Share

4 MENERIMA PINANGAN

Sore ini kediaman Surya Kencan terlihat sangat ramai. Para bibi dan juga pengurus rumah lainnya tengah sibuk membersihkan rumah dan menata sebagian ruangan. Bukan tanpa alasa mereka melakukan kegiatan tersebut. Itu semua dikarenakan sang tuan rumah akan melakukan perjamuan makan malam dengan sosok tamu spesial. Dan juga sekaligus untuk lamaran sang putri tercinta. Meskipun cinta belum menyetujui tentang perjodohan tersebut, tapi mami dan papinya bersikeras agar Cinta dapat menerimanya.

"Sayang... Apakah kamu ada di dalam?" tanya mami Cinta sambil mengetuk pintu kamar putrinya.

"Ya mi...masuk aja, pintu nggak aku kunci kok!" jawab Cinta.

"Cobalah lihat nak, mami telah mengambil sebuah gaun cantik dari butik untukmu!" kata Eliana sambil menyodorkan paperbag kepada Cinta.

"Gaun ini untuk apa mi?" tanyanya.

"Apakah kamu lupa nak? Malam ini Om Julian akan datang kemari untuk makan malam bersama kita," terang mami Cinta "Jangan lupa untuk dandan yang cantik karena nanti jam7 mereka sudah sampai disini!"

"Tapi mi, aku belum menyetujui tentang perjodohan ini!" elak Cinta.

"Maaf sayang, ini semua sudah menjadi keputusan papimu!" Eliana menghela nafasnya "Mami harap kamu bisa menerimanya!"

Eliana kemudian meninggalkan sang putri tercinta itu di dalam kamar sendirian. Dan di balik pintu, ternyata wanita paruh baya tersebut tak kuasa menahan air matanya untuk jatuh mengalir di pipi. Dia tidak ingin memaksakan kehendak kepada putrinya. 

Eliana sendiri selalu berharap agar anak gadisnya itu bisa bebas memilih pasangan hidupnya sendiri. Namun sayangnya keputusan sang suami sudah tidak bisa lagi dibantah. Karena suaminya itu pernah bilang, bahwa dia telah berjanji akan menikahkan putri tercintanya kepada anak dari sahabatnya tersebut. Dan juga bagi Surya Kencana sangatlah pantang untuk mengingkari janji.

"Apakah kamu baik-baik saja nak?" tanya Melinda kepada menantu kesayangannya itu.

"Aku tidak apa-apa mama, hanya saja sedikit sedih." jawab Eliana.

"Sabarlah nak! Aku sangat yakin dengan keputusan putraku." jawab Merlinda sambil menggenggam tangan menantunya "Dia sudah benar, dengan menjodohkan Cinta kepada putra sahabatnya."

Eliana hanya mampu tersenyum dengan ucapan sang mertua. Kemudahan kedua orang itu akhirnya pergi meninggalkan depan kamar cinta. Mereka berjalan menuju ke teras belakang untuk menghabiskan waktu berbincang dan menyulam.

"Elia, bolehkah aku bertanya sesuatu?" kata Merlinda membuka percakapan.

"Ya tentu saja ma." jawab Eliana.

"Bagaimana perasaanmu dulu, ketika kami para orang tua menjodohkan kalian yang belum saling mengenal?" tanya Merlinda.

"Dulu aku sedikit takut dan juga bimbang. Dalam hati bertanya, apakah orang itu akan mencintaiku atau tidak?" jawab Eliana sambil mencoba mengenak awal perjodohannya dengan Surya Kencana.

"Tapi ternyata setelah kami menjalani hidup rumah tangga, dia putramu sangat mencintaiku." lanjutnya.

"Dan mungkin itu yang sedang dirasakan oleh putrimu nak?" kata Melinda.

"Dia juga pasti sedang merasakan bimbang seperti apa yang dulu kau rasakan." lanjut nenek Cinta.

Sementara Eliana hanya diam dan mencoba memahami maksud dari mertua itu. Bagaimanapun juga dia adalah korban dari perjodohan orang tuanya. Namun ternyata Eliana dapat hidup bahagia bersama dengan sang suami. Didalam hatinya, Eliana hanya dapat berharap agar sang putri dapat merasakan kebahagiaan yang sama seperti dirinya.

