Home / Romansa / BERBAGI CINTA / 2 Kesepakatan

Share

2 Kesepakatan

Author: YUDI MASRAMID
last update Last Updated: 2021-07-19 17:58:13

Entah dimana dia tahu tentang aku.

Penampilan lelaki itu biasa saja, aku tidak yakin dia bisa membantuku.

Namun rasa penasaran membuat aku bertanya lagi.

"Bapak siapa? Apakah bapak menawarkan pekerjaan?" Aku langsung saja bertanya.

Dia agak gelagapan.

"Aku orang kecil," katanya pula.

"Hanya seorang sopir. Sopir dari seorang Bos perusahaan besar."

Pembicaraannya yang terakhir itu menarik hatiku.

"Dia melihat anda, dan dia sangat tertarik kepada anda."

"Dimanakah dia melihatku.".Tanyaku tidak yakin.

" Aku juga tidak tahu, mungkin nanti anda dapat berbicara dengan dia."

"Siapakah dia?"

"Bisa disebut konglomerat, atau crazy rich."

Entah bagaimana sesuatu terjadi dan aku ingin mengenalnya. Kalau lelaki itu tidak bohong. Aku sedang putus asa.

Tanpa sentimentalitas yang tidak perlu, lelaki itu menawarkan diriku untuk menjadi wanita simpanan - secara langsung, tanpa keributan. 

Selain itu, lelaki bos itu juga berjanji untuk mengatur tempat di mana dia bisa menghasilkan uang dari hal-hal kecil dalam hidup.

Aku itu tidak percaya bahwa ini terjadi padaku. Banyak yang mengatakan bahwa aku cantik dan seksi, tetapi aku  menganggap sebutan itu bisa jadi lebih merugikan daripada keuntungan bagiku.

Tidak ada yang mau melihat ke balik layar itu. Orang-orang di sekitar tidak memerhatikan bahwa selain penampilannya yang menarik, aku  juga memiliki kualitas lain.  Aku merasa bahwa aku bisa jadi profesional dalam bekerja.

Aku penuh dengan cita-cita . Menjadi sekretaris, atau pekerja kantoran, punya perusahaan sendiri dan meiliki suami yang tampan dan kaya.Itu adalah cita citaku.

Sebelumnya sewaktu bekerja,.

sebagai asisten junior membuat meja kerjanya penuh tumpukan kertas. Bertumpuk di meja kerja dan sebagian dibawa pulang menyampah ditempat tidur'ku.

Tapi sekarang tidak lagi, kalau aku  cocok, aku akan menjadi istri simpanan  disebuah pemilik kerajaan bisnis besar.

Dengan cermat aku memeriksa pria  di usia lima puluh tahun untuk pertama kalinya.Tidak jelek juga, perutnya tidak gendut atau gemuk yang berlebih lebihan.

Mungkin diwaktu mudanya dia adalah lelaki ganteng dan sisa sisa kegantengan itu masih ada disana. 

Rambut lelaki itu disisir belah dua, dengan sorot  mata yang  tajam.

Pertama kali aku bertatapan, pandangan lelaki itu seperti menembus tubuhku. Aku  gemetaran. Aku teringat guru pembimbingku, tapi lelaki setengah baya itu menampilkan lebih.

Ada perasaan menyenangkan menatap lelaki itu, guru pembimbingku dulu menimbulkan rasa takut.

Meski ia bukan pangeran impian, karena  umurnya sudah tua untuk menjadi pangeran.

Pastinya seumur ayahku kalau masih hidup.  Aku memang tidak mengenal ayahku yang telah meninggal dunia ketika aku berumur 7 tahun.

"Terima kasih sudah datang." Lelaki yang menungguku di restoran tempat janji temu itu bersuara. Sopir lelaki yang memperkenalkan aku duduk dikejauhan.

"Kamu bisa memikirkannya lagi, aku sudah tua iya?" Suara lelaki itu seperti mengetahui apa yang aku pikirkannya.

Aku gugup untuk menjawabnya.

"A..aku." 

Lelaki baya itu tersenyum kebapakan. Aku suka itu. Kehilangan orang tua sejak kecil, jadi aku merindukan  sosok seorang ayah.

