Share

4. Cerita Gading

"Boleh saya pinjam handuk?" izin Bunga dengan terus menggigil.

"Oh ... ya." Gading mengangguk. Sebentar saya ambilkan."

Gading bangkit. Dia menderap menuju kamar. Pemuda itu menarik salah satu handuk koleksinya di lemari. Pemuda beralis tebal itu kembali menemui Bunga. Dirinya lantas menyerahkan handuk pada Bunga.

"Terima kasih," ucap Bunga saat menerima handuk dari Gading.

Bunga langsung mengeringkan rambutnya. Lalu turun mengeringkan tangan dan kaki. Tiba-tiba tanpa malu gadis itu membuka dua kancing depan seragamnya. Seperti tengah menggoda, dia menggosok lehernya dengan sangat pelan.

"Saya buatkan teh hangat untuk kamu, ya," putus Gading karena merasa risih melihat tingkah murid didiknya itu.

Gading kembali meninggalkan Bunga. Dirinya kini beranjak ke dapur. Dia membuka kabinet atas dapurnya.  

Tangannya cekatan mengambil cangkir dan dua toples berisi gula dan teh, lantas meraciknya menjadi teh manis hangat. Setelah jadi Gading membawanya ke hadapan Bunga.

"Silakan diminum," suruh Gading begitu menaruhnya di meja.

"Terima kasih," ucap Bunga kembali menipiskan bibir. Namun, dia tidak lekas menyentuh minuman dalam cangkir tersebut.

"Kamu belum jawab pertanyaan saya tadi. Ada apa kamu hujan-hujanan ke sini?" Gading mengulangi pertanyaannya.

Bunga menunduk sembari memainkan roknya. Sehingga sedikit tersingkap pahanya yang putih mulus. Lagi-lagi Gading harus membuang pandangan.

"Saya butuh bantuan Bapak?" cetus Bunga kemudian.

"Bantuan? Ada PR Fisika?" tebak Gading dengan polosnya.

"Eum ... Pak saya masih kedinginan." Bunga mengalihkan topik lagi, "boleh saya pinjam baju kering Bapak?"

Gading mengangguk. Dirinya cukup kasihan melihat tubuh Bunga yang terus saja bergetar kedinginan. Dia juga sudah menyayangi Bunda seperti adik sendiri. 

Apalagi kakak Bunga adalah kekasih hatinya. Namun, dia dan kakak Bunga sepakat merahasiakan hubungan mereka di hadapan Bunga atau orang tuanya. Alasannya tidak lain adalah kenyamanan untuk Bunga. Keduanya tidak mau Bunga jadi canggung jika tahu kalau guru fisika dan lesnya ternyata adalah calon kakak iparnya  

Tanpa mengulur waktu, Gading kembali menuju kamar. Dia sedikit bingung saat membuka pintu lemari.

"Gak ada baju wanita di sini," gumamnya sembari melihat-lihat tumpukan bajunya. "Kamar ibu juga dikunci."

Mata Gading terus mencari pakaian yang cocok dikenakan oleh Bunga. Hingga akhirnya manik cokelat gelapnya tertuju pada kaos oblongnya yang cukup besar. Dia juga menarik salah satu celana training panjangnya.

"Nah ... pakailah!" suruh Gading begitu tiba di hadapan Bunga.

"Terima kasih." Bunga tersenyum lebar, "ngomong-ngomong, Bapak salah ngasih garam ke minuman saya, ya?"

"Hah? Maksudnya?" Alis Gading bertautan.

"Tehnya rasanya asin, Pak." Bunga membalas sambil menyengir geli.

"Masa sih?" Kening Gading berkerut tidak percaya.

"Iya. Gak percaya? Nih coba rasain sendiri." Bunga mengulurkan cangkir berukuran sedang dengan warna putih itu pada Gading.

Gading menerima cangkir tersebut. Pemuda itu menyesap perlahan. Lalu mengecapnya.

"Enggak kok! Ini manis," elak Gading begitu mencicipi minuman buatannya sendiri.

