Share

Bab 3

Author: Author92
last update Last Updated: 2025-09-08 11:00:37

"Kamu lihat si Angga dek, apa yang gak dia punya? Motor dia punya, HP mahal dia juga punya, sama banyak hal lain lagi, semua mama yang belikan. Coba kamu liat mas, semua yang mas mau harus mas dapatkan dengan cara bekerja sendiri," jelas mas Haris dengan raut wajah sedihnya.

Sebagai istrinya tentu aku begitu memahami perasaan mas Haris dan mencoba untuk menyabarkan nya. "Yang sabar mas, InsyaAllah rezeki kita suatu saat nanti akan melimpah jadi mas bisa beli apa aja yang mas mau," balas ku tersenyum.

Mas Haris tersenyum dan mengucapkan terima kasih. "Amin dek, terimakasih kamu udah mau terima mas apa adanya, walau kamu tau mas gak punya apa-apa bahkan penghasilan mas cuma cukup buat makan kita aja."

Aku kemudian mencoba menggoda mas Haris dengan kata-kata manis. "Iya lo mas, gak usah baper gitu ahhh... aku kan cinta kamu apa adanya bahkan makan sepiring berduapun aku mau, Hahaha." Balasku tertawa sengaja agar Mas Haris tidak terus kepikiran tentang perlakuan tidak adil dari ibunya.

Ibu yang seharusnya bisa menjadi sandaran para anak – anaknya justru berlaku tidak adil, dan tebang pilih antara anak yang satu dengan yang lainnya. Menurut cerita dari Mas Haris dan selama aku menjadi istrinya, ibunya memang tidak pernah menunjukkan sikap adil antara Mas Haris dan Angga, serta Nisa. Ibu itu terlalu menyayangi Angga seolah – olah hanya Angga seorang anaknya, sangat berbeda perlakuannya dengan Mas Haris ataupun Nisa, meski Ibu tidak pernah memarahi mereka namun dari segi pemberian saja sudah jelas kelihatan begitu mencolok.

Orang tua Mas Haris bukannya orang tidak mampu, tapi kalau untuk membelikan barang – barang yang di pinta Mas Haris, Ibu selalu mengatakan tidak memiliki uang, dan ada banyak alasan lainnya. Tapi ketika Angga yang berbicara maka secepat kilat Ibu memberinya tanpa harus memikirkan nominal yang di pinta. Bukannya Mas Haris tidak pernah protes, hanya saja ibu selalu mengatakan jika Mas Haris harus lebih mengalah kepada adiknya sebab Mas Haris merupakan anak tertua, apa lagi dulu waktu kecil Angga sering sakit – sakitan.

Mas Haris ikut tertawa kecil dan memuji ku. "Pinter juga dirimu gombalin mas ya dek."

Aku menjawab dengan serius. "Ihh.. ini beneran lo mas, aku cinta padamu kalau gak cinta mana mau aku nikah sama kamu mas. kalau dipikir pikir,kamu bahkan tidak memiliki apa pun"

Mas Haris terus tertawa mendengar ucapanku yang dianggapnya lucu. "Ini efek kebanyakan nonton sinetron Aldebaran jadi pandai menggombal istri mas."

Mengingat kata sinetron aku jadi teringat tentang sinetron kesukaan ku itu. Kemudian aku mengajak mas Haris untuk menonton TV bersama. "Haha iya mas, ini kayaknya sinetronnya sudah mulai deh, ayuk ah nonton dulu kita. takut banget aku ketinggalan momen romantisnya"

Mas Haris mengangguk setuju dan beranjak menuju TV. "Yuk lah, kasian Rania menonton TV sendirian," balas mas Haris.

Aku baru ingat jika sedari tadi aku tidak melihat putri kecilku itu, mungkin dia sudah tertidur didepan TV seperti kebiasaanya jika tidak tidur siang, maka ia akan mudah tertidur saat menonton Televisi.

****

Suara pintu terdengar beberapa kali di ketuk dari luar, tak lama terdengar suara Nisa adiknya Mas Haris. "Assalamualaikum,Mbak Ris, mbak...."

"Walaikumsalam. Iya, tunggu sebentar Nis, mbak lagi pakai baju nih. baru selesai mandi" Teriakku dari dalam kamar yang tidak begitu jauh dari pintu utama. Aku baru saja selesai mandi, itu sebabnya aku tidak langgsung membukakan pintu untuk Nisa.

Akupun gegas memakai pakaian karena baru saja selesai mandi. Kulihat Nisa masih berdiri didepan pintu aku pun segera mengajaknya masuk kedalam. "Masuk dulu Nis, ngapain berdiri didepan pintu saja". Tawarku padanya seraya melebarkan daun pintu.

"Gak ah mbak makasih, Nisa mau cepat nih, buru-buru ada janji sama teman udah ditunggu lagi.” Balasnya yang berulang kali melihat jam dipergelangan tangannya.

“Lah terus kalau buru – buru kamu ngapain kesini dulu to Nis?” gelengku heran karena kelakuan adik bungsu suamiku ini.