Tapi ini bukan ayah, meski dia bisa jadi figur ayah sejati, ini adalah suamiku yang akan kulayani  selama 6 tahun. Itulah perjanjiannya . 

"Aku butuh jaminan," bisikku

 Betapa menyedihkan  seolah olah aku  membicarakan bisnis.

 "Saya telah menyiapkan kontrak." Lelaki paruh baya itu menanggapi dengan seketika.

"Saya Rafki, cukup itu saja yang kamu tahu" Lelaki baya itu bertegas tegas.

                                 * * *

Pindah ke apartemen baru berlangsung pada hari hari  berikutnya.

Dengan jumlah barang yang kumiliki, penataan tempat  memakan waktu sekitar dua jam, karena semua furnitur yang diperlukan ada di kamar, dan peralatan rumah tangga di dapur lengkap sudah.

Dato Raf lelaki itu mampir untuk menemuiku siang itu. Dia baru saja membuka pintu dengan kunci yang dibawanya.

Namun dia tidak menggangguku. Dia hanya ingin memastikan aku  sudah pindah dan senang dengan apartemen di lantai 7 dengan 2 kamar yang tersisa.

Aku menyadari bahwa aku akan menjalani hidup baru. Aku  merasa sudah dewasa karena teman  sebayaku banyak yang sudah berkeluarga dan punya anak.

Aku juga tidak dapat mengandalkan kesendirian total sepanjang hidupku. Karena itu aku harus memilih.

Setelah menanda tangani perjanjian,

pria baya ini bisa muncul di sini kapan pun dia mau untuk bersamaku

Aku gugup bahwa, lelaki itu akan segera mulai menuntut pemenuhan persyaratan kesepakatan, yang akan aku selesaikan.

Pengacara kekasih baruku  langsung masuk ke dalam mobil, di mana dia dan Dato Raf sampai ke kantor hukum, dan menyerahkan didepan kepadaku  kertas yang sudah disiapkan untuk kuperiksa.

Aku hampir tidak bisa membaca teks itu, karena huruf-huruf itu terasa melompat ke depan mataku karena emosi yang bergejolak di dadaku.

Kesepakatan sekitar enam tahun "kerja sama" perkawinan  dengan kemungkinan perpanjangan kontrak.

Aku hanya bisa bangga dengan kenyataan bahwa tanganku tidak gemetar pada saat itu.

Namun, saat Dato Raf muncul di hadapanku dengan dasi dan senyum, aku mulai gugup.

Dari kantor Notaris, dia tidak tahu harus berkata apa kepada pria itu. 

Dato Raf berjalan lewat, melihat ke setiap sudut apartemen dua kamar, lalu duduk di sofa yang nyaman di apartemen yang diberikan untukku.

 "Sekarang mari kita sepakati hal-hal kecil. Anda tidak perlu memasak untuk saya. Saya lebih suka restoran. Orang yang disewa khusus untuk anda akan membersihkan disini seminggu sekali. Anda bisa mencuci sendiri, atau membawa barang-barang Anda ke laundry."

Aku  sedikit tersipu, teringat bahwa dengan baju satin indah yang tergantung di furnitur aku  hanya bisa memimpikan kemewahan.

Sambil menarik kaus lama di atas lututku,  Aku mengangguk.

" Baik. Bagaimana dengan pekerjaan?"

"Besok kamu akan pergi ke alamat ini.'" Dato Raf memberiku kartu nama.  Mereka sudah menunggumu di sana. Semoga Anda bisa mengetahuinya sendiri."

Hawa dingin menjalar di punggungku dari AC yang distel penuh. Meski dingin, aku berkeringat.

"Ini sudah dimulai! -  Kita akan bertemu di hotel, tapi tidak hari ini, dua hari lagi kita akan bertemu disana " Dato Raf memberikan kartu nama hotel dan bokingan pada tanggal yang telah tertera. 

 "Saya tidak ingin terlalu sering di sini. Jika anda ingat, kita sebelumnya tidak saling mengenal, namun aku berharap ada terjalin kasih dan sayang. Namun meski begitu, hubungan kita harus tetap dirahasiakan untuk semua orang kecuali pengemudi. Lelaki itu berhenti sebentar .

