MasukMayang terdiam sejenak, berusaha mencerna kata-kata Gilang terlebih dulu sebelum menjawabnya. Jujur saja, keberadaan Gilang sudah menjadi kekuatan baru baginya. Tanpa kehadiran pemuda itu mungkin saat ini ia masih terlena pasrah dengan pernikahannya yang terombang-ambing seperti perahu di tengah badai."Bohong kalau aku bilang, kamu nggak ikut andil dalam keputusan aku, Lang. Tetapi, bercerai dengan Cipto bukan semata-mata agar aku bisa bebas bercinta dengan kamu," tutur Mayang sembari mengusap dahinya yang mulai nyut nyutan. "Kata kamu, aku harus tegas untuk kebahagiaan aku sendiri, kan? Karena itulah, aku putuskan untuk bercerai dengan Cipto."Gilang mengelus pipi Mayang pelan. Berat sekali! Yang dirasakan Mayang pasti berat!Namun, meskipun alasan yang sekuat itu, predikat janda jauh lebih mengerikan ketimbang duda. Fakta yang ada di masyarakat kita, jika ada seorang wanita yang menjadi janda, pasti mendapat cap buruk. Wanita bermasalah, tidak becus mengurus keluarga, emosional, se
"Sopan sedikit sama suami kamu, Mayang!" Nada suara Cipto tak kalah tinggi."Amit-amit! Ngaca dulu kamu kalau mau nyuruh saya sopan. Oh, apa di rumah ibu kamu nggak ada kaca, ya? Mau saya kirimin pake kargo?" sindir Mayang."Sialan kamu, Mayang! Sejak kapan kamu belajar melawan suami? Ingat ya, Mayang! Seorang istri itu letaknya di bawah kaki suami! Menunduk, menurut, patuh sama suami!" sentak Cipto, tak suka dengan perubahan nada bicara Mayang yang drastis."Saya berubah karena sudah capek! Capek ... lelah ... dengan semua drama yang kamu dan ibu kamu susun untuk menyakiti saya. Seenaknya saja ibu kamu ngatain saya mandul. Saya udah pernah hamil... bahkan berkali-kali. Itu artinya saya nggak mandul!" tegas Mayang.Cipto berdecak. "Minggu depan kamu udah jadi wanita mandul sesungguhnya, Mayang! Kamu cukup berterimakasih saja sama aku, karena aku belum bilang apa-apa tentang operasi kamu sama ibu. Kalau ibu tahu, sudah pasti ibu akan menyuruh aku untuk menceraikan kamu," ucap Cipto, se
Mereka berciuman, tangan Mayang menekan dada Gilang dengan pinggul yang terus bergerak maju mundur. Dada Gilang sangat bidang, berotot dengan sempurna sesuai usianya, berbulu tipis dan menggairahkan. Perutnya rata dan kencang. Rambut pemuda itu juga tak kalah wangi dengan rambutnya. Membuktikan bahwa pemuda itu tidak sembarangan merawat tubuhnya. Terlepas dari pekerjaan sampingannya itu.Gilang menaikkan setengah tubuhnya, tidak tahan untuk membenamkan kepalanya di antara dada Mayang dan mengerangkan nama wanita itu. Mayang membelainya sampai Gilang tak tahan lagi, dia ingin Gilang merasakan buncahan kenikmatan yang telah dia rasakan berulang kali.Mereka bersatu dalam gerakan cepat yang dipimpin langsung oleh pihak wanita. Dalam posisi setengah duduk, Gilang mendekap erat-erat tubuh Mayang, tidak bergerak dan hanya menikmati kenikmatan dari gerakan pinggul Mayang. Lalu perlahan dia menjilati pucuk dada Mayang. Mengigitnya hingga wanita itu menjerit."Fuck me, Mam!!" erang Gilang yang
Debaran jantung mereka berpacu bagai hentakan musik yang asyik dinikmati bersama secangkir kopi. Mengalun, mengayun dan menerobos dengan lincah. Ciuman panas bagai bara yang membakar, meletupkan gairah yang tak pernah padam meski pernah coba diredam."Aku sungguh sangat bermimpi, untuk mendampingi hatimu ... sangat besar harapanku tuk hidup berdua denganmu. Tuhan ... jadikanlah dia jodohku ..."Lantunan sepenggal lirik lagu dari Astrid itu menjerit di hati kedua insan yang tengah berpeluh nafsu di atas ranjang bermotif bunga.Meski Gilang berucap siap menjadi perebut istri orang, tetapi dia sungguh tidak mau menambah masalah dalam hidup Mayang.Dia juga harus bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Harus berusaha keluar dari lingkaran setan White House, meski tidak bisa semudah itu. Ia terikat kontrak. Dan seorang wanita yang telah memberikan segalanya kepada dirinya, pasti tak akan mudah melepaskan begitu saja.Ah, sudahlah! Nikmati saja dulu, bukan begitu?Gilang memilin helai-helai
Sambil merangkul Mayang, Gilang bangkit dan membawa Mayang untuk berdiri. Tanpa melepaskan ciuman, mereka saling mendekap dan membawanya ke ruang paling pribadi di rumah itu. Tubuh mereka bergesekan dan mengerang penuh gairah.Gairah dari sesuatu yang salah tapi mampu memacu adrenalin untuk terus beradu desahan. Dengan ahli Gilang melucuti pakaian Mayang, menghempaskannya ke lantai. Mayang membusungkan dadanya, menantang bibir Gilang untuk memainkan dadanya.Gilang menundukkan kepalanya menciumi dada Mayang. Tangannya meremas dada Mayang dengan posesif seolah hanya dirinya yang berhak memanjakan wanita itu. Membelainya, meremasnya hingga Mayang kehilangan kendali atas dirinya."Sentuhan tangan kamu ... aku suka ... aku suka yang udah berpengalaman ..." bisik Mayang.Gilang terus menyapukan ciuman di kulit Mayang. Hawa panas menjalar di dada wanita itu, turun ke perut, lalu ke pangkal pahanya."Buka baju kamu, Lang ..." pinta Mayang. "Ajarkan aku semua yang pernah dilakukan tante-tante
"Sh*t! Kamu dengar dari mana? Itu sama sekali nggak bener, Mayang! Nggak bener!""Sabrina yang bilang sendiri sama aku. Malah dia hampir ngasih lihat video mesum kalian.""Apa? Pliiss, kamu nggak boleh terpengaruh sama dia, Mayang. Dia itu cuma cewek halu yang terobsesi sama aku. Dia nggak beres, dia menjebak aku!""Ngejebak gimana?" tanya Mayang semakin penasaran."Ya, ngejebak! Sekarang aku udah inget urutan kejadian waktu ke rumah Sabrina. Waktu itu aku datang ke sana buat benerin laptopnya yang bermasalah. Terus, entah apa yang dia masukin ke minuman, abis aku minum kepala aku pusing terus ngantuk banget. Samar-samar aku masih sempet ngerasa ada orang yang naik ke badan aku dan gesek-gesekin itu aku. Tapi ... aku nggak bisa ngelawan.""Terus? Itu kamu tetap bisa bangun?" tanya Mayang, mengernyit ngeri."Ya, asal ada rangsangan mungkin bisa-bisa aja. Kan kalau lagi tidur saja dia bisa bangun sendiri, mimpi basah. Makanya aku jarang banget tidur pakai celana dalam," ucap Gilang juju