****

Malam telah datang untuk mengantikan terang. Terlihat keluarga Surya Kencana tangah bersiap menunggu tamu mereka di teras rumah. Sementara di halaman rumah nampak sebuah mobil Ferrari dan Mercedez Benz Vito memasuki halaman. Rupanya itu adalah tamu yang sedang ditunggu. Siapa lagi kalau bukan keluarga dari Julian Iskandar.

Setelah sejanak berbasa-basi, mereka akhirnya menuju ke rumah makan untuk melanjutkan makan malam. Dan sehabis itu barulah dilanjutkan untuk membicarakan tentang pertunangan Cintami bersama dengan Sultan.

"Nak apa kamu sudah yakin untuk menerima lamaran dari putra kami Sultan?" tanya Julian kepada Cinta.

Cinta terdiam, kemudian melirik kedua orangtuanya. Sang mami pun menganggukan kepalanya memberikan tanda supaya cinta berkata setuju.

"Iya om, Cinta menerima lamaran dari Sultan." jawab Cinta sambil menghela nafas panjang.

"Terima kasih nak sudah setuju dengan perjodohan ini." balas Julian.

Cinta hanya mampu tersenyum getir karena ketidakmampuannya dalam mempunyai kebebasan untuk memilih pasangan hidupnya sendiri. Dia terpaksa menerima perjodohan tersebut supaya kedua orang tuanya tidak kecewa padanya.

"Baiklah mas, kalau begitu lebih baik kita bicarakan lebih lanjut lagi!" kata Julian kepada Surya.

"Ya, mungkin lebih cepat lebih baik." jawab Surya.

"Tapi bagaimana menurutmu nak Sultan?" tanya Surya kepada Sultan.

"Kalau saya terserah apa kata papa saja om." jawabnya.

Cinta hanya terdiam mendengarkan pembicaraan kedua orang tuanya bersama dengan keluarga Julian. Dia tak banyak bicara sama seperti Sultan yang sesekali hanya menimpali pembicaraan saja. Dia sedikit merasa lega karena kedua orang banyak terlihat sangat bahagia.

"Oh iya nak, tema acara resepsi seperti apa yang kamu mau nanti?" tanya Julian pada Cinta.

"Maaf om, saya hanya ingin acara resepsi yang sederhana saja. Dan yang penting sakral, lalu cukup dihadiri oleh keluarga kita saja." jawab Cinta.

"Tapi nak itu sepertinya tidak mungkin. Kita tidak bisa mengadakan resepsi sederhana karena banyak relasi dan rekan kerja kami yang pasti juga sudah menunggu undangan pernikahan kalian." balas Julian.

"Tetapi menurutku itu juga baik. Kita mengikuti saja apa kata putri ku! Nanti setelah dia lulus kuliah kita bisa adakan resepsi yang lebih besar lagi." kata Surya membuka suara.

"Aku juga setuju dengan kata Cinta pa." saut Sultan.

"Baiklah, kalau begitu sudah diputuskan. Untuk sekarang kita adakan resepsi dengan sederhana saja." kata Surya.

"Maaf om, bila sudah tidak ada yang dibicarakan lagi saya ijin untuk kembali ke kamar terlebih dahulu." kata Cinta.

"Silakan nak." jawab Julian.

Dengan langkah gontai, Cinta berjalan menuju kamar. Cinta seolah-olah merasa hatinya telah mati. Ada rasa tak rela menikah dengan Sultan Iskandar. Padahal selama ini, pemuda itu terkenal ramah, baik dan dermawan. 

Sangat banyak para gadis yang tergila-gila dan berharap bisa menjadi istri dari tuan muda kedua keluarga Iskandar. Namun berbeda dengan Cinta. Wanita itu merasa hatinya seolah tak rela harus punya pendamping hidup seorang Sultan.

Sementara itu diruang tamu, para tamu keluarga Kencana telah pamit pulang. Setelah menetapkan acara pernikahan Cinta dan Sultan akan dilaksanakan dua bulan lagi. Dan sebelum itu, Minggu depan akan di adakan acara pertunangan mereka terlebih dahulu.

Dan kini, Cinta hanya bisa pasrah untuk semua menghadapi kenyataan ini. Mungkin memang sudah menjadi takdir Cinta untuk menikah dengan lelaki pilihan papinya itu. Kini dia mulai berandai-andai, bila saja dia hanya anak dari orang biasa. Mungkin bisa saja Cinta dapat memilih pasangan hidup sendiri. Tanpa harus terikat dengan pernikahan bisnis.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status