"Supirku itu telah menjadi pendampingku selama bertahun-tahun dan akan tetap diam. Ini hampir merupakan kondisi yang paling penting. Hal lainnya, yang tidak kalah pentingnya, adalah kesetiaan. Saya tidak akan mentolerir perselingkuhan." 

"Ya," desisku itu dan berdehem. Tentu saja, aku tidak punya kekasih dan tidak berencana untuk punya kekasih. 

Entah bagaimana, tetapi perkataan  seperti itu adalah ancaman, tetapi pilihan sudah dibuat.

"Apakah ada keinginan lain?"

Apa yang bisa dia jawab? Ini adalah pengalaman pertamaku.

"Aku seorang gadis." Aku tercekat dikerongkongan, namun terasa lepas  setelah mengucapkan itu.

" Iya, anda sudah mengatakan kepada Fahmi supir saya."

Sedikit kilatan  melintas di mata lelaki pelindungku. Mungkin dia akan mengatakan sesuatu, tapi tidak. Dia tidak mengatakan apa apa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BERBAGI CINTA   60 Siapa Yang Harus Kupilih? (TAMMAT)

    Dokter berbicara denganku hal hal yang asing bagiku mungkin bahasa medis. Aku tidak dapat mengerti hal itu.Aku cuma bertanya."Apakah mungkin ada kesalahan?" Tanyaku."Maksud anda tidak akurat? Tidak mungkin," ujar dokter.Setelah panjang lebar penjelasan, dokter bertanya. "Apakah Anda punya alternatif?" Tanya dokter."Apa maksud dokter?" Tanyaku."Maaf, mohon jangan tersinggung. Mungkin ada lelaki lain yang bisa kita periksa. Untuk mencocokan DNA itu," kata dokter."Engkau bisa membawanya kesini." Aku tahu, dokter menyarankan agar aku membawa lelaki lain yang mungkin menjadi ayah anakku. Tentu saja ada. Lelaki itu mantan suamiku Dato' Raf. Ayah Brian yang sebenarnya. Tapi aku tidak bodoh untuk menghubungi dokter dan laboratorium itu lagi. Aku akan mulai dari awal. Aku tidak mau Dato' Raf curiga. Aku akan memberitahu Dato' Raf. Apapun yang terjadi.Dato' Raf tentu harus tahu, bahwa

  • BERBAGI CINTA   59 Kejutan Yang Membuat Shock

    Aku membawa permainan untuk Adiputra. Mungkin ayahnya sudah membelinya, karena dia seorang anak yang memiliki segalanya.Dia senang punya permainan mobil yang kubawa. "Sekarang kamu tidur, bermain besok saja,”kata ayahnya tegas. "'Iya, aku mau tidur," Adiputra melirik ayahnya.Aku meninggalkan anak itu dan sebelum pergi mengusap kepalanya. Bos Dewantara mengajakku ke Kafe terdekat. "Ayo kita minum di Kafe rumah sakit," ajak Bos Dewantara.Perutku memang sudah lapar. Mendapat makanan dan kopi cukup menyenangkan. Aku suka kopi. Dewantara juga.'"Mengapa Erika menggugat cerai?" Tanyaku."Mereka selalu tidak cocok kalau dirumah, anakku dan Erika bertentangan dan aku pusing. Adiputra tidak mau diatur, sementara Erika tidak peduli. ""Sulit juga menghadapi anak yang keras seperti Adiputra," kataku."Erika tidak menyembunyikan ketidak sukaannya, jadi hidupku jadi kacau," ujar Dewantara p

