Beranda / Romansa / BUKAN MEMPELAI IMPIAN / Bab 113. Cemburu yang tersimpan

Share

Bab 113. Cemburu yang tersimpan

Penulis: HaniHadi_LTF
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-11 20:18:20

" Nabil?" alis Keya mengerut, napasnya tercekat sesaat. Dia sesekali menatap ke kerumunan ibu-ibu yang masih ribet dengan anaknya, hendak pulang.

Nabil berdiri di tepi gerbang bambu. Celana jeans dan kaos hitam kasualnya rapi. Wajahnya teduh, tapi mata menyimpan sesuatu.

"Maaf, Ke. Aku harus ke sini. aku pikir kamu masih lama di sini, jadi aku kemari." Seolah Nabil tahu apa yang dipikirkan Keya dengan dia mendatanginya, Nabil sampai mengatakan itu.

"Memangnya ada apa? Sheryn kenapa?" Keya panik, setengah melangkah mendekat.

"Sheryn baik. Dia main boneka di rumah. Tapi... ini,.. ada sesuatu." Nabil menatap Keya sebentar.

"Apa? Cepetan bilang, ada apa? apa ada yang gawat?" Kadang Keya mengkhawatirkan Bu Maryam melihat kondisi ibu Liam itu. Dia jarang tak melihat HP khawatir Bu Yana yang menemani mengabari sesuatu.

"Apa Ibu kenapa-napa?"

"Ibu?"

"E, maksudku,...Bu Maryam."

Nabil tercekat. "Kayaknya nggak apa-apa beliau. Kalau ada apa-apa, Aba pasti tahu."

"Lalu?"

"Tadi pagi waktu kamu bu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 114. Suara

    "Assalamualaikum..."Suara Keya lirih saat membuka pagar rumah. Langkahnya gontai. Sheryn terlelap dalam pelukannya, napas kecilnya naik-turun, hangat di leher Keya.Pintu terbuka sebelum ia mengetuk."Eh, Keya? Udah pulang?" tanya Bu Yana kaget, buru-buru membuka pintu lebih lebar. "Kok Shheryn tdur kamu ajak pulang? Kan di sini ada aku yang temani Bu Maryam, jadi kamu seharusnya tunggu aja di sana sampai Sheryn bangun."Keya hanya menatap wanita setengah baya itu. Matanya masih buram, dada sesak. Sepanjang jalan, kata-kata Nabil menggema, seperti silet tumpul menggores pelan-pelan. Lambat, tapi menyakitkan."Aku nggak mungkin nyuruh kamu tunggu aku..."Tangannya mengepal. Langkahnya menapak pelan ke dalam, meletakkan Sheryn perlahan ke kasur di kamar yang dia tempati."Kamu ada apa, Key?" selidik Bu Yana menatap Keya aneh. "Tadi ibu sampai kaget, kok anak tidur nggak kamu nungguin bangun, ternayta kamu kelihatan sumpek ya di sana? Apa itu karena Nabil? Kamu ketemu dia?"Keya menarik

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 114. Lupakan

    "Assalamualaikum!"Suara Keya menggema dari depan teras, bersamaan dengan ketukan lembut di daun pintu. Tawa kecil menyambutnya lebih dulu."Buuu...!" seru Sheryn dari ruang tengah. Ia berlari lalu jatuh, lalu berdiri dan lari lagi dengan langkah goyah, lalu berhenti tepat di hadapan Keya."Kamu sudah jalan, Nak? " tanya Keya kaget, lalu mengangkat anak yang nyengir tersenyum sambil menampakkan giginya itu tinggi-tinggi."Tadi sudah makin lancar jalan, " sahut Bu Aisyah dari dapur setelah menjawab salam. "Tapi ya gitu, disuruh jalan pelan nggak mau, maunya lari, jatuh, lari jatuh." Bu Aisyah terkikik.Bu Aisyah muncul dari dapur, sambil mengelap tangan dengan kain. "Nak, ponselmu jatuh pagi tadi. Sheryn yang ambil dari meja pas kamu ketinggalan. Kayaknya rusak jadi dibawa Nabil ke tukang servis.""Iya, tadi Nabil sudah bilang, Mi.""Di mana Nabil bilang?""Dia mampir ke tempat Keya ngajar.""Dia ke sana menemui kamu?"Keya meangangguk, namun bu Aisyah menatapnya khawatir."Dhuk, bag

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 113. Cemburu yang tersimpan

