Sebelum kembali ke kontrakan, aku mencari Rania yang sedari tadi asyik bermain sepeda di halaman rumah Arin. Ya Tuhan, anak itu... Kalo udah ketemu Arin, dunia serasa milik berdua. Semoga aja dia inget janji, nggak lupa waktu."Bunda, aku nggak mau pulang sekarang!" Rania memprotes, kakinya terus mengayuh sepeda di halaman rumah Arin. Aduh, mulai deh... Gimana nih? Kalo ditarik paksa, drama air mata bakal pecah. Tapi kalo dibiarin, kebiasaan."Tapi sayang, hari sudah siang dan kamu pasti lapar. Ayo, kita pulang dan makan siang bersama," bujukku dengan senyum setenang mungkin. Sabar, Ris, sabar... Jangan sampe kebawa emosi. Inget, dia lagi seneng."Tapi Bunda, aku belum selesai bermain! Aku masih ingin bermain lagi dengan Arin," Rania memohon, matanya berbinar-binar, bikin aku nggak tega. Ya Allah, tatapan itu... Bikin luluh lantak pertahanan emak-emak. Gimana dong?"Baiklah, tapi hanya sampai jam dua belas siang. Setelah itu, kita harus pulang dan istirahat," aku menyetujui usulannya,
Last Updated : 2025-09-17 Read more