Satu tahun yang lalu, Darto bisa membeli sebuah rumah, harga cukup miring, lebih rendah dari pasaran, rumah itu sudah lama tidak ditempati pemilik karena pindah ke luar kota,
Di usianya yang terbilang cukup matang yaitu 29 tahun, Darto belum juga menikah, dia ingin membahagiakan ibunya dulu, ibunyalah yang memotifasi Darto untuk membeli rumah, siapa tahu apabila jodohnya datang, sudah tersedia rumah, begitu kira-kira pemikiran ibunya Darto.
Rumah itu tidak besar, luas tanah hanya 10x20, dengan bangunan berlantai dua, dengan sisa tanah di depan untuk taman kira-kira 3 meter dari teras rumah ke pagar, gaya minimalis tapi cukup kalo untuk berkeluarga, ada kamar 2 di bawah, 2 di atas, dengan masing-masing memiliki kamar mandi, sedangkan bagian belakang ada kamar kecil untuk ART, dan satu kamar mandi luar untuk tamu dan ART yang bersebelahan dengan kamar ART dan dapur, masih ada sedikit lahan dibelakang yang dulu oleh pemiliknya dibuat tanaman Toga (tanaman obat keluarga) dan sayuran, tentu saja sekarang terbengkalai dan semrawut, di belakang sendiri terpisah dari bangunan induk ada bangungan kecil, tepatnya sebuah gudang, untuk menempatkan benda-benda yang sudah tidak diperlukan
dari hasil usahanya yang mulai bekembang, Darto mempunyai tabungan yang cukup untuk membeli rumah tersebut, dan sedikit renovasi akhirnya dia bisa menempati rumah itu,
Dengan sifatnya yang Introvet, Darto memilih tinggal sendiri di rumah itu, lokasinya dekat dengan tempat usahanya, masuk gang hanya 500m dari jalan raya di mana lokasi tempat usahanya berada.
Darto membuka bengkel dan spare part mobil, sesuai dengan keahlianya yang lulusan STM jurusan Otomotif di kotanya.
*(STM = Sekolah Tinggi Menengah, yang sekarang berganti nama menjadi SMK = Sekolah Menengah Kejuruan)
Setelah rumah siap ditempati, Darto memindahkan barang-barang pribadinya dari rumah orang tuanya, hampir satu Pic Up penuh, dia menyewa jasa expedisi pindahan. sehingga tidak perlu report-repot mengangkut sendiri
Setelah orang-orang ekxpedisi memasukkan barang-barang ke dalam rumah, merekapun pamit.
Tinggalah Darto sendiri di ruang tamu itu, dengan barang-barang yang masih teronggok di ruangan itu, dia menghela nafas lega, walau belum sempat menata barang-barang itu sebagaimana mestinya. dia akan melakukan pelan-pelan.
Darto melangkah ke arah sofa baru yang baru dibelinya kemaren, lalu ia menghempaskan tubuhnya kelelahan, aktivitas renovasi sampai dengan pindahan sangat melelahkan, saat itu ia ingin beristirahat sebentar sebelum meneruskan menata barang-barang pindahan tersebut.
Darto mencoba memejamkan mata, Darto terkejut saat di hadapannya berdiri seorang gadis sangat cantik, wajahnya imut, dengan mata belok dengan bulu alis yang lentik, rambut sedikit pirang, bibirnya tipis menggoda, alisnya bagai semut beriring tipis tapi rapi,
gadis itu menatapnya, mengerjap-ngerjapkan matanya sambil tersenyum, cantik sekali.
'gadis ini begitu cantik' dalam hati darto
"hai..." sapa darto
Darto yang biasanya pendiam, dan sulit membuka percakapan dengan lawan jenis, entah mengapa saat ini mulutnya begitu lancar, ada dorongan kuat dalam dirinya untuk menyapa gadis ini
"Siapa namamu?"
"Boleh kita kenalan?"
"Namaku Darto" kamu siapa?"
Gadis itu tidak menjawab atau menanggapi kata-kata Darto, dia hanya tersenyum dengan manis,
'Apa gadis ini bisu?’ batin Darto
Darto berusaha mendekati gadis itu, berusaha meraih tangannya untuk bersalaman, menunjukkan keseriusannya mengajak kenalan pada gadis itu, gadis itu berlari menjauh, darto berusaha mencegah gadis itu pergi, dia mengejar gadis itu,
“Hai tunggu” seru Darto, gadis itu terus berlari kencang, Darto mempercepat larinya, dan dengan sedikit melompat agar bisa mencapai tubuh gadis yang dikejarnya akhirnya
GRABBB
Darto berhasil menangkap tubuh gadis tapi kedua tubuh itu terhempas ke tanah degan bergulingan, posisinya di bawah dengan tangan mendekap erat gadis itu yang berada diatasnya, di belainya rambut gadis itu, terasa lembut, kemudian ditatapnya mata gadis itu, yang kini wajahnya saling berhadapan
‘gadis ini benar-benar cantik, seperti bidadari’ batin darto
Tak terasa bibinya semakin mendekat bibir gadis itu, ada dorongan hasrat kelelakiannya yang menggelegak, jiwa primitifnya muncul tanpa bisa dikendalikan, bibirnya sudah semakin dekat, semakin dekat, dan...
