Share

BAB 2

Penulis: Mustika Jenar
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-23 21:55:48

Satu tahun yang lalu, Darto bisa membeli sebuah rumah, harga cukup miring, lebih rendah dari pasaran, rumah itu sudah lama tidak ditempati pemilik karena pindah ke luar kota,

Di usianya yang terbilang cukup matang yaitu 29 tahun, Darto belum juga menikah, dia ingin membahagiakan ibunya dulu, ibunyalah yang memotifasi Darto untuk membeli rumah, siapa tahu apabila jodohnya datang, sudah tersedia rumah, begitu kira-kira pemikiran ibunya Darto.

Rumah itu tidak besar, luas tanah hanya 10x20, dengan bangunan berlantai dua, dengan sisa tanah di depan untuk taman kira-kira 3 meter dari teras rumah ke pagar, gaya minimalis tapi cukup kalo untuk berkeluarga, ada kamar 2 di bawah, 2 di atas, dengan masing-masing memiliki kamar mandi, sedangkan bagian belakang ada kamar kecil untuk ART, dan satu kamar mandi luar untuk tamu dan ART yang bersebelahan dengan kamar ART dan dapur, masih ada sedikit lahan dibelakang yang dulu oleh pemiliknya dibuat tanaman Toga (tanaman obat keluarga) dan sayuran, tentu saja sekarang terbengkalai dan semrawut, di belakang sendiri terpisah dari bangunan induk ada bangungan kecil, tepatnya sebuah gudang, untuk menempatkan benda-benda yang sudah tidak diperlukan

dari hasil usahanya yang mulai bekembang, Darto mempunyai tabungan yang cukup untuk membeli rumah tersebut, dan sedikit renovasi akhirnya dia bisa menempati rumah itu, 

Dengan sifatnya yang Introvet, Darto memilih tinggal sendiri di rumah itu, lokasinya dekat dengan tempat usahanya, masuk gang hanya 500m dari jalan raya di mana lokasi tempat usahanya berada.

Darto membuka bengkel dan spare part mobil, sesuai dengan keahlianya yang lulusan STM  jurusan Otomotif di kotanya.

*(STM = Sekolah Tinggi Menengah, yang sekarang berganti nama menjadi SMK = Sekolah Menengah Kejuruan)

Setelah rumah siap ditempati, Darto memindahkan barang-barang pribadinya dari rumah orang tuanya, hampir satu Pic Up penuh, dia menyewa jasa expedisi pindahan. sehingga tidak perlu report-repot mengangkut sendiri

Setelah orang-orang ekxpedisi memasukkan barang-barang ke dalam rumah, merekapun pamit.

Tinggalah Darto sendiri di ruang tamu itu, dengan barang-barang yang masih teronggok di ruangan itu, dia menghela nafas lega, walau belum sempat menata barang-barang itu sebagaimana mestinya. dia akan melakukan pelan-pelan.

Darto melangkah ke arah sofa baru yang baru dibelinya kemaren, lalu ia menghempaskan tubuhnya kelelahan, aktivitas renovasi sampai dengan pindahan sangat melelahkan, saat itu ia ingin beristirahat sebentar sebelum meneruskan menata barang-barang pindahan tersebut.

Darto mencoba memejamkan mata, Darto terkejut saat di hadapannya berdiri seorang gadis sangat cantik, wajahnya imut, dengan mata belok dengan bulu alis yang lentik, rambut sedikit pirang, bibirnya tipis menggoda, alisnya bagai semut beriring tipis tapi rapi, 

gadis itu menatapnya, mengerjap-ngerjapkan matanya sambil tersenyum, cantik sekali.

'gadis ini begitu cantik' dalam hati darto 

"hai..." sapa darto

Darto yang biasanya pendiam, dan sulit membuka percakapan dengan lawan jenis, entah mengapa saat ini mulutnya begitu lancar, ada dorongan kuat dalam dirinya untuk menyapa gadis ini

"Siapa namamu?"

"Boleh kita kenalan?"

"Namaku Darto" kamu siapa?"

