Sebenarnya apakah ini benda yang terbungkus rapi itu?
Mereka rupanya tak ada yang menyadari bahwa bungkusan putih yang bagi mereka tak berharga itu adalah sebuah kunci. Kunci yang suatu saat akan menguak tabir kejahatan mereka. Nanti ketika mereka harus membayar dosa-dosa yang mereka perbuat. Kejahatan akan kalah, ketika kebenaran telah menampakkan sinarnya.
***
Leo turun dari mobil SUV hitam miliknya. Kali ini bukan Rosemaya yang turun dari kursi penumpang seperti biasanya. Melainkan telah berganti seorang wanita muda yang tengah menggandeng bocah kecil berusia tiga tahun.
"Papa, Papa! Ini rumah baru kita, Pa? Papa belikan rumah ini untuk Gio dan Mama?" tanya Giovani terbelalak bahagia. Bocah berusia tiga tahun itu begitu girang melihat istana mereka yang baru. Ia sampai tak sabar turun dari mobil dan berlarian di halaman.
"Iya, sayangnya papa. Semua ini untuk Gio, hadiah untuk dua kesayangan papa,
Sementara di tempat lain Rosemaya tengah berjibaku kengeriannya sendiri."Hihihi ... Rosemayaaaa! Hihihihi ... Rosemaya! Hihihi! Rosemayaaaa!"Malam itu, suasana kamar pasien 304 kembali mencekam. Suara-suara tawa dan panggilan mengerikan kembali dialami Rosemaya.Perempuan itu sampai harus bersembunyi di dalam gulungan selimut. Ia menangis ketakutan setiap suara-suara itu mengganggunya."Tidak! Tidak! Pergi jangan mendekat! Aku tidak bersalah! Aku bukan orang jahat!" jerit Rosemaya di setiap tengah malam hingga menjelang dini hari.Wanita itu jadi semakin kurus dengan kantung mata menghitam tebal. Ia tak pernah bisa tidur. Malam-malamnya diliputi ketakutan dan kecemasan."Roseee! Rosemaya hihihihi!"Rosemaya yang bersembunyi di balik selimut, menutup telinganya rapat-rapat agar tidak mendengar panggilan itu.
Hening, cukup lama pesannya tak di balas.Suster Vina melirik jam digital di sudut kiri atas gawainya. Sudah pukul 12.45 malam.Pantas saja, ini sudah larut malam, ibunya mungkin sudah tertidur pulas.Suster Vina lalu tersenyum maklum dan memejamkan matanya. Sekedar melepas penat dan menenangkan diri. Setidaknya setelah melaksanakan tugas malam kesekiannya, suster Vina ingin beristirahat dengan tenang.Sesungguhnya separuh hati suster Vina masih tak tenang melakukan segala kejahatan yang nantinya mungkin harus mempertaruhkan profesinya itu. Namun keadaan mendesak membuatnya nekat menerima pekerjaan khusus dari seorang Nyonya kaya beberapa bulan yang lalu."Berikan obat ini pada pasien bernama Rosemaya. Kau tahu dosisnya kan. Jangan terlalu banyak, aku tidak ingin ia cepat mati. Siksa dia dan biarkan mati secara perlahan."Seorang n
Ia berjanji pada dirinya sendiri. Demi Giovani dan anak-anak yang akan dilahirkannya nanti. Cindy akan dengan sekuat tenaga mengamankan posisinya sebagai nyonya di dalam istana kaca ini.Sayangnya perjalanan hidup membuat Cindy lupa. Bahwa keserakahan adalah sebuah candu yang sangat mematikan. Ia akan mengeraskan hati dan menyirnahkan empati. Lalu apakah masih bisa dirinya disebut manusia?***Hasil pemeriksaan Rosemaya masih seperti biasanya. Meski patah tulang lengannya telah membaik. Retak tulang rusuknya juga telah pulih. Namun Rosemaya masih tidak menunjukkan reaksi apa-apa.Ia masih pasif, masih tidak banyak bicara dan akhir-akhir ini menjadi semakin murung. Malam-malamnya yang terus dihantui halusinasi hingga ia mengalami delusi parah kemungkinan membuatnya tak bisa segera pulih secara mental."Apakah dia masih belum bisa berbicara?" tanya sang dok
Tiba-tiba salah seorang pasien menjambak rambut Rosemaya. Ia melakukannya hingga kepala Rosemaya terdongak di atas kursi rodanya."Ahahaha! Orang gila! Orang gila!" pekik sosok pasien yang menjambaknya. Wanita itu tertawa-tawa dan bergerak mengelilingi Rosemaya.Rosemaya hanya pasrah diperlakukan seperti itu. Ia lalu menunduk dan menatap kosong kedua tangannya yang tertengadah di atas pahanya."Ahahaha! Orang gila! Orang gila!" Kembali pasien itu menghina Rosemaya. Ia terus mengelilingi Rosemaya sambil berulang-ulang menyebutkan kalimat yang sama.Rosemaya hanya terdiam, terus diam dan pura-pura tak mendengar meski hatinya terasa pedih. Bayangan hidupnya di masa lalu yang begitu sempurna berkelebat di kepalanya. Membuat Rosemaya merasa semua ketidakberuntungan ini begitu menyakitkan namun tetap harus dijalani dengan tabah.Matanya mengembun menahan tumpuk
