Home / Rumah Tangga / Balas Dendam Seorang Istri / Bab 4 – Rasa Takut Seorang Kekasih

Share

Bab 4 – Rasa Takut Seorang Kekasih

Author: faafa
last update Huling Na-update: 2025-05-21 20:37:16

Rania menatap pantulan wajahnya di cermin. Wajah yang biasanya penuh keangkuhan dan percaya diri kini tampak cemas. Ia merapikan riasan tipis di wajahnya, namun tak bisa menyembunyikan sorot mata yang terus mengamati setiap perubahan dalam diri Reyhan akhir-akhir ini.

Dua hari terakhir, pria itu… berbeda, sangat berbeada.

Lebih diam, lebih banyak termenung, dan yang paling terasa yaita terasa jauh walauapun sosoknya di depan mata.

Reyhan biasanya selalu mengirim pesan setiap pagi, entah hanya sekadar “hati-hati di jalan” atau “sarapan dulu.” Tapi dua hari ini? Hening. Bahkan saat mereka bertemu, Reyhan lebih sering menatap kosong ke layar ponsel, seolah pikirannya tak sepenuhnya ada di hadapannya, ia sudah seperti seseorang yang sulit di gapai.

Dan yang membuat Rania benar-benar merasa tidak nyaman adalah… tatapan Reyhan.

Bukan benci, bukan marah. Tapi…entahlah ini seperti suatu kesalahan.

“Apa ada sesuatu yang terjadi di kantor?” pikir Rania mulai menebak-nebak

Ia mencoba menenangkan diri, dan berusaha menepis pikiran negatif. Tapi tetap saja, rasa tidak tenang itu menggantung seakan menghantui pikirannya. Terlebih saat ia melihat catatan rapat Reyhan pagi tadi. Ada satu nama yang begitu familiar dan terlihat tak asing, yang dulu hanya dibisikkan dalam pertengkaran samar…

Nayla.

Rania duduk bersandar di sofa apartemennya, memeluk bantal kecil sambil merenung dan mencoba menata pikirannya.

“Mustahil… Reyhan sudah melupakan wanita itu. Bukankah dia memilih aku? Bukankah dia bilang Nayla terlalu membosankan?”

Tapi apa benar begitu? Apa yang dia ucapkan adalah perkataan dari hatinya?

Karena sekarang, Rania merasakan sesuatu yang tak pernah ia rasakan sejak bersama Reyhan: takut kalah, takut ditinggalakan, takut di abaykan dan... terlalu banyak takut yang iya rasakan saat ini.

Selama ini, ia selalu merasa di atas angin. Ia wanita yang menyenangkan, penuh kejutan, dan selalu tahu bagaimana membuat Reyhan tertawa. Tapi kini… tak ada lagi tawa. Tak ada lagi pelukan hangat mendadak. Tak ada lagi lirikan manja Reyhan dari seberang ruangan.

Semua berubah sejak… nama itu kembali muncul.

Rania mengambil ponselnya, membuka akun media sosial, lalu mulai menelusuri jejak.

“Kalau benar Nayla kembali, aku harus tahu seberapa berbahayanya dia sekarang.”

Namun yang ia temukan justru mengejutkan. Nayla tak punya jejak digital. Tidak ada unggahan, tidak ada aktivitas. Semuanya bersih. Terlalu bersih dan itu membuat Rania makin tidak tenang.

“Apa dia sengaja? Apa dia sedang menyusun sesuatu di balik diamnya?”

Dan untuk pertama kalinya sejak memenangkan hati Reyhan, Rania merasa tak punya kendali.

Di benaknya, pertanyaan-pertanyaan terus berputar:

Apakah Nayla masih mencintai Reyhan?

Atau lebih parah… apakah Reyhan mulai mencintai Nayla kembali?

Dan jika benar begitu…

apa yang bisa Rania lakukan untuk mempertahankannya?

* * *

Malam semakin larut apartemen Rania malam itu terasa sangat sunyi. Tak ada musik lembut, tak ada aroma lilin wangi yang biasa ia nyalakan. Hanya suara langkah sepatu Reyhan yang baru saja masuk, dan ketegangan di udara yang terasa kental.

Rania berdiri di dapur, pura-pura menyibukkan diri dengan gelas wine, sementara matanya terus mengamati Reyhan dari ekor mata.

"Kamu datang juga akhirnya," ucapnya pelan.

Reyhan hanya mengangguk sambil membuka jas kerjanya.

