Share

BAB 5.

Penulis: Rosshie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-24 20:36:52

Sudah dua hari sejak Mas Raffi menghubungiku, sampai sekarang dia tak menghubungiku lagi.

Keputusanku sudah bulat, jadi sudah tak ada gunanya aku tetap disini. Dimana Mas Raffi tinggal saja aku tak tau.

Aku yakin, saat ini Mas Raffi tengah menikmati kehidupan mewahnya bersama dengan istri barunya, sampai tega meninggalkan aku seperti ini.

“Apa bagimu aku sudah gak berarti lagi, Mas?” suaraku terdengar sangat lirih, hanya aku yang bisa mendengarnya.

Ke peluk kedua lututku, kubenamkan wajahku di sela kedua lututku. Menangis, itu lah yang aku bisa lakukan sekarang.

Hatiku hancur.

Aku masih berharap semua ini hanya mimpi, Mas Raffi sangat mencintaiku dan sedang bekerja demi masa depan kami berdua.

Tapi suara ketukan di pintu kamar, menyadarkanku kalau semua ini bukanlah mimpi, tapi nyata.

Ku seka kedua ujung mataku, begitu juga dengan pipiku menggunakan kedua punggung tanganku. Jangan sampai nenek Halimah melihatku menangis.

“Masuk saja, Nek.” Aku melepas mukena yang masih kupakai, lalu melipatnya.

Ku dengar suara pintu terbuka.

Aku tersenyum sambil menatap nenek Halimah yang berjalan masuk ke dalam kamar. Aku berdiri, melangkah menuju tempat tidur.

“Ra, kamu yakin mau pulang ke kampung sekarang?”

Aku memang sudah memberitahu nenek Halimah, tentang rencana kepulanganku hari ini.

“Ya, Nek, Ara tidak bisa meninggalkan Ibu terlalu lama,” ucapku dengan mengulum senyum.

Aku memasukkan mukena dan sajadah ke dalam tas.

“Ini buat kamu, Ra.”

Nenek Halimah mengulurkan sebuah tiket pesawat padaku.

“Ara tidak bisa menerimanya, Nek. Nenek sudah banyak bantu Ara selama Ara disini.”

Nenek Halimah menarik tangan kananku, meletakkan tiket itu di telapak tanganku.

“Bukannya kamu ingin segera bertemu sama ibu kamu? ambil ini, dengan begitu kamu bisa lebih cepat bertemu ibu kamu,” ucap nenek Halimah dengan senyuman di wajahnya.

Kutatap tiket pesawat yang ada di tanganku. Kedua mataku berkaca-kaca.

Kenapa ada orang sebaik nenek Halimah? Padahal sebelumnya kami tak saling mengenal satu sama lain.

Ku seka kedua ujung mataku yang basah.

“Terima kasih, Nek, semoga Allah membalas semua kebaikan Nenek.”

Langsung ku peluk nenek Halimah. Aku pasti akan merindukan beliau nanti.

“Ra, apapun masalah yang sedang kamu hadapi, jangan berputus asa. Banyak-banyak istighfar dan minta petunjuk pada-Nya.”

Aku mengangguk, lalu kulepas pelukanku.

“Nenek sudah suruh seseorang buat antar kamu ke bandara,” ucap nenek Halimah sambil mengusap lenganku yang berbalut atasan lengan panjang yang kupakai.

Aku hanya mengangguk, menolak pun percuma, nenek Halimah pasti akan tetap memaksa.

Aku keluar dari kamar itu bersama dengan nenek Halimah, langsung keluar dari rumah.

Ku lihat sebuah mobil sudah terparkir di depan rumah.

“Ra, Parman yang akan mengantarmu ke bandara.”

Aku hanya mengangguk, meskipun ada banyak pertanyaan di kepalaku. Aku pikir nenek Halimah tak punya mobil semewah ini, tapi ternyata.

Aku mencium punggung tangan nenek Halimah. “ Nek, Ara pamit ya. Terima kasih untuk bantuan Nenek selama ini.”

Nenek Halimah memelukku, mengusap punggungku dengan lembut, lalu melepaskan kembali pelukannya.

“Jangan lupa hubungi Nenek setelah kamu sampai di rumah. Salam buat ibu kamu.”

Aku mengangguk. “Ara pamit, Nek. Assalamu’alaikum.”