MEONG... Darto terkejut, dia mengerjap-ngerjapkan matanya, kedua tangannya memegang seekor Kucing dengan menghadap kewajahnya, dengan spontan dia lempar Kucing itu, Kucing itu segera berlalu dari dekat Darto sambil menggoyang-goyangkan ekornya “Ya tuhan, ternyata mimpi, hi... hampir saja mencium Kucing’ gerutu darto bergidik sambil tangan menepuk-nepuk dadanya *** POV Darto Kuregangkan badanku yang terasa kaku, sambil mengerjapkan mata, berusaha dapat melihat sekiling ruangan yang gelap, kugerakkan kepalaku dan badan kekanan-kekiri sampai berbunyi kretek-kretek. “Oh sudah gelap” gumamku, sambil berdiri melangkah ke diinding dimana saklar lampu berada, kutekan saklar mencoba menyalakan lampu dan byar, cahaya lampu menerangi ruangan Aku kembali menghempaskan tubuhku ke sofa, kuangkat kedua kakiku ke atas meja, kuselonjorkan kaki agar lebih rilex, kunyalakan sebatang rokok, asap kusembulkan dengan mulut, dan asap itu menyebar di d
Pintu kubuka dan... aku terjengit sampai mataku melotot spontan, mataku terbelalak, heran, Bagaimana bisa semua sudah rapi, kugaruk kepalaku yang tidak gatal, bagaimana nggak bingung, sedangkan tidak nampak ada seorangpun di rumah itu, aku kan masih sendirian, sedangkan pintu terkunci Sprei sudah terpasang rapi, bantal guling sudah di kasih sarungnya, dan baju-baju aku sudah tertata rapi di lemari. 'hm... pasti ibu atau adikku tadi kesini, yang punya kunci cadangan adalah ibuku, biar kalau pas kesini bisa masuk sendiri tanpa menungguku seandainya aku tidak ada dirumah, coba kutelpon mereka untuk mengucapkan terima kasih,' Kutekan nomor ibu, kutempelkan benda pipih itu ke telingaku, terdengar bunyi memanggil, beberapa saat ada suara dari seberang sana. "Halo, Assalamualaikum, ada apa Dar.. menelpon ibu?" tanya ibuku "Terima kasih bu, udah bantuin beres-beres, aku bisa sedikit santai malam ini," kataku
‘Kog seperti gadis dalam mimpiku tadi yah?’ pikirku, ‘Ini nyata atau alam mimpi?’ otakku penuh dengan pertanyaan "Hai,.... siapa kamu, kog tiba-tiba ada di sini, ada perlu apa?" tanyakuyang kupikir tetanggaku yang sedang memperkenalkan diri Gadis itu hanya tersenyum, sambil mengerjap-ngerjapkan matanya yang indah itu kutaksir usianya belum genap dua puluh tahunan Apa mungkin dia anak pak RT yang sedang menanyakan surat-surat kepindahanku, secara aku kan warga baru dan belum sempat mengurus surat-surat kepindahan “Apakah kamu anak pak RT? Tanyaku, gadis itu menggeleng dengan tetap tersenyum, gemas juga mendengar jawabannya yang cuma mengeleng, menganguk, untung cantik,hihihi pikiran Darto traveling, itulah keajaiban kecantikan, bisa mempermudah segala urusan, pikiran Darto semakin berkelana 'Perasaan tadi pagar sudah kukunci, ah ya mungkin dari siang dia sudah ada disini, atau mungkin gadis ini yang bantu beres-beres barang tadi ya?' piki
GRUBYAK,,,, Aku mengelus-ngelus bokongku yang terasa agak sakit, dan kepalaku juga sedikit sakit, yang ternyata terantuk ujung meja, ternyata aku yang jatuh dari sofa, terus di mana gadis itu 'Aish..... ternyata aku sedang mimpi tadi, tapi kog seperti nyata ya' pikirku 'Ah sudahlah, biar tidur normal dan gak kaku semua nih badan saat bangun, aku tidur di kasur kamarku aja'batinku Aku bangun melangkahkan kaki menuju kamarku, tanganku masih saja mengelus-elus kepala yang benjol, kuhempaskan tubuhku mencari posisi yang enak, kuraih guling dan kupeluk, lalu kutarik selimut sampai kebatas leher, menghalau dingin, Kupejamkan mata ini dengan nyaman. agar besok pagi badanku segar, dan kuagendakan untuk belanja kebutuhan dapur, mengisi kulkas, agar klo sewaktu-waktu aku lapar ada yang kumasak dan kumakan *** Hari masih pagi, sekitar pukul 5, Darto mengerjapkan matanya, mencoba membuka mata, kesadarannya belum sepenuhnya kembali, s
