Share

5. Benci atau Cinta?

"Karena seringnya bersama,

Tanpa sadar sebuah rasa akan muncul tanpa diminta."

-BREATHLESS-

****

Enam tahun yang lalu..

-Moonlight International High School-

"Eh, Wa, dapet punishment apa lo dari Miss Janette? Apa kata gue juga, njir. Jangan ngerokok di toilet sekolah. Udah gak aman, cari lapak lain napa." 

Dewa menjawab dengan enteng sembari mengangkat bahu lalu merangkulkan satu lengan di bahu Diaz yang duduk disebelahnya, "cuman skors satu minggu doang.."

"..Sama SP 1," lanjutnya.

"Enteng banget lo ngomong. Wa," cibir Chen padanya. 

"Mau D.O juga gue gak peduli, masih banyak sekolah yang mau nampung siswa berduit." Dewa berkata dengan seringai tipis di wajahnya. 

Sementara Diaz hanya memutar bola matanya, Chen menimpali dengan sengit, "nih, nih. Gini nih kalo lahir otaknya ketinggalan di rahim!" Seru Chen sembari menunjuk ke arah Dewa. 

Tentu saja, mendengarnya Dewa langsung menghadiahi Chen dengan satu tempeleng mesra. 

"Bangke! Mulut lo tuh perlu di ruqyahin. Lagian—"

Sementara teman-temannya begitu khusyuk dengan adu bacot mereka, Aksa masih saja tertunduk pada ipod di genggamannya dengan handsfree yang setia menempel pada telinga. 

Tak terlalu memperhatikan obrolan-obrolan yang tidaklah berfaedah untuknya. 

"Kakak, ish! Kakak tuh, ya, Grandpa kan udah kasih ultimatum, jangan buat masalah terus. Gak capek apa di drop out mulu." 

Mendengar ocehan tiba-tiba dengan suara melengking nan imut itu, Aksa refleks mendongak. 

Sebelah alisnya terangkat, mendapati seorang gadis dengan seragam SMP Moonlight International High School nampak tengah memukuli gemas lengan Dewa. 

Di Moonlight sekolah menengah, SMP dengan SMA berada di satu lingkungan. 

Sejak kapan bocah kecil itu datang?

Ah, ya. Gadis kecil ini adalah adik kecil kesayangan seorang Xadewa Arsenio. 

Yang tak pernah bosan Dewa ceritakan di setiap kumpulan mereka. 

Perhatian Aksa kini terpusat pada gadis itu.

Lelaki itu menggeleng pelan. Ia tidak habis pikir, pentolan sekolah, ketua geng motor, berandalan elit yang tak kenal ampun, teman yang ia kenal sejak bangku sekolah dasar ini begitu tunduk pada sang adik. 

Dewa begitu menyayangi adiknya. 

Sibuk dengan pikirannya sendiri, tanpa sadar Aksa terus memerhatikan interaksi mereka. 

Lalu.. 

Aksa melihat senyum itu.

Senyum dari seorang gadis yang kini mulai beranjak remaja. 

Lelaki itu seakan baru tersadar, sejak kapan bocah kecil yang dahulu selalu menangis di pelukan kakaknya itu tumbuh menjadi seorang gadis cantik? 

Saat ini Aksa, Dewa, Chen, dan Diaz, menginjak kelas satu sekolah menengah atas, sementara bocah kecil ini baru menginjak bangku kelas dua SMP. 

Apakah karena Aksa terlalu hanyut menutup diri dari dunia hingga ia tak sadar terhadap segala perubahan pada orang di sekitarnya?

Lalu senyum itu..

Entah kenapa, Aksa menyukainya. 

Dan tanpa sadar senyum itu menular pada manusia dengan kadar keacuhan mendekati over limit itu. 

"Cess! Ayok, udah mau bel." 

Panggilan dari seorang bocah laki-laki di ujung koridor menarik Aksa dari lamunan. 

"Kakak, awas ya! Jangan bikin masalah lagi, aku gak mau beda sekolah lagi sama kakak," ucap gadis itu sembari berkacak pinggang, dengan satu jari telunjuk menunjuk tepat di hidung Dewa. 

Aksa menahan senyumnya, ingin sekali ia tertawa melihat bagaimana seorang Xadewa Arsenio yang begitu sangar dan ditakuti banyak orang tidak berkutik sama sekali dihadapan adik kesayangannya. 

Bahkan tawa Aksa semakin naik ke permukaan saat gadis itu melotot sebal karena Dewa hanya memutar malas bola matanya sebagai balasan.

Berani sekali memang.

Kemudian gadis itu berlalu dengan langkah kaki yang dihentakkan, tangan menyilang di dada, dan mulut yang mencebik. 

Aksa sudah mengenal gadis itu sejak pertama ia mengenal Dewa. Bahkan sejak gigi ompong masih menjadi pemanis gadis kecil yang selalu Dewa prioritaskan di atas segalanya.

Bukan sekali Aksa melihat sikap kekanakan itu. 

Namun, entah sejak kapan, kini malah terlihat begitu menggemaskan di matanya. 

Ingin sekali ia mencium bibir manyun yang sialnya membuat seorang Aksa Mahatma merasa gemas sendiri jadinya.

