/ Romansa / BOSSY / 02. Perasaan Azkar

공유

02. Perasaan Azkar

작가: Aya
last update 최신 업데이트: 2021-03-04 22:29:22

"Balik ke kursi kerja masing-masing! Bos mau mampir ke kantor kita!"

Seruan itu membuat Azkar dengan cepat berjalan menuju meja kerjanya dan duduk di kursi kerja miliknya.

Sama seperti rekan kerja mereka yang lain, Ava dan Alana sontak langsung memasang ekspresi serius dan menatap layar monitor komputer seolah mereka sedang bekerja.

"Selamat pagi semua!"

Ava mengangkat wajah. "Pagi pak," sahutnya kompak bersama rekan kerjanya yang lain.

Sosok lelaki berkepala empat itu tersenyum lebar dengan wajah tegasnya yang khas, bersama pria-pria berbadan kekar dibelakangnya yang menjaga.

Lelaki berkepala empat itu adalah pemilik perusahaan besar dan ternama di Indonesia, beliau kerap dipanggil Was.

"Semangat kerja!" seru Pak Was.

"Semangat! Semangat! Semangat!" sahut karyawan kantor ruangan itu antusias.

Pak Was bertepuk tangan dengan senyum tipisnya. "Saya mampir ke ruangan ini, untuk memberi tahu kalian secara langsung, bahwa kalian akan segera memiliki CEO baru di perusahaan ini. Yang tentu nya bukan saya lagi, sebentar lagi saya akan pensiun."

Seruan kecewa terdengar dari para karyawan ruangan itu.

"Umur saya semakin tua, saya ingin menikmati hidup bersama istri dan keluarga saya di sisa-sisa umur saya. Saya harap kalian tetap sehat dan aman, terimakasih atas kerja kerasnya selama ini dalam membangun perusahaan kita bersama."

***

"Menurut lo, siapa yang bakal gantiin posisinya pak Was?"

Ava mengedikkan bahu. "Pak Han?" tanya nya dan tersenyum kecil dengan pipi yang memerah. "Seandainya ada lowongan buat sekretaris baru, gue bakal calonin diri."

Ava dan Alana masuk kedalam lift menuju lantai lima, hanya ada mereka berdua di dalam lift itu.

Alana menyandarkan punggungnya pada dinding lift. "Kenapa? Lo mau dekat-dekat pak Han?"

Ava mengangguk semangat dan memperbaiki letak kaca mata bulatnya yang miring. "Gue pasti punya kesempatan buat pak Han suka sama gue, kalauu---"

Lift terbuka.

Alana menatap datar Ava. "Gak ada kesempatan buat lo, Ava." ucapnya memotong pembicaraan Ava.

Ava mengerjap polos. "Alana!" panggilnya saat Alana berjalan keluar lift dan meninggalkannya.

Ava dengan cepat berlari keluar lift dan segera menyusul Alana yang masuk ke dalam kafetaria.

Lantai lima memang khusus kafetaria. Hanya ada satu pintu masuk, dan setiap karyawan harus selalu mengisi absensi jika ingin makan siang. Di kafetaria ini menu makanannya lumayan banyak. Semuanya gratis, tetapi setiap orang dibatasi hanya mengambil makan sebanyak satu porsi.

Alana lebih dulu mengambil porsi makan miliknya dan duduk di salah satu kursi kafetaria.

Ava duduk dihadapan Alana. "Ada yang salah sama omongan gue?" tanya nya pada Alana yang sedang makan.

Alana menggelengkan kepala. "Gue cuma nggak mau lo berharap lebih, Va." ucapnya dan menyendokkan nasi kedalam mulut. "Kalau menurut gue sih, bisa jadi bukan pak Han."

"Terus? Bukannya pak Han kerjanya bagus? Pak Han juga jadi direktur disini, pak Han, kan, anaknya pak Was."

Alana mencondongkan wajah, menaruh telapak tangannya disamping bibir. Ava sontak mendekat, membiarkan Alana berbisik disamping telinganya. "Gue dengar-dengar, pak Was punya anak yang lagi kuliah di Amerika. Dan sekarang tahun kelulusannya, bisa jadi dia yang bakal ganti posisi CEO." Alana menjauhkan wajah dan kembali melanjutkan makan.

Ava mengerutkan dahi. "Itu cuma desas-desus kan? Belum tentu benar."

Alana menarik napas. "Terserah lo mau percaya atau enggak. Kadang-kadang, desas-desus lebih terpercaya dibanding pendapat diri sendiri."

Ava mengerucutkan bibir.

Mereka kembali melanjutkan makan dengan tenang.

"Aw!" Ava menatap Alana dengan kerutan dahinya. "Kenapa lo nendang kaki gue?"

Alana melototkan mata, menatap ke arah belakang tubuh Ava dengan pelototan yang semakin tajam.

Ava sontak menoleh kebelakang, menatap sosok Azkar yang duduk sendirian disana. Ia kembali menghadap depan, menatap Alana. "Kenapa sama Azkar?"

Alana berdecak. "Dia lagi menghindar dari lo,"

"Kenapa? Gue ada salah apa?"

"Lo, sih!" Alana kembali menendang kaki Ava yang dibawah meja membuat Ava mengaduh. "Jelas-jelas Azkar udah tunangan, kenapa lo masih muji dia?"

"Loh, kenapa?" Ava meletakkan sendoknya. "Gue cuma muji, gue ngomong fakta kok. Gue gak niat muji Azkar buat dia jadi jauhin gue,"

"Lo nggak tau kalau selama ini Azkar suka sama lo?" tanya Alana dengan tatapan mata tak percaya. "Gila sih, gue ngelakuin kesalahan apa sampai temenan sama lo."

Ava mematung. "Azkar suka gue? Gue???"

Alana menganggukkan kepala.

"AZKAR SUKA GUE?!" Ava menggebrak meja.

Alana melotot kaget.

Sedangkan Azkar yang mendengar itu, terbatuk, tersedak nasi yang ada di dalam mulutnya.

***

"Azkar, ayo kita ngomong."

Azkar bangkit dari duduknya. "Kenapa Va?" tanya nya berusaha santai. "Tunggu, gue beresin meja gue dulu."

Ava hanya mengangguk dan menunggu Azkar membereskan perlatannya dan mematikan komputer. Sekarang memang sudah jadwal karyawan untuk pulang.

Ava dan Azkar kini berjalan bersama menuju lift.

"Kenapa Va?" tanya Azkar saat di dalam lift, hanya ada mereka berdua disana.

Ava mengerjap polos, mendongak, menatap Azkar dengan gugup. "Alana bilang, lo suka ... sama gue?"

"Iya, udah dari lama."

"Ha?" Ava membalas tatapan Azkar. "Beneran? Sama gue? Lo nggak lagi sakit, kan?"

Azkar tertawa. "Gue berharapnya juga gitu. Tapi nggak mungkin, kan, gue sakitnya sampai tiga tahun?"

Ava semakin terbelalak. Ia melepas kaca mata bulatnya dan mengusap mata, lalu kembali mengenakan kaca mata bulatnya. "Tiga tahun?" suara Ava hampir tidak terdengar.

Azkar mengangguk mantap. "Gue juga kerja di perusahaan karena pengin dekat-dekat lo terus Va."

Ava tiba-tiba menangis. Ia merasa sedih atas pengakuan perasaan Azkar yang tiba-tiba.

Azkar panik saat melihat Ava yang menangis, apalagi pintu lift sudah terbuka dan mereka sampai di lobi perusahaan.

"Va? Lo kenapa? Va, jangan nangis. Va?"

Orang-orang diluar lift sudah menunggu Ava dan Azkar untuk keluar.

"Va, keluar dulu yuk."

Ava menurut dan mengikuti langkah Azkar keluar lift.