"Maaf, tadi rapatnya molor."

"Rapat ya?" Rania menoleh, suaranya tenang tapi mengandung sesuatu yang menggigit. "Atau… kamu cuma butuh waktu untuk berpikir tentang sesuatu yang kamu belum siap aku tahu?"

Reyhan mengangkat kepalanya, menatap Rania sebentar.

"Maksud kamu?"

Rania menaruh gelasnya dengan hati-hati di meja.

"Aku cuma penasaran. Kamu berubah, Reyhan. Dua hari ini kamu kayak… bukan kamu."

Ia berjalan mendekat, berdiri di hadapan pria itu, lalu menatap matanya dalam-dalam.

"Apa ini karena Nayla?"

Reyhan menegang, pertanyaan itu telak. Tidak berteriak, tidak dramatis, tapi menohok.

"Kamu tahu dia kembali," ucap Rania lagi, kali ini lebih lirih. "Dan aku tahu kamu bertemu dia."

Reyhan mengalihkan pandangannya. "Itu cuma urusan pekerjaan."

"Dan setelah urusan pekerjaan itu, kamu berubah."

"Kamu jadi lebih diam. Lebih jauh. Kamu bahkan tidak menyentuhku sama sekali dua hari ini, Reyhan."

Keheningan melanda ruangan itu.

Rania tertawa kecil, getir. Ya sudah di duga.

"Lucu ya. Aku dulu yang kamu pilih, Rey. Kamu bilang Nayla itu datar, gak nyambung, dan terlalu kaku untuk hidupmu yang cepat. Tapi sekarang… kamu yang diam-diam mulai kehilangan arah setelah ketemu dia lagi."

Reyhan memejamkan mata sejenak. "Rania, tolong jangan buat ini jadi lebih rumit."

"Aku gak bikin ini rumit," potong Rania, suaranya naik sedikit. "Kamu yang gak jujur sama diri kamu sendiri!"

Dia melangkah mundur, emosinya mulai mendidih.

"Kamu masih cinta sama dia, ya?"

Reyhan tak menjawab. Dan ketiadaan jawaban itu—lebih menyakitkan dari jawaban apa pun.

Rania menatap reyhan tidak percaya, pria yang selama ini ia banggakan. Pria yang ia kira bisa ia genggam seutuhnya. Tapi malam ini, untuk pertama kalinya… ia merasa jadi orang ketiga. Sedikit lucu, semua itu sekarang berbalik padanya.

"Kalau kamu masih mau dia, Rey… bilang aja.

Aku gak akan jadi wanita yang terus mengejar pria yang pikirannya bukan buat aku."

Lalu ia masuk ke kamar, meninggalkan Reyhan berdiri sendiri di ruang tamu.

Dan Reyhan? Masih diam. Masih terguncang.

Karena untuk pertama kalinya, ia sadar Rania membaca hatinya lebih jujur daripada dirinya sendiri.

* * *

Reyhan masih berdiri di ruang tamu. Lampu yang temaram membuat bayangannya membentang panjang di lantai, seolah menjadi saksi betapa berat pikirannya malam itu.

Pintu kamar tertutup di belakang Rania, tapi gaung kata-katanya masih menggema di kepala Reyhan.

“Kalau kamu masih mau dia, Rey… bilang aja.”

Reyhan mengusap wajah kasar dengan kedua tangan. Napasnya berat, matanya merah.

Selama ini ia percaya bahwa ia sudah membuat pilihan terbaik. Bahwa meninggalkan Nayla dan bersama Rania adalah keputusan yang logis praktis, dan tanpa beban emosional.

Tapi ternyata...

yang praktis tidak selalu berarti selesai.

Ia berjalan ke balkon apartemen, menatap gemerlap lampu kota yang seperti tak pernah tidur. Dari tempat itu, ia biasa menemukan ketenangan. Tapi malam ini, yang datang hanya keresahan.

“Aku salah ya, Nay?”

“Salah karena ninggalin kamu dulu… dengan alasan yang bahkan aku sendiri gak sepenuhnya yakin.”

Reyhan menunduk. Dulu ia pikir Nayla terlalu datar, terlalu teratur, terlalu tenang.

Tapi sekarang, justru ketenangan Nayla itu yang menghantuinya. Keteguhan sikapnya. Cara bicaranya yang pelan tapi menusuk. Pandangannya yang tajam namun penuh luka.

Dan yang paling mengganggunya adalah…

Nayla tak menunjukkan sedikit pun bahwa ia masih menginginkannya.