Suster Vina bergerak dan terus memeriksa dengan hati was-was. Ia telah sampai di depan pintu ruangan yang setengah terbuka itu. Hampir saja masuk untuk memeriksa bagian dalamnya saat ...."Suster jahat!" Sebuah suara mengagetkan wanita itu. "Suster jahat!" Panggilan itu kembali terulang."Kamu! Lagi-lagi kamu mengganggu! Pergi! Sana pergi! Main dengan yang lain!" seru suster Vina. Ia membalikkan badan dan melihat seorang pasien rumah sakit jiwa menggodanya.Meski kesal ada sedikit kelegaan saat tahu itu hanya salah satu pasien rumah sakit jiwa. Setidaknya tidak ada yang akan percaya apapun yang dikatakan orang gila. Begitu pikir suster Vina tenang.Syukurlah karena pasien itu suster Vina akhirnya tidak jadi masuk dalam ruangan. Ia mengusir pasien itu dan kembali ke ruang ganti perawat. Kali ini tak lupa ia menutup rapat-rapat pintunya. Namun sayang tindakan Suster Vina terlamba
Wanita itu sudah memperhitungkan semuanya. Beberapa hari ini dengan dibantu Tante Hetty, Rosemaya sudah mempelajari kondisi paling tersembunyi dari rumah sakit ini. Ia lalu mempersiapkan semuanya. Ia akan membuat sebuah pertunjukan spektakuler yang akan dikenang oleh semua orang. Rosemaya yakin, kali ini ia akan menarik banyak perhatian khalayak. Sebuah pukulan yang akan membuat seluruh dunia tertarik dan memberikan perhatian padanya. Setidaknya kalau kamu tidak sanggup melakukannya sendiri, kamu harus mengajak seluruh dunia untuk berada di pihakmu.Begitu pikir Rosemaya ketika merencanakan pertunjulannya. "Aku tidak akan mati bunuh diri dengan sia-sia. Aku tak ingin membusuk dan menderira sendirian! Setidaknya jika aku mati, aku akan membuat kalian semua menerima sanksi sosial atas tindakan kalian," batin Rosemaya penuh dendam. Apa sebetulnya rencana Rosemaya? Sungguh
"Aku sesungguhnya hanya wanita rapuh. Aku ingin ketika begitu banyak ujian bertubi-tubi pada hidupku, suamiku mengulurkan tangannya. Memelukku dengan penuh cinta. Bukan malah mengabaikanku dan sibuk dengan bisnisnya saja," isak Rosemaya semakin menyayat hati.Rosemaya sungguh memanfaatkan momen itu agar seluruh dunia berpihak padanya. Ia berusaha agar semua orang tahu kepedihan yang ia rasakan dan menangisi kematiannya. Sungguh ia tak mau hanya mati berkalang tanah, lalu dimakan cacing dan dilupakan begitu saja.Rosemaya menangis sambil bergerak menuju pagar pembatas bangunan rumah sakit. Ia lalu secara dramatis menyayat lehernya dan melompat menjatuhkan diri ke sungai deras yang mengalir tepat di samping rumah sakit jiwa tempat ia dirawat."Selamat tinggal, Leonardo Suniarta. Aku mencintaimu!" pekik Rosemaya sebelum tubuhnya hilang ditelan arus sungai yang sangat deras.Semua orang yang
Mobil SUV milik Leonardo Suniarta melaju memecah malam. Tampak di dalam mobil SUV hitam yang melaju itu, Leonardo Suniarta nampak gusar. Ia menghubungi orang-orang kepercayaannya dan meminta mereka melakukan sesuatu."Cari dan temukan mayatnya. Jangan berhenti sampai dapat! Kita tidak bisa percaya begitu saja Rosemaya telah mati bunuh diri!" tegas Leo lewat panggilan telepon.Bu Gina yang duduk di sampingnya memilih diam dan membuang muka ke arah luar jendela. Matanya nanar menatap bahu jalan yang gelap. Wanita itu seperti sangat terpukul dengan kematian Rosemaya."Mungkin, sebentar lagi kita akan menerima karma kita, Leo," desis Bu Gina dengan air mata menggenang."Ma-maksud ibu bagaimana?" tanya Leo tak kalah cemas."Kita telah membuat Rosemaya harus mendekam sendirian di dalam rumah sakit jiwa. Kita juga telah membuatnya menderita terluka sendirian di dalam sana. Mungkin saat ini ia sedang menuntut balas. Ia mati dengan membawa denda