"Asin, Pak." Bunga bersikeras dengan ucapannya, "coba deh minum yang banyak, biar jelas asin atau tidaknya!" suruhnya yakin.

Gading manut. Dia meminum lebih banyak lagi teh hangat tersebut. "Ini manis, Bunga," tegas Gading yakin. Dia menaruh cangkir teh itu kembali ke meja.

Bunga terkikik geli.

"Kenapa kamu ketawa?" 

"Bapak mau juga saya kerjain, hi ... hi ... hi." Bunga cekikikan.

Gading menghirup udara sebanyak-banyaknya. Dia tidak terlihat kesal di hadapan muridnya.

"Kamu belum jawab pertanyaan saya. Ada apa datang ke sini?"

"Eum ... saya ganti baju dulu, ya Pak?" tukas Bunga mengalihkan perhatian, "di mana saya bisa ganti baju?"

Gading bergeming sejenak. "Kamu bisa ganti baju di kamar mandi. Letaknya di samping dapur."

"Oke ... saya ganti baju dulu, ya Pak." Bunga bangkit berdiri dengan semringah.

Gadis mungil itu meninggalkan guru dan tasnya begitu saja. Gading sendiri memilih kembali menuju ruang tengah. Dia ingin meneruskan pekerjaannya yang sempat tertunda karena kedatangan Bunga. Yaitu mengoreksi hasil ulangan murid-muridnya.

"Pak Gading."

Gading sontak menoleh saat tiba-tiba pundaknya dipegang oleh seseorang. Wajah imut Bunga kembali menampakkan diri. Sontak dia lekas menyingkirkan tangan mungil nan halus itu dari pundaknya. Gading kian dibuat melongo melihat pakaiannya yang digunakan oleh Bunga.

"Kenapa cuma pake kaos oblong saja? Kenapa celana trainingnya tidak dipake?" protes Gading lumayan jengah melihat kelakuan Bunga. 

Gadis itu hanya mengenakan kaos oblong. Sehingga sebagian paha dan betis mulusnya terpampang jelas. Benar-benar mengundang.

"Habisnya celana Bapak kepanjangan buat saya. Kan kaki saya pendek, Pak," balas Bunga tanpa malu.

Gading mendengkus resah. "Oke, sekarang katakan apa maksud kedatangan kamu ke sini? Saya gak punya banyak waktu. Lihat tugas saya menumpuk!" Tangan Gading menunjuk tumpukan buku di meja.

"Anu, Pak. Masih ada materi yang belum aku pahami," sahut Bunga dengan nada manja. "Sebentar saya ambil tasnya," pamitnya kemudian.

Gading menelan ludah saat melihat pinggul Bunga yang berlenggak-lenggok. Pemuda itu menggelengkan. Berusaha mengusir pikiran kotor yang tiba-tiba bersarang di kepalanya.

Tidak lama Bunga kembali dari ruang tamu. Tanpa canggung dia duduk di samping Gading. Gadis itu membuka tasnya untuk mengambil buku tugas.

"Tugas yang ini, Pak." Bunga menyodorkan buku tugasnya.

Gading sendiri cukup tersentak saat kulitnya beradu dengan kulit Bunga. Gadis itu sengaja menyenggol lengannya. Sebagai guru privat Bunga, mereka pernah tidak sengaja kontak fisik. Namun, baru kali ini Gading merasakan keanehan.

Gading seperti merasa tersengat aliran listrik ribuan kilowatt saat kulit mereka bersinggungan. Dan yang lebih anehnya tiba-tiba aliran darahnya naik. Lalu sesuatu di bawah sana menegang tidak terkendali.

FLASH BACK OFF

"Aku ... aku merasa kalo Bunga mencurangi aku," ungkap Gasing dengan tatapan getir.

"Maksudnya gimana, Mas?" Pertanyaan Galang mewakili perasaan hatiku.

"Karena mendadak aku tidak bisa mengendalikan diri untuk menyentuh Bunga."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status