Gadis itu tidak menjawab atau menanggapi kata-kata Darto, dia hanya tersenyum dengan manis, 

'Apa gadis ini bisu?’ batin Darto

Darto berusaha mendekati gadis itu, berusaha meraih tangannya untuk bersalaman, menunjukkan keseriusannya mengajak kenalan pada gadis itu, gadis itu berlari menjauh, darto berusaha mencegah gadis itu pergi, dia mengejar gadis itu,

“Hai tunggu” seru Darto, gadis itu terus berlari kencang, Darto mempercepat larinya, dan dengan sedikit melompat agar bisa mencapai tubuh gadis yang dikejarnya akhirnya

GRABBB

Darto berhasil menangkap tubuh gadis tapi kedua tubuh itu terhempas ke tanah degan bergulingan, posisinya di bawah dengan tangan mendekap erat gadis itu yang berada diatasnya, di belainya rambut gadis itu, terasa lembut, kemudian ditatapnya mata gadis itu, yang kini wajahnya saling berhadapan

‘gadis ini benar-benar cantik, seperti bidadari’ batin darto

Tak terasa bibinya semakin mendekat bibir gadis itu, ada dorongan hasrat kelelakiannya yang menggelegak, jiwa primitifnya muncul tanpa bisa dikendalikan, bibirnya sudah semakin dekat, semakin dekat, dan...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • BERCINTA DENGAN HANTU   182

    Mereka melihat di depan ada seorang nenek dengan berkebaya kuno dan memakai jarik, yang berjalan tenang menyeberang jalan. Yai Sepuh menyipitkan matanya mengamati orang itu, sedetik kemudian matanya melebar, dadanya berdebar-debar. "Mungkinkah dia,?” batin yai Sepuh "Mbok Rah! " "Rah! " Darto dan yai sepuh berseru bersamaan. Darto kaget dengan seruan yai sepuh, demikian juga yai sepuh terkejut dengan seruan Darto, sontak mereka saling memandang "Kamu mengenalnya nak Darto?" "Ysi Sepuh mengenalnya? " Darto dan yai sepuh saling bertanya bersamaan "Ingeh yai beliau ikut dirumah kami beberapa bulan, kamarnya yang kita temukan botol keramat itu yai" Darto menjelaskan sedangkan yai sepuh manggut-manggut, sambil mengelus-elus janggutnya, sedetik kemudian mereka saling bertatapan dengan mata membulat, "Kita harus menangkapnya!" teriak mereka Darto dan yai sepuh bersamaan, Tanpa komando mereka berdua segera melompat keluar dari mobil dan berlari mengejar orang yang di maksud, me

  • BERCINTA DENGAN HANTU   181

    “LEMPAR...,” suaranya melengking tinggi, tapi tertelan suara ombak yang menderu-deru, meski demikian ustad Reyhan yang memegang botol sangat sigap, segera dia melempar botol itu, tepat saat percikan air laut sudah menghantam bibir batu karang tempat mereka berpijak, ombak itu seperti makhluk laut yang sangat besar dan mengerikan “ALLAHUAKBAR...,” teriak guru dan murid itu bersamaan. SWING... CLUNG Botol itu terlempar tepat di tengah ceruk omba, yai Sepuh dan ustad yang lain berdiri kokoh di bibir tebing, sarung mereka berkibar kibar, di tengah suara ombak yang menderu-deru, masih dengan posisi yang sama ombak itu seakan hendak mencaplok mereka, puncak ombak itu bertahan di atas kepala mereka tapi seolah ada yang manahan, ustad Daru mengalunkan adzan dengan nada yang indah, sedangkan yang lain memejamkan mata dan mendengar dengan khidmat, tidak mempedulikan sekitar dimana alam seolah sedang bergejolak, “......LAA ILAAHA ILLALLAAH” ustad Danu menyelesaikan adzan dan segera menengadah

  • BERCINTA DENGAN HANTU   180

    "Botol itu, botol itu, botol itu," gagap ustad Reihan sambil jarinya menunjuk di tempat botol itu diletakkan,HA...!Semua orang dalam mobil itu tersentak, matanya membelalak, mulutnya melongo, Tak terkecuali Darto sangat terkejut, hatinnya sungguh tergetar, dia takut, kalau-kalau botol itu hilang, lalau terjatuh di tangan orang jahat, atau botol itu pecah lalu penghuninya bebas bergentayangan, dia jadi ngeri, bagaimana dengan nasibnya. ‘Astaghfirullahhaladzim, kalian itu diuji sedikit saja sudah melupakan Allah, kita pasrahkan dan minta sama Allah, ingat tak selembar daun jatuh tanpa seijin Allah, dan apabila botol itu benar-benar hilang, itu berarti memang seijin Allah, mari kita berdoa dan berikhtiar, tenangkan hati kalian, ayo kita cari dengan tenang, karena saat kita panik atau marah, setan menutup mata kita,” tutur yai Sepuh tenang dan bijak, ASTAGHFIRULLAHHAADZYM Seru semua orang itu bersamaan, kemudian dengan tanpa komando mereka semua mengatur nafas agar lebih tenang, “A