“Heheh, Nisa Cuma mau nyampein pesen mama aja kok mbak." Balasnya sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.

Aku mengerutkan alis, berpikir pesan apa yang akan Nisa sampaikan padaku."Emang mama bilang apa Nis?"

"Kata mama, mbak disuruh kerumah buat bantu-bantu mama masak." Nisa menjawab sungkan, terlihat dari bibirnya yang mengulum senyum.

"Masak? untuk apa Nis ?" Tanyaku penasaran, pasalnya kemarin aku baru dari rumah mama mengantar masakan yang ku buat. Namun mama tidak mengatakan apapun padaku.

"Kurang tau mbak, mbak tanya langsung saja ntar sama mama, Nisa mau pergi dulu. teman teman Nisa udah nunggu tu." Nisa menunjuk kearah teman temannya yang sedang menunggu diatas motor.

"Oh iya Nis, kalau begitu bentar lagi mbak datang kesana." Balasku lagi tersenyum kecil.

"Ok lah mbak, Nisa pergi dulu ya, jangan lupa lo datang kerumah." Pamit Nisa seraya melangkahkan kakinya meninggalkan kontrakanku.

"Iya Nis, kamu juga hati hati lo Nis." Seruku mengingatkannya.

"Iya mbak". Balasnya sedikit berteriak.

Seperginya Nisa aku pun bergegas menyelesaikan cucian yang belum kujemur sebelum pergi kerumah ibu mertuaku. Sementara Rania kulihat sedang asyik bermain sepeda bersama teman temannya dihalaman rumah tetangga.

"Assalamualaikum… " aku meberi salam sebelum melangkahkan kaki memasuki rumah ibu mertuaku.

"Waalaikumsalam" jawab suara dari dalam serentak, seperti suara mama dan mbak Lia. Kulihat mbak Lia sudah ada di rumah mama sedang memotong sayur - sayuran.

"Lo, mbak Lia disini juga?" Sapaku sambil tersenyum.

"Iya Ris, mbak juga baru nyampe kok."Balas mbak Lia sembari tangannya sibuk memotong sayuran.

Aku semakin heran berpikir apa akan ada tamu jauh yang akan datang, sampai mama harus menyuruh aku dan Mbak Lia membantunya memasak."Ada acara apa ma, kok tumben masak sebanyak ini, apa ada saudara yang mau dateng?"

"Ini nih, si Angga mau datang bareng sama mertuanya, jadi mama nyiapin ini semua sekalian ngajak makan siang bareng." balas mama, sambil sibuk menggoreng ayam.

Deg!

Ternyata lagi – lagi Angga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Baju Bekas Untuk Anakku   Bab 61

    Kabar perceraian Angga dan Rini sampai ke telinga Salma, Haris, dan Ratih. Mereka merasa prihatin dengan apa yang menimpa Angga. Mereka tahu, Angga pasti sangat terpukul dengan kejadian ini.Dengan bijaksana, Haris tetap menganggap Angga sebagai adiknya. Ia tidak menyalahkan Angga atas semua kesalahan yang telah ia lakukan di masa lalu. Ia justru merasa kasihan kepada Angga yang telah menjadi korban kebohongan dan pengkhianatan."Angga, kembalilah ke rumah," pinta Haris dengan tulus, menggenggam tangan Angga erat. "Kita adalah keluarga. Kita harus saling mendukung dan membantu satu sama lain."Angga terdiam, menatap Haris dengan tatapan penuh keraguan. Ia merasa tidak pantas untuk kembali ke rumah itu. Ia merasa telah melakukan banyak kesalahan dan menyakiti hati banyak orang."Mas tahu, kamu merasa bersalah dan malu," ucap Haris, seolah membaca pikiran Angga. "Tapi, mas mohon, lupakanlah masa lalu. Mari kita mulai hidup baru bersama. Mas ingin keluarga kita tetap rukun dan penuh kasi

  • Baju Bekas Untuk Anakku   Bab 60

    Hari-hari berlalu bagai mimpi buruk bagi Angga. Rini semakin menjadi-jadi dalam bersikap kurang ajar. Kata-kata kasar dan makian seolah menjadi santapan sehari-hari Angga. Rini tak lagi menghormatinya sebagai seorang suami. Bahkan, tak jarang ia keluyuran hingga larut malam, bahkan tak pulang, membuat Angga semakin terpuruk dalam kesedihan dan keputusasaan. Ia merasa harga dirinya sebagai seorang pria telah diinjak-injak oleh istrinya sendiri.Sementara itu, di kediaman keluarga Harjo, suasana mulai berangsur membaik. Haris, dengan hati yang lapang dan penuh kasih sayang, akhirnya menerima Salma kembali sebagai ibunya. Setelah ia melihat kondisi Salma yang begitu terus memikirkannya, hingga membuatnya kembali jatuh sakit. Ia mengerti bahwa Salma hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Ia juga menyadari bahwa Salma telah banyak berkorban untuknya selama ini, meskipun dengan cara yang salah."Mama, aku mohon, tetaplah tinggal di sini," pinta Haris dengan tulus, menggenggam