Aku melangkah menuju mobil. Pak Parman sudah membukakan pintu mobil untukku dan memintaku untuk masuk ke dalam mobil.

Aku menatap nenek Halimah sekali lagi sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.

“Man, jaga cucu saya baik-baik,” ucap nenek Halimah pada pak Parman yang membuatku mengulum senyum.

“Baik, Nyonya. Kalau begitu saya permisi.”

Ku lihat pak Parman yang bergegas menuju pintu kemudi.

Ku turunkan kaca jendela, lalu ku lambaikan tanganku saat mobil mulai melaju.

Nenek Halimah tersenyum sambil membalas lambaian tanganku.

Kusandarkan tubuhku ke sandaran kursi, kutatap keluar jendela.

Apa yang harus aku katakan pada Ibu nanti? Ibu pasti akan bertanya tentang Mas Raffi.

Ya Tuhan, kenapa semua jadi seperti ini?

Hamba tau, Engkau tak akan pernah menguji umat-Mu melebihi kemampuan mereka. Hamba hanya memohon pada-Mu, kuatkan hamba-Mu ini untuk melewati ujian rumah tangga hamba ini.

**

Aku akhirnya sampai di kampung halamanku. Aku naik ojek online menuju rumahku.

“Ibu,” panggil ku saat ku lihat ibuku yang sedang berada di depan teras bersama dengan Bulek Rina.

“Ara?”

Aku bergegas menghampiri keluargaku.

“Assalamu’alaikum, Bu, Bulek Rina.” Ku ucap salam, lalu ku cium punggung tangan ibu dan bulek Rina.

“Ra, kok sudah pulang? belum ada seminggu loh kamu di Jakarta? memangnya Raffi gak mencegah kamu pulang secepat ini?” tanya bulek Rina.

“Iya, Bulek. Mas Raffi harus kerja, jadi Ara gak mau mengganggu pekerjaan Mas Raffi,” ucapku dengan tetap menunjukkan senyuman di wajahnya.

Aku juga memohon ampun pada Yang Di-Atas, karena aku sudah berbohong kepada bulek Rina dan ibuku.

Aku tak sanggup memberitahukan yang sebenarnya. Aku belum siap melihat keluargaku sedih, saat mereka tau rumah tanggaku sudah hancur.

“Bu, Ara kangen.” Aku langsung memeluk tubuh ibu.

“Ibu juga kangen sama kamu, Sayang.”

Ku pejamkan mata saat telapak tangan ibu mulai mengusap punggungku dengan lembut, lalu kulepas pelukanku dengan perlahan membuka kedua mataku.

Aku meminta izin masuk ke dalam rumah.

Kutatap foto pernikahanku dengan Mas Raffi yang aku pasang di dalam kamarku. Foto yang dicetak dengan ukuran besar, terpasang di dinding belakang atas tempat tidur.

Untuk sementara waktu aku harus merahasiakan perselingkuhan Mas Raffi dari keluargaku. Aku akan memberitahu mereka disaat waktu yang tepat.

**

Aku baru selesai sholat maghrib. Ku dengar suara dering ponsel yang tadi kuletakkan di atas tempat tidur.

Aku bergegas beranjak berdiri tanpa melepas mukena. Benda pipih itu kuambil.

“Mas Raffi?”

Tanpa pikir panjang langsung ku jawab panggilan itu, karena obrolanku dengan Mas Raffi belum selesai.

“Assalamu’alaikum, Mas,” salamku setelah panggilan itu tersambung.

“Wa’alaikumsalam, Sayang.”

Dulu aku senang saat Mas Raffi memanggilku ‘sayang’, tapi sekarang panggilan itu terdengar sangat menyakitkan, membuat hatiku semakin remuk redam, apalagi saat ku ingat, bukan hanya aku yang dipanggil sayang oleh Mas Raffi.

“Sayang, besok aku akan pulang. Aku janji akan menjelaskan semuanya sama kamu.”

“Mas, aku gak butuh penjelasan apa-apa dari kamu. Keputusanku sudah bulat dan aku ingin kita bercerai.”

“Sudah aku bilang, aku gak akan pernah menceraikan kamu. Kita bisa bicarakan ini dengan baik-baik.”

Baik-baik dia bilang?

Setelah membohongiku selama ini, apa Mas Raffi sama sekali tak merasa bersalah padaku?