Hah, memang.. 

Karena seringnya bersama, tanpa sadar sebuah rasa akan muncul tanpa diminta.

..

.

****

Lagi, Andre meneguk kasar minuman soda kaleng di genggamannya. 

Matanya masih tak lepas memerhatikan pasangan yang hanya terhalang satu meja dari tempatnya merada. 

Kantin itu begitu luas, namun mengapa mereka memilih meja yang begitu dekat dengannya. 

Apakah lelaki sialan itu sengaja ingin mengomporinya? 

Lagi-lagi Andre meneguk kasar menuman kaleng itu karena tenggorokannya mendadak kering melihat kebersamaan mereka. 

Kenapa ia merasa kesal sekali sekarang? 

Apakah karena ketidaksukaannya pada seorang Aksa mahatma? 

Atau..

Apakah karena ia tidak suka senyum manis itu bukan tertuju padanya? 

Tidak, tidak. Bukankah yang Andre rasakan tidak lebih dari sekedar penasaran? 

Lalu, kenapa rasanya sangat memuakkan melihat kebersamaan mereka saat ini?

Ah, sial! Memikirkannya Andre merasa pusing sendiri. 

Masa iya, seorang fuck boy macam dirinya jatuh cinta pada kekasih orang lain. Terlebih, kekasih dari musuhnya sendiri? 

Ini terlalu tidak masuk akal. 

Pesona macam apa yang dimiliki gadis itu hingga mampu menumbuhkan rasa cemburu pada diri seorang Andreas Theodore Bagaskara?

Hawa di kantin terasa semakin beruap panas saja ketika Andre lagi-lagi memerhatikan interaksi mereka. 

Kini, yang manik hazel itu tangkap, Aksa yang mengenakan topi hitam serta kaos putih itu nampak menoleh sejenak di sela-sela makannya saat Cessa membisikkan sesuatu sembari bergelayut manja di lengan lelaki itu.

"Enggak, bee. Kamu apaan sih, mana ada aku main-main selama kamu di UK."

Samar-samar, kalimat itulah yang tertangkap oleh indera pendengarannya.

Mendengarnya membuat mata Andre terasa ingin keluar dari tempatnya.

Lalu, ia melihat lagi tawa yang— entah sejak kapan Andre sukai itu mengudara, entah apa saja yang mereka bicarakan.

Gadis itu kini terlihat seakan tersipu, kemudian menenggelamkan wajah di lengan Aksa dengan satu tangan menutupi sebagian wajahnya.

Andre mendesis. Melihatnya, membuat lelaki itu semakin gerah saja. 

Yang semakin membuat kepala Andre beruap panas, ketika Aksa mencium mesra kening Cessa yang sedang mengalungkan kedua tangan di lengannya.

Sial, sial, sial!

'Huh. Harus, ya, mesra-mesraan di tempat umum?'

Andre menggerutu dalam hatinya, seperti tidak punya tempat lain untuk bermesraan saja.

Dengan kasar Andre meraih kunci wrangler jeep miliknya.

"Oy! Mau kemana lo?" Tanya David saat Andre mulai beranjak.

"Cari udara seger. Di sini panas, lama-lama bisa meledak gue yang ada," jawab Andre sekenanya, kemudian berlalu.

Sejenak, lelaki itu menghentikkan langkah saat dari kejauhan netranya menangkap posisi mobilnya yang berada di satu barisan yang sama dengan mobil milik Aksa, meski tidak bersebelahan.

Mereka menggunakan mobil dengan jenis yang sama, namun dengan tipe yang berbeda.

Jika Aksa yang memang sudah sejak lama, dan terlebih dahulu memakai wrangler jeep rubicon berwarna metalik dua baris atau empat kursi.

Maka, wrangler jeep milik Andre hanya berbeda tipe saja, dengan desain mobil yang lebih minimalis.

Andre mulai tenggelam dengan pikirannya sendiri. Entah sejak kapan, ia mulai bersaing dengan lelaki sialan itu. 

Lebih tepatnya, Andre yang selalu merasa tersaingi. 

Andreas Theodore Bagaskara, nama yang selalu dibicarakan temannya sejak ia duduk di bangku menengah pertama. 

Andre yang selalu menjadi pusat perhatian dan tak tertandingi, pelan-pelan merasa sinarnya mulai meredup saat ia menginjak dunia kampus dan muncul seorang pesaing dengan pesona yang tak kalah darinya. 

Aksa yang memiliki pesona tersendiri dengan sikap acuh tak acuhnya, membuat Andre mulai menganggapnya sebagai rival. 

Hingga perlahan Andre selalu menjadi bayang-bayang di dalam setiap hal yang Aksa miliki, atau Aksa lakukan.

Lalu, gadis itu.. 

Tanpa sadar segaris seringai tipis terbit dari wajah kental khas eropa itu. 

Ia pun bergumam dengan pikiran yang berkelana pada sosok gadis cantik yang sudah menarik perhatiaannya dari awal perjumpaan mereka.

..

.

"Aksa mahatma, kita bakalan bersaing dalam urusan percintaan juga. Karena, kayaknya gue suka beneran sama cewek lo."

-TBC-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status