  • BERCINTA DENGAN HANTU   179

    DUARRRR ASTAGFIRULLAHAADZIM ... ALLAHUAKBAR seru semua penumpang mobil Mobil bergetar hebat, Darto yang memegang kemudi sampai tangannya terasa kesemutan, Spontan Darto menginjak rem, Ciiiiiiiiit BRUAKKK BRAK BRAK Darto dan semua penumpang saling berpandangan, mata mereka tampak terkejut, "Bagaimana ini Yai sepuh?" tanya Darto dengan suara bergetar, hatinya masih berdebar karena kaget, sedangkan penumpang yang lain hanya terdiam, semua nampak tegang, yah nampaknya sedang terjadi tabrakan beruntun, "Sabar dulu, kita diam dulu, anak-anakku, mari kita berdoa sama-sama, mohon petunjuk dan perlindungan sama Allah SWT, agar kita deberi jalan keluar yang terbaik" titah Yai sepuh pada semua yang ada dalam mobil, "Siap Yai, laksanakan dawuh" serempak para ustad murid Yai Sepuh menjawab, Yai sepuh segera melaksanakan sholat sunah dalam mobil, diikuti oleh para santrinya itu, tak terkecualli Darto, seusai sholat Yai Sepuh memanjatkan doa, suasana namapak hening dan mencekam, nyaris tid

  • BERCINTA DENGAN HANTU   178

    PRUANGSemua tersentakASTAGHFIRULLAHHAADZIMSeru mereka semua bersamaan dan menoleh kearah sumber suara, dan tanpa komando mereka semua menuju ke arah sumber suara itu, betapa terkejutnya mereka dengan apa yang, terjadiUstad Danu sedang terpaku melihat pecahan beling dengan kuah yang berserakan di lantai, sementara Susi berjongkok memunguti pecahan beling,“Ya ampun mbak Susi, kenapa, apa mbak Susi, kurang enak badan ...?” seru Ninik khawatir, ikutan jongkok, dia melihat wajah Susi pucat, bahkan dilihatnya tangannya bergetar,“Eh, oh, nggak mbak Ninik, sa ... sa ... sa ....” Susi gugup hingga sulit menyelesaikan kata-katanya.Dalam hati Susi sangat malu sekali dengan kejadian itu, tanpa mereka ketahui dalam hati Susi sangat merutuki kecerobohannya sendiri, hanya karena tadi tanpa sengaja berpapasan dengan ustad Danu yang keluar dari kamar kecil, dia jadi gugup, dadanya berdetak dengan kencang, entah masih shok dengan kejadian waktu adegan pusaka atau hal lain, yang jelas dia begitu

  • BERCINTA DENGAN HANTU   177

    Yai Sepuh melihat gelagat Darto, dia bisa memahami gestur Darto yang salah tingkah,“Hmm, baiklah, saya akan bicara berdua dengan nak Darto,” ujar Yai Sepuh, sontak membuat tim rukyah mengernyitkan dahi, tapi mereka sangat percaya Yai Sepuh punya perhitungan dan alasan sendiri,“Apakah kita bisa bicara berdua Nak Darto, bisa kita disiapkan kamar?” lanjut Yai Sepuh,“Baik Yai, mari ikut saya” ujar Darto, dia sedikit terkejut dengan manuver Yai sepuh, seolah tahu apa yang diresahkan olehnya,Segera Yai Sepuh mengikuti langkah Darto menuju mushola keluarga yang, dan segera menutup pintunya, kemudian mereka bersila berhadapan,“Dek Darto, aku tahu, kamu mengenal wanita dalam lukisan itu bukan?” tanya yai Sepuh lembut tanpa penekanan, dia ingin Darto terbuka dengan suka rela,“I_ya Yai ... “ jawab Darto gagap sambil menunduk, ada perasaan campur aduk, dia malu sekali mengingat masa gelap itu“Apa hubungannya denganmu?” cecar Yai Sepuh lagi, tetap dengan mode lembut.“saya, saya ... “ Darto

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status