"Kenapa kamu justru makin kuat, Nay?"

"Kenapa kamu gak jatuh seperti yang kubayangkan?"

Reyhan menggenggam pagar balkon erat-erat. Ada rasa sakit di dadanya yang tak bisa dijelaskan. Rasa yang dulu ia pikir tak akan kembali. Tapi kini, menghantamnya tanpa ampun.

Dan saat ia menutup mata, bukan wajah Rania yang muncul.

Tapi Nayla.

Dengan tatapannya yang dingin.

Dengan luka yang belum sembuh.

Dan dengan senyum yang menyiratkan satu hal:

“Aku sudah tak butuh kamu lagi.”

Reyhan membuka mata perlahan.

Dan untuk pertama kalinya sejak bertemu Nayla kembali…

ia takut kehilangan. Trlalu egois bukan?

* * *

Hello, selamat membaca yaaa

semoga suka sama cerita aku ini yaa💋

Sampai jumpa di bab selanjutnya🫶🏼

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Balas Dendam Seorang Istri    46 – Api dalam Sekam

    Langit sore terlihat kelabu ketika Reyhan memarkir mobilnya di pelataran rumah sakit. Suasana di luar tenang, tapi pikirannya justru sebaliknya. Selama dua hari terakhir, firasat buruk terus mengusiknya. Bukan tentang Nayla, tapi tentang sesuatu yang belum bisa ia pahami sepenuhnya. Atau mungkin... tentang seseorang.Ia menuruni tangga menuju taman belakang tempat biasa Nayla duduk saat istirahat. Namun kali ini, tak ada sosok wanita itu di sana. Hanya bangku kosong dan sehelai dedaunan kering yang tertiup angin. Reyhan menarik napas, lalu duduk di ujung bangku. Pikirannya kembali ke kata-kata Pak Firdaus beberapa hari lalu:“Ada seseorang dari masa lalu Anda yang sebaiknya Anda waspadai. Orang itu tidak menginginkan Anda bahagia... dan dia mengenal Anda lebih dari siapa pun.”Awalnya, Reyhan mengira itu hanya peringatan paranoia. Tapi kini, setiap detail mulai terasa masuk akal. Rania perempuan yang selama ini tampak tenang dan tak tergoyahkan—tiba-tiba berubah. Terlalu tenang. Terla

  • Balas Dendam Seorang Istri    Bab 45 – Di Balik Senyuman Rania

    Heningnya pagi di rumah Reyhan seolah tak mampu menenangkan kegaduhan dalam diri Rania. Ia berdiri di depan cermin, menyisir rambutnya perlahan. Wajahnya tampak tenang, bahkan nyaris lembut, tapi mata itu… mata yang menatap dirinya sendiri, penuh dengan luka lama yang belum sembuh.Di balik semua gaun mahal dan gelar istri dari seorang Reyhan Pratama, ada jiwa yang remuk namun memaksa diri terlihat utuh.Rania tak tidur semalaman. Setelah mendengar suara langkah Reyhan di ruang kerja, dia sengaja mendekat. Bukan untuk mengintiptapi memastikan sesuatu: bahwa Reyhan sedang mencari tahu. Dan benar saja, nada suara Reyhan yang pura-pura tenang itu tak bisa menipunya. Ia tahu, malam itu adalah awal dari titik balik permainan.Sambil mengenakan anting, Rania membuka laci kecil di meja riasnya. Ia mengeluarkan sebuah flashdisk, benda kecil yang menjadi saksi bisu dari tahun-tahun yang ia habiskan bukan sebagai istri, tapi sebagai alat. Alat untuk menutupi rahasia Reyhan. Alat untuk menjaga c

  • Balas Dendam Seorang Istri    Bab 44 – Kabut di Balik Cermin

    Reyhan menatap bayangannya sendiri di cermin. Matanya merah, bukan karena tangis, tapi karena malam-malam tanpa tidur. Akhir-akhir ini, ia merasa semua orang mengawasinya dari rekan kerja, supir pribadi, bahkan sekretaris yang dulu selalu ia abaikan. Ketika ia masuk ke ruang kerja pagi itu, sesuatu terasa… berbeda. Dokumen di mejanya tersusun rapi, tapi terlalu rapi. Bolpoin kesayangannya yang biasanya ia taruh sembarangan di laci hilang. Dan yang paling membuatnya menggigil: satu berkas transaksi penting ia temukan terbuka, seolah seseorang dengan sengaja ingin ia sadar bahwa mereka tahu apa yang ia sembunyikan. "Ini tidak mungkin kebetulan," gumamnya. Reyhan membuka laci tersembunyi di balik rak buku. Di dalamnya, ada dua flashdisk satu berisi dokumen asli tentang pencucian uang yang ia lakukan dengan investor luar negeri, satu lagi tentang transfer aset ke nama Rania. Semua ia jaga rapat-rapat. Tapi sekarang, bahkan ruang tersembunyi ini terasa… tak aman. Ia memencet nomor seor