  • Baju Bekas Untuk Anakku   Bab 59

    Salma sebenarnya adalah sosok wanita yang penuh kasih sayang dan keibuan. Sejak kecil, ia selalu berusaha membantu orang lain dan memberikan yang terbaik bagi orang-orang yang ia sayangi. Ia sangat menghormati orang tua Witri yang telah mengadopsinya dan menyayanginya seperti anak kandung sendiri. Ia juga sangat menyayangi Witri, adik angkatnya, dan selalu berusaha melindunginya dari segala bahaya. Baginya Witri adalah keluarga satu – satunya, sampai akhirnya jika dia tahu memiliki keluarga lain yaitu ibunya Lia, kakaknya yang sempat ia ketahui setelah kepergian orang tua angkatnya. Itupun hanya sebentar dia mengenal ibunya Lia sebelum kakaknya Namun, setelah menikah dengan Harjo dan memiliki anak kandung bernama Angga, Salma mulai berubah. Ia menjadi lebih ambisius dan serakah. Ia ingin agar Angga bernasib baik dan memiliki kehidupan yang lebih baik dari dirinya. Ia ingin Angga mendapatkan semua yang ia inginkan, tanpa harus bersusah payah seperti dirinya.Itulah sebabnya, Salma mu

  • Baju Bekas Untuk Anakku   Bab 58

    Seminggu setelah melahirkan Haris, Witri meninggal dunia, nukan karena melahirkan namun karena penyakit yang sudah lama dideritanya semakin menggerogoti tubuhnya. Sebenarnya dokter sudah melarangnya untuk meneruskan kandungannya, agar Witri bisa menjalani perobatan sepenuhnya, namun Witri denggan tegas menolak usulan dokter. Ia bersikeras ingin tetap mempertahankan kandungannya tersebut. Itulah mengapa kondisi Witri semakin hari semakin melemah.Sebelum meninggal Witri ingin Salma kakak angkatnya menikahi Harjo dan menganggap Haris sebagai anak kandungnya sendiri. Ia ingin Haris tumbuh dalam keluarga yang utuh dan penuh kasih sayang. Ia tidak ingin Haris merasa kehilangan dan kesepian karena tidak memiliki ibu.Ratih juga akan menceritakan tentang masa lalu Salma, tentang kekasihnya yang menghilang tanpa jejak, tentang kehamilannya yang tidak diinginkan. Ia akan menjelaskan bahwa Salma awalnya menolak permintaan Witri, karena ia masih mencintai kekasihnya. Namun, setel

  • Baju Bekas Untuk Anakku   Bab 57

    Senja mulai merayap, mewarnai langit dengan gradasi jingga dan ungu saat Risa tiba di kontrakannya bersama Haris. Hatinya mencelos melihat suaminya duduk terpekur di ruang tamu, tatapannya kosong menerawang jauh. Bahkan kedatangan Risa dan Rania pun tak mampu menariknya dari lamunan.Rania, yang biasanya langsung berlari memeluk ayahnya, kali ini terhenti di ambang pintu. Risa meraih tangannya, tersenyum lembut. "Rania mandi dulu ya, sayang. Badan Rania lengket sama kotor habis main tadi," bisiknya. Rania mengangguk patuh, lalu melangkah menuju kamar mandi.Risa mendekati Haris perlahan, lalu duduk di dekatnya tanpa bersuara. Ia tahu, Haris membutuhkan waktu untuk mencerna semua yang terjadi. Ia tidak ingin mengganggunya, hanya ingin berada di sisinya, memberikan dukungan tanpa kata.Keheningan menyelimuti ruangan, hanya suara gemericik air dari kamar mandi yang terdengar. Risa menatap wajah Haris yang tampak begitu lelah dan terluka. Ia ingin memeluknya, ingin menghapus semua kesedih

  • Baju Bekas Untuk Anakku   Bab 56

    Salma dan Ratih terlonjak kaget, wajah mereka pucat pasi. Mereka tidak menyangka bahwa Haris telah mendengar percakapan mereka. Mereka saling bertukar pandang dengan panik, tidak tahu harus berbuat apa."Haris, Nak, Mama bisa jelaskan," ucap Salma dengan suara lirih, mencoba meraih tangan Haris.Haris menepis tangan Salma dengan kasar. "Jangan sentuh aku! Aku jijik sama kalian semua!" teriaknya dengan nada histeris. "Bagaimana bisa kalian tega melakukan ini padaku? Bagaimana bisa kalian membohongiku selama ini? Apa aku ini bukan siapa-siapa bagi kalian?"Haris menoleh ke arah Ratih, menatapnya dengan tatapan yang lebih menyakitkan. "Bulek, kenapa Bulek juga ikut-ikutan membohongiku? Aku pikir Bulek adalah orang yang paling menyayangiku di dunia ini. Aku pikir Bulek selalu jujur padaku. Tapi ternyata, aku salah besar. Bulek juga sama saja dengan Mama, sama-sama tega menyembunyikan kebenaran ini dariku."Ratih terdiam, tidak bisa berkata apa-apa. Ia merasa bersalah karena telah menyakit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status