"Va? Kenapa?" tanya Azkar lembut, mereka berada di tepi lobi.

Ava menyeka air matanya. "Gue jahat sama lo, kasian Azkar harus sakit selama tiga tahun karena suka ke gue. Maaf, maafim gue .... "

Tanpa sadar Azkar tersenyum dan menepuk-nepuk puncak kepala Ava. "Nggak papa kok, lagian udah berlalu. Gue juga udah suka sama cewek lain yang sekarang jadi tunangan gue. Lo nggak perlu merasa bersalah, gue yang terlalu pengecut karena milih buat mendam perasaan gue ke lo."

Ava menangis hingga tersedu-sedu. Membuat orang-orang yang berlalu lalang di lobi menoleh penasaran kepada gadis itu. "Maafin Ava ya, pasti sakit banget buat Azkar karena mendam perasaan itu. Tolong maafin Ava."

Azkar menyeka pelupuk matanya yang berair. "Hm, emang sakit." sahutnya pelan dan tidak di dengar oleh Ava.

Ava mendongak, menatap Azkar yang lebih tinggi darinya dengan mata sembabnya. "Sekarang udah ada perempuan lain yang lebih baik buat Azkar. Bahagia terus ya, Ava selalu dukung Azkar."

Azkar mengangguk dan merangkul Ava, mengajaknya untuk pulang bersama. "Gue bahagia kalau lo bahagia, Ava."

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (1)
goodnovel comment avatar
Yanti D
make sure u have dialogtag
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • BOSSY   17. Perasaan Han kepada Ava

    "Ava ....?"Ava mengerjap polos saat mendengar suara yang terdengar familiar itu, ia menatap sosok lelaki jangkung yang berada di dalam pintu lift terbuka."Pak Han?""Kamu ijin pulang?" Han mendekat ke arah Ava. "Kenapa?""Eung .... " Ava menatap Azkar yang juga sedang menatapnya bingung. "Saya lagi tidak enak badan, Pak." sahut Ava canggung.Han mendengus. "Ayo saya antar pulang," ia meraih pergelangan tangan Ava.Ava menahan tubuhnya agar tidak tertarik oleh Han, sedangkan Azkar hanya memperhatikan itu tanpa tahu apa yang sedang terjadi. Ia tidak tahu sejak kapan Ava dekat dengan Han, bahkan Han sudah ingin mengantarkan Ava pulang. Sebagai sahabat Ava selama bertahun-tahun, Azkar merasa selama ini tidak tahu apa pun tentang Ava.

  • BOSSY   16. Akibat pencitraan Deon

    Ava tidak mengamati sekitarnya, ia sibuk menangis dan menelungkup 'kan wajah di atas meja kerjanya. BRAK! "Astagfirullah!" kaget Ava saat mendengar suara meja yang digebrak, suara itu berasal dari meja kerjanya. Ava memperbaiki letak kaca mata bulatnya, ia secara perlahan mengangkat wajah dan menatap kaget lelaki tampan di hadapannya. "Tu-tuan Deon .... ?" Deon memutar bola mata, ia berdecak dan menaruh sebuah bingkisan di hadapan Ava. "Ini barang milik anda, Ava." Ava menyeka pelupuk matanya. "Ma-maksud Tuan Deon?" Ava merasa aneh karena Deon tiba-tiba menggunakan bahasa formal kepadanya. "Sa-saya---" "Jangan banyak bicara Ava, terima saja." Deon menegakkan tubuh dan melotokan matanya pada Ava yang langsung menjauh takut. Ava menerima bingkisan itu dengan ragu dan meraihnya dari atas meja. "Terima kasih, Pak." A

  • BOSSY   15. Gagal interview

    "Kenapa Pak?" Han menaruh mangkuk di tangannya ke atas karpet, ia menatap lekat Ava. "Apa dengan menjadikanmu kekasih saya, kamu akan menjadi hak milik saya?" "Uhuk, uhuk!" Ava langsung minum dan menaruh mangkuk mie nya di atas karpet. "Pak Han demam ya?" tanya Ava panik setelah ia selesai minum. Han mengerjap polos, ia menyentuh keningnya sendiri dengan punggung tangan. "Tidak, suhu badan saya normal." jawab Han setelah mengecek suhu tubuhnya. "Kenapa kamu kaget?" "Ya saya kaget lah Pak," jawab Ava dan menggaruk kepalanya. "Masa Pak Han mau jadi pacar saya," "Saya mau, kenapa tidak?" "Sa-saya kan jelek," Ava tiba-tiba teringat sebutan yang sering dilontarkan Deon kepadanya. "Pak Han pasti malu kalau jadi pacar saya,"

  • BOSSY   14. Balas dendam

    Han berdiri di hadapan sosok gadis yang menangis di bawah derasnya guyuran hujan. Han tidak tahu apa yang terjadi pada gadis itu, namun hatinya berdenyut sakit saat melihat sosok yang dicintainya ternyata adalah gadis yang rapuh. Ava menyeka bulir air hangat yang membasahi pipinya, ia menggigit bibir bawahnya, menahan diri agar tidak kembali terisak. Ia mencoba untuk berdiri dengan tubuh yang oleng, sedangkan Han masih terpaku menatapnya dalam diam. Ava berhasil berdiri di hadapan Han, ia tersenyum paksa. "Hai Pak, ini saya Ava." Ava tersenyum manis dengan keadaannya yang tampak kacau. Pertahanan Han langsung pecah, ia melempar asal payung di genggamannya yang kini terlempar jauh di trotoar jalan. Han memeluk tubuh Ava yang rapuh, mendekapnya hangat di saat Ava merasa kedinginan. Han menyembunyikan kepal

  • BOSSY   13. Luka dan Hujan

    Ava berjalan pelan mengikuti langkah kaki Deon yang membawanya menuju lantai bawah Mal. Perkataan Deon beberapa menit yang lalu masih terus terngiang memenuhi isi kepala Ava sekarang.Dada Ava terasa sesak, semua perlakuan Deon mulai berputar bagai kaset rusak di kepalanya. Membuat Ava ingin berteriak, memaki dan mengumpat kepada Deon. Tetapi yang Ava lakukan hanyalah diam, menerima semua perlakuan Deon yang menyakitinya."Woy!"Ava terperanjat. "I-iya Tuan?" sahut Ava ketika sudah sadar dari keterkejutannya.Deon berdecak. "Mau makan nggak?""Ti-tidak Tuan.""Gue nggak lagi nawarin!""Ma-mau Tuan,""Makan di mana?""Terserah Tuan saja.""Gue nggak lagi nanya!"Ava langsung mengatupkan bibirnya rapat-rapat."Kenapa diam?!" bentak Deon emosi. "Lo pintar banget mancing emosi gue

  • BOSSY   12. Pulang bersama Deon

    "Lo pulang bareng siapa, Va?""Naik bus Kar, kenapa?"Azkar berjalan mendekat ke arah Ava. "Mau pulang bareng gue?""Ah ... Kayaknya lain kali deh," tolak Ava halus karena merasa tidak enak hati. "Lo bentar lagi udah mau nikah, orang-orang bisa berpikiran buruk tentang lo."Azkar dan Ava berjalan bersama keluar dari kantor. "Hm, lo benar juga." sahut Azkar dan masuk ke dalam lift yang disusul oleh Ava. "Alana mana?" tanya Azkar saat mereka berdua sudah masuk ke dalam lift."Udah pulang duluan, ada urusan mendesak katanya.""Alana kok nggak pernah nebengin lo ya? Padahal jalan rumah kalian searah, Alana juga bawa motor."Ava menengadah, menatap Azkar yang lebih tinggi darinya. "Mungkin ada alasan lain, Kar." jawab Ava s

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status