    " Nabil?" alis Keya mengerut, napasnya tercekat sesaat. Dia sesekali menatap ke kerumunan ibu-ibu yang masih ribet dengan anaknya, hendak pulang.Nabil berdiri di tepi gerbang bambu. Celana jeans dan kaos hitam kasualnya rapi. Wajahnya teduh, tapi mata menyimpan sesuatu."Maaf, Ke. Aku harus ke sini. aku pikir kamu masih lama di sini, jadi aku kemari." Seolah Nabil tahu apa yang dipikirkan Keya dengan dia mendatanginya, Nabil sampai mengatakan itu."Memangnya ada apa? Sheryn kenapa?" Keya panik, setengah melangkah mendekat."Sheryn baik. Dia main boneka di rumah. Tapi... ini,.. ada sesuatu." Nabil menatap Keya sebentar."Apa? Cepetan bilang, ada apa? apa ada yang gawat?" Kadang Keya mengkhawatirkan Bu Maryam melihat kondisi ibu Liam itu. Dia jarang tak melihat HP khawatir Bu Yana yang menemani mengabari sesuatu."Apa Ibu kenapa-napa?""Ibu?""E, maksudku,...Bu Maryam."Nabil tercekat. "Kayaknya nggak apa-apa beliau. Kalau ada apa-apa, Aba pasti tahu.""Lalu?""Tadi pagi waktu kamu bu

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 112. Jaga dia!

    Kabut turun lebih tebal dari biasanya saat rombongan sampai di Batu, Malang. Tamasya dua hari satu malam untuk para guru dan siswa SMA pesantren itu membawa serta tawa dan hiruk-pikuk sejak turun dari bus. Dua vila yang berdampingan di kaki bukit Panderman sudah siap menampung mereka. Vila Blok 1 untuk guru dan siswa laki-laki, dan Blok 2 untuk staf perempuandan myridnya. Halaman luas di antara keduanya menjadi tempat berkumpul, lengkap dengan ayunan kayu dan api unggun kecil yang akan dinyalakan malam nanti.Liam turun lebih dulu, disambut udara dingin yang menyergap tulang. Jaket tebalnya tak banyak membantu. Ia merapatkan resleting lalu menoleh ke belakang, menunggu Dania. Wanita itu turun terakhir, menyapukan senyum ke beberapa guru perempuan yang lain, lalu menyusul suaminya dengan langkah cepat."Mas, dingin banget ya. Untung aku bawa syal," ucapnya sambil melingkarkan kain merah marun itu ke leher Liam. Di pikiran Dania, dia merasa akan melewati sesuatu yang spesial di sini.Li

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 111. Bingung

    "Ibu Keya, ini daun kelor ya?" suara mungil Milah memecah pagi, membuat Keya terkesiap kecil. Tangan Milah yang mungil mengangkat ranting kelor, daunnya bergetar halus tertiup angin.Keya tersenyum, mengusap dagu Milah. "Iya, Sayang. Ini namanya daun kelor. Bisa untuk sayur, bisa juga untuk obat. Banyak vitaminnya."Anak-anak PAUD sudah duduk melingkar di atas tikar pandan besar, diteduhi pohon flamboyan yang sedang mabuk bunga merah. Sepoi-sepoi membuat ranting bergemerisik seperti bisikan rahasia. Masing-masing murid memegang tanaman yang mereka bawa dari rumah—ada pot plastik mungil, bahkan ada yang hanya berisi segenggam rumput."Ibuku nanam bunga mawar! Wanginya kayak minyak rambut Ayah," seru Lintang sambil mengangkat pot kecilnya, disambut gelak tawa teman-teman."Aku bawa pohon cabe!" Rafi, si bocah paling cerewet, mengibaskan cabai hijau seperti pedang mainan."Aku nggak bawa apa-apa, Bu... tapi aku suka rumput!" Kata-kata Seno membuat seisi lingkaran tergelak. Ia meraup sege

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 110. Panggilan

    "Ya… ya…"Suara mungil itu menggema lagi. Pelan, seperti lirih angin yang menyelinap lewat celah jendela. Nabil berdiri mematung. Matanya tak bisa lepas dari Sheryn yang berada dalam pelukan Keya. Gadis kecil itu tertawa riang sambil mengulurkan kedua tangannya."Ya,..ya,.." panggilnya lagi.Keya masih membeku. Dipikirnya itu hanyalah ulah anaknya semata. Namun saat menatap pria yang amat dia rindukan di hadapannya, senyum di wajahnya tak seutuh biasanya. Ia berusaha tenang, tapi matanya tak bisa berbohong—ada gelombang besar yang ditahannya di sana. Satu sisi ingin melangkah, merengkuh Nabil seperti dulu yang sering dia lakukan jika Nabil membaca buku di taman sekolah dan dia mengagetkannya dengan memeluknya dari belakang. Namun satu sisi lain, langkah itu tak boleh ia ambil. Dia sadar, dia kini adalah istri seorang Liam Lazuardi yang dihormati di desa itu. Terlebih dengan posisinya juga yang seorang guru TK, guru yang juga telah berhasil merebut simpati warga, hinggah kejadian yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status