Darto tidak khawatir dengan orang itu, toh rumahnya belum ada barang-barang berharga, yang menggoda untuk dicuri, televisi aja model lama, yang diambil dari kamarnya sewaktu masih tinggal di rumah ibu. Yakin tidak ada suara ataupun tanda-tanda apapun, Darto segera berangkat kerja setelah memastikan dia menutup dan mengunci pintu, dan juga pagar, Darto segera melaju ke tempat kerjanya, yang hanya berjarak sekitar 500 m. *** Saat ini Matahari sudah lingsir (mulai terbenam) Darto bersiap pulang, karyawannya sudah pulang, dia menghitung perolehan usahanya hari itu, seperti biasa, setelah dihitung, dan uangnya dirapikan, dimasukkan amplop, keesokan harinya akan ditabungkan di Bank. Setiap akhir bulan dia ambil kembali tabungan itu, secukupnya untuk diberikan karyawan sebagai gaji, tak lupa, sebagian disisihkan untuk donatur anak yatim, dan yang paling penting lagi jatah bulanan untuk ibu tercinta. Ibunya seorang single parent yang tangguh,
-POV Darto- Darto memegangi lututnya yang sakit sambil bergulingan, nafasnya tak beraturan, wajahnya menampakkan ketakutan yang amat sangat, Dia hendak melarikan diri dari situ, dengan gemetar dan menahan sakitnya, dia berusaha berdiri, sebelum dia sanggup berdiri, posisinya masih duduk dengan lutut di dada, kembali dia dikejutkan sesuatu hal, dan diapun pingsan. *** Kubuka mataku perlahan, tiba-tiba perutku berbunyi kriuk, tanda lapar, kuelus perutku perlahan, kukumpulkan nyawa yang serasa berseraak, aku sedikit linglung, ingatanku sedikit kembali ‘Perasaan tadi aku ada di dapur, kapan aku tidur di sini di kamarku’ batinku Aku sedikit terjengit, ingatanku kembali beberapa saat lalu, saat itu aku di ruang dapur, dan mau masak, ternyata sudah ada makanan diatas meja, ‘Siapa yang masak’ pikirku, aku mencari kesembarang tempat, setelah aku mencari-cari siapa gerangan yang masak, aku tidak menemukannya, Setelah lelah
Kata orang hantu itu takut dengan matahari, alias kalau siang hantu itu kekuatannya melemah, Baiknya besok siang saja aku pulang dan mencoba cara tersebut, *** Alarm ponsel berbunyi keras mengganggu pendengaranku, kucoba meraih benda itu untuk kumatikan alrmnya, Mataku masih sangat berat, aku baru tertidur menjelang subuh, kududukkan badanku dengan susah payah, mencoba mengumpulkan nyawa, kugelengkan kepala kanan dan kiri hingga berbunyi krek….krek, regangkan tubuh dengan merentangkan tangan seluas mungkin, kuhirup udara yang terasa pengap, maklum udara dalam benkel tentu tidak sebagus di kamar rumah, kalo tidak terpaksa aku tidak akan tidur di bengkel, yang notebane banyak sekali bau-bau khas bengkel, Masih teringat kejadian malam tadi di rumahku aku masih merasakan kengerian, bulu kudukku kembali meremang, aku mengingat kembali rencanaku semalam, untuk mengusir hantu itu, Setelah ritual membersihkan diri, aku pakai kembali bajuku sem
Secepatnya aku memacu motornya kembali ke tempat kerja Sesampai di tempat bengkel, terlihatnya pak Yahya duduk di bangku panjang yang disediakan untuk pelanggan Kusalami pak Yahya, segera mempersilahkan ke tempat ruanganku, kupersilahkan duduk segera kuambilkan minuman dingin yang ada di show cash pendingin yang ada di ruangan itu, “Baik pak memangnya ada perlu apa?” Tanyaku sopan Nampak pak Yahya membenarkan posisi duduknya, kemudian berdehem “Begini dek, apa adek belum bisa menjawab tawaran saya dulu?” Tanya pak Yahya to the point, tapi dengan suara yang terlihat hati-hati Degg aku baru ingat, sekitar dua tahun lalu pak Yahya, yang satu kampung dengan ibuku ini menawarkan putrinya untuk kunikahi, tapi aku beralasan belum siap, aku ingin beli rumah dulu, dan sekarang beliau menanyakan kembali ikhwal itu, secara kan aku sekarang sudah punya rumah, tak kusangka pak Yahya kekeh menunggu diriku “Maaf dek, dengan tidak tahu