  • Balas Dendam Seorang Istri    Bab 43 – Saat Semua Topeng Terlepas

    Senja menyapa langit dengan warna jingga keabu-abuan ketika Nayla berdiri mematung di depan jendela besar, memandangi gemerlap lampu kota yang mulai menyala satu per satu. Di balik kaca, ia melihat bayangan dirinya seorang perempuan yang pernah patah, pernah dihancurkan oleh orang-orang yang seharusnya melindunginya, dan kini berdiri dengan kepala tegak, menyusun skenario akhir dari semua luka yang telah ditinggalkan. Di balik punggungnya, suara lembut tapi tajam terdengar, “Kamu yakin ingin mengambil risiko ini, Nay?” Nayla tidak menoleh. Ia tahu suara itu milik Dinda, mantan sahabat Rania wanita yang dulunya sama-sama tertawa di samping Rania, sebelum dikhianati dan dijatuhkan dalam-dalam. Wanita yang kini memilih untuk berdiri bersamanya, dalam rencana balas dendam yang perlahan mulai memakan bentuk. “Dia sudah terlalu lama bermain dengan luka orang lain,” jawab Nayla lirih. “Sudah saatnya dia tahu seperti apa rasanya kehilangan, tapi bukan karena takdir... melainkan karena keso

  • Balas Dendam Seorang Istri    Bab 42 – Di Balik Mata Elang

    Reyhan menatap pantulan dirinya di cermin kamar mandi kantor. Pandangannya kosong, bola matanya merah karena kurang tidur. Dingin air yang mengalir dari keran tak mampu menenangkan getar dalam dadanya. Ini bukan lagi sekadar stres kerja ada sesuatu yang lebih dalam, lebih gelap, yang menggoyahkan fondasi hidupnya. Sudah tiga minggu terakhir hidupnya seolah berada dalam pusaran badai. Email anonim, foto-foto dari masa lalu, hingga suara yang terekam dalam rekaman rahasia semuanya datang seperti hantu yang tahu kapan harus menyerang saat ia sedang paling rapuh. Tak satu pun dari semua ini terlihat seperti ulah iseng. Ada rencana besar di balik semua kekacauan yang tiba-tiba hadir. Rania sudah mulai rewel. Pertanyaan-pertanyaan sinis darinya muncul setiap malam. Sekali saja Reyhan lengah, rumah tangga yang sudah retak itu akan benar-benar runtuh. Ia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang Arvino, mantan penyelidik swasta yang dulu pernah menolongnya dalam kasus keluarga. "Vin,

  • Balas Dendam Seorang Istri    Bab 41 – Menyalakan Api di Tengah Kabut

    Kafe di sudut kota itu tampak sepi. Waktu menunjukkan pukul sembilan pagi, tapi langit mendung membuat dunia seolah masih belum bangun sepenuhnya. Hujan rintik-rintik menetes di balik kaca jendela besar yang menghadap ke jalan. Nayla duduk di sudut ruangan, mengenakan jaket abu-abu dan topi rajut gelap. Wajahnya tampak biasa saja bagi orang asing, tapi sorot matanya tajam, seperti seseorang yang tengah membaca teka-teki rumit dan sudah hampir menyelesaikannya. Tak lama, seorang pria mendekat dengan langkah santai. Rambutnya sedikit berantakan, membawa bau tembakau yang samar. Ia menarik kursi dan duduk di hadapannya tanpa banyak basa-basi. “Lama nggak ketemu, Nay,” ucap Arka, menatapnya dengan rasa ingin tahu. “Kalau kamu yang ngajak ketemuan, pasti ada hal besar.” Nayla membuka tasnya, lalu mengeluarkan flashdisk kecil berwarna hitam. Ia meletakkannya di atas meja tanpa suara. “Isi di dalam itu cukup buat menghancurkan Reyhan dan Rania,” katanya datar. Arka mengangkat alis. “Kam

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status