  • BERBAGI CINTA   58 DNA

    Namun aku tetap memaksa agar Ronald dan anakku memeriksa DNA, aku tidak mau ada kesalahan.Tetapi lelaki itu dan aku tampaknya cukup yakin, itu adalah anakku dan Ronald."Apakah kamu yakin pemeriksaan itu perlu?" Tanya Ronald."Aku sudah punya suami, meski dia mengatakan tidak lagi subur. ""Lelaki mungkin kesulitan kalau sudah berusia diatas 55 tahun," ujar Ronald. "Jadi kita akan memastikannya," ujarku menguatkan."Jangan ada kesalahan lagi.' "Baiklah jika itu mau kamu, aku akan menanyakan dan mencari waktu yang tepat. Aku dan anak kita akan menjalaninya." Ronald kini tertawa cerah. Seolah-olah tidak terjadi apa apa. Dia membesarkan hatiku."Aku akan menelpon kamu," ujarnya lagi. *** Ronald menelponku dua hari sesudahnya."Aku sudah konsultasi dengan dokter, kita dapat melaksanakannya. Aku dan anakku Brian,." Kata Ronald seperti dia sudah yakin itu putranya.

  • BERBAGI CINTA   57 Ketemu Ronald

    Aku mulai memikirkan Ronald dan kini masanya menuntaskan masalah ini. Aku menelponnya dengan telepon sebelumnya yang kucatat ketelpon baruku. Tak berapa lama telpon itu diangkat. Aku memerlukan menenangkan diri sebelum menjawab teleponnya."Hai, sapaku." Suara ditelpon menjawabnya dengan terkejut."Anna, kamukah itu?" Tanya Ronald seperti berteriak."Iya, " kataku."Aku cuma ingin mengucapkan selamat atas pernikahan kamu," ujarku dengan suara getir."Apa yang kamu katakan? Kamu memutuskan telepon dan sekarang berbicara tentang selamat, apa yang kamu ketahui tentang aku?" "Kamu mengatakan akan menikah dan akan memberikan undangan.""Jadi karena itu kamu memutuskan telpon dan tidak mau berhubungan denganku?""Iya." Jawabku."Aku yang salah," ujar Ronald pula."Kita perlu bicara, dimana kamu?""Apakah ini perlu?" Tanyaku."Tentu saja perlu, banyak yang aka

  • BERBAGI CINTA   56 Erika Sintya pacar Bos

    Adiputra dan Erika Sintya mulai bercakap cakap dan akrab. Aku membujuknya agar mencintai Erika Sintya. Anak itu tersenyum saja. Tapi ia mulai suka dengan Erika dan tidak menolak atau merajuk . Permainan ditempat wisata itu menggodanya. berdua, Erika dan aku membawa Adiputra ketempat permainan, tapi Adiputra lebih suka menempel padaku. Ayahnya Dewantara hanya melihat saja dari jauh. Sekali sekali dia ikut. Tertawa bersama ayah dan anak. Aku seperti pengasuh diantara mereka.Berjalan kemana saja, bos suka melihat tempat wisata dan perkemahan. Tapi Erika dan Adiputra tidak suka berkemah. Jadi berjalan jalan saja kearah bukit dan tempat tempat yang indah.Di siang itu kami pulang setelah berjalan dikaki bukit.Erika Sintya dan Bos Dewantara berjalan berdampingan. Aku dan Adiputra mengikuti berjalan di dekat sungai. Erika memisahkan diri dari Bos dan mendekatkan diri padaku dan Adiputra.

  • BERBAGI CINTA   Bab 55 Ayah dan Anak

    Adputra terbangun pagi hari dan aku membuatkan sarapan. Ayahnya menelpon dari Singapura pagi itu. Aku mengulurkan telepon ke anak itu dan mengedipkan mata memberi semangat. Dia mengambilnya dan menelponAku sengaja tidak mendengarkan percakapan mereka. Setelah memecahkan beberapa telur dalam wajan, dan menutupinya dengan penutup aku menemui Adiputra. Adiputra baru saja selesai menelpon dan menyerahkan ponsel kepadaku. "Ayah ingin berbicara," ujar Adiputra. "Ya," kataku, meletakkan telepon di telingaku. "Anna, apakah dia mengganggumu'? Pegawaiku akan datang ke sana untuk membawa Adiputra. ""Tidak apa apa, dia anak yang menyenangkan. " jawabku."Aku senang dia disini, tapi tempatku mungkin tidak bagus, aku minta maaf.""Adiputra senang disitu, aku berterima kasih. " Kata Dewantara pula."Syukurlah," ujarku tulus."Aku ingin bertemu, sepulang dari Singapura aku akan kesana." Berkata lagi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status