“Aku sudah bicara sama Sarah, dia bisa menerima kamu, jadi kita bisa hidup bersama mulai sekarang.”

Hah!

Kedua mataku sampai membelalak saking shocknya.

Apa Mas Raffi sudah benar-benar gila? bagaimana bisa dia minta aku sama istri mudanya itu untuk hidup bersama.

Dia punya hati gak sih!

“Untuk lebih jelasnya lagi, besok kita bicara secara langsung. Aku yakin, kamu dan Sarah akan bisa menjadi teman baik.”

Aku ingin tertawa. Aku pikir selama ini aku sudah sangat mengenal Mas Raffi luar dan dalam, tapi ternyata aku tak mengenalnya sama sekali.

“Mas berharap aku akan bisa menerima istri barumu itu sebagai maduku, begitu?”

“Ra, aku hanya ingin membuatmu bahagia, jadi ….”

“Aku akan bahagia kalau kamu ceraikan aku, Mas!”

“Kalau Mas gak mau menceraikan aku, biar aku yang menggugat cerai kamu!”

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 6.

    Aku menutup telepon dengan cepat, tanganku masih gemetar. Aku menatap layar ponsel yang sudah mati, seakan ingin menghancurkannya.Kenapa Mas Raffi bisa sebegitu tega?Hatiku bergejolak antara marah, kecewa, dan rasa sakit yang tak terkatakan.Aku sudah memberikan segalanya untuknya, dan ini yang aku dapatkan? Menghancurkan pernikahan kami dengan begitu mudahnya?Aku menundukkan kepala, dan sesaat merasa dunia ini begitu berat. Aku tahu aku sudah memutuskan untuk bercerai, tapi apa yang akan terjadi selanjutnya?Aku harus bagaimana menghadapi ini semua? Aku bisa merasakan beban yang semakin berat di pundakku.Malam semakin larut, namun aku tidak bisa tidur. Berbagai pikiran terus berputar di kepalaku, dan aku tak bisa menenangkan diri.Sesekali aku memandang foto pernikahanku dengan Mas Raffi yang ada di meja kecil di samping tempat tidur.Aku teringat saat pertama kali kami bertemu, bagaimana dia menyentuh hatiku dengan kata-katanya yang manis.Bagaimana ia berjanji akan selalu ada u

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 7.

    Hari-hari berlalu, Mas Raffi juga tak datang menemuiku, mungkin dia masih belum percaya dengan keputusan yang sudah aku ambil, kalau ternyata istri yang dulu sangat mencintainya, memilih untuk menyerah daripada harus berbagi dengan wanita lain.“Aku memang orang miskin, Mas, tapi aku gak gila harta seperti kamu.”Tapi kenapa, meskipun aku sudah memberi tahu ibu tentang kondisi rumah tanggaku, rasanya tetap ada ruang kosong yang tak terisi.Perasaan campur aduk antara kesedihan, kebingungan, dan rasa sakit masih menggelayuti hati ini.Aku tahu, hidup harus terus berjalan. Namun, setiap kali aku melihat ibu, aku merasa semakin tertekan untuk menjadi lebih kuat, untuk tidak membiarkan dia tahu betapa hancurnya hatiku.Walau ia mencoba tetap tegar, aku bisa melihat kepedihannya setiap kali ia duduk di kursi roda, seakan ingin berlari untuk meraih kebahagiaan anaknya.Aku ingin membuat ibu bangga, ingin membuktikan bahwa aku bisa menghadapinya meski tanpa Mas Raffi di sisiku.Di tengah keb

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-06
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 8.

    Raffi menatap rumah sederhana tempat dia keluar tadi. Rumah yang telah menjadi saksi kehidupannya bersama dengan Zahra selama satu tahun terakhir, setelah mereka menikah.Raffi meremas dadanya yang terasa nyeri saat mendengar isak tangis Zahra, wanita yang sangat dicintainya dengan segenap jiwanya, bahkan karena Zahra dia sampai berani melawan kedua orang tuanya.Suara itu bagai belati tajam yang mengiris hatinya.“Maafkan aku, Ra. Percayalah, aku melakukan semua ini semata-mata demi masa depan kita. Suatu hari nanti, aku yakin kamu akan mengerti alasan aku sampai mengambil langkah ini,” bisiknya pelan, meski dia tau Zahