato Raf. Tak dapat kubayangkan.Dikantor , aku selalu kawatir kalau ibu Betty datang lagi menemuiku.
Seminggu setelah itu, Dato menelponku."Aku ingin bertemu kamu, tapi tidak ditempat kamu.""Dimana?"Dato Raf menyebutkan sebuah hotel bintang lima."Aku telah memboking hotel atas nama kamu," katanya dengan jelas. Tunjukan KTP kamu."Aku datang pada waktu check in lebih awal. Hotel mewah selalu menggodaku dengan pesonanya.Hotel yang berlokasi di kawasan strategis itu adalah hotel tertinggi yang pernah kulihat.Suasananya membuat aku lebih bergairah. Aku ingin menghabiskan waktuku dengan bersantai. Mandi di kolam renang lantai 50. Menyaksikan pemandangan kota diketinggian.Merawat diri dan memakai parfum kesenangan Dato Raf. Menunggu Dato Raf dengan hati berdebar di ranjang hotel mewah berbintang.Menunggu mungkin terasa lama dan ia muncul dengan senyum cerahnya. Dato Raf datang ketika hari beranjak malam."Aku sudah datang," ujar Dato Raf."Iya Dato, " jawabku. Ia menelponku dari dari parki
Sydney adalah kota terbesar di Australia. Aku tidak ingin berada dihotel saja. Aku ingin melihat Sydney lebih dahulu. Aku mulai memberanikan diri berjalan disepanjang jalan Sydney yang tidak terlalu ramai. Sapaan How Are You, menjadi hal yang favorit terdengar. Ketika aku membeli sesuatu, es krim atau apa saja orang orang tersenyum dengan sapaan khasnya. Cukup capek juga menyebut 'I am fine' dan mereka kembali tersenyum. Sesama pejalan kaki tidak salingmengenal bisa saja berhenti dan mengobrol menanyakan kabar ."How Are You." Kesadaran pengendara bermotor untuk mendahulukan penyeberang jalan, perlu sangat dihormati . Mereka memperlakukan se olah olah penyeberang itu jalan adalah raja. Mereka berhenti untuk memberi jalan. Tidak terasa aku sampai di Paddy’s Market, dam sekitar China Town sampai ke Darling Harbour tanpa terasa waktu kuhabiskan cukup banyak. Tujuan utamaku sendiri sebenarnya ha
Setelah Dato pergi, aku sendirian di Sydney .Udara yang lebih segar, angin sepoi-sepoi dan area yang luas dengan taman adalah pemandangan yang biasa di kota itu. Begitu banyak bunga dan pepohonan dan taman bermain dijalur pejalan kaki. Sydney secara keseluruhan aman untuk wanita sendirian. Orang Australia mempunyai sifat yang ramah dan suka membantu, Duduk di depan Opera House, pada hari itu dan mengingat kemarin, aku menghabiskan waktu di Taronga Zoo Sydney.Sekarang aku ingin melihat patung.lilin Madame Tusaud. "Hi, How are you," seorang lelaki tampan berkulit putih menyapaku."Apakah kamu sendirian?" Tanyanya .Aku tersenyum membalas sapaannya."Saya Robert," ujarnya lagi."Sekarang saya sendirian'," jawabku."Are you from?""Indonesia," tambahku lagi ketika ia bertanya asalku."Mungkin kita bisa berteman," ujarnya meramahkan diri. "Bolehkah aku duduk didekatmu?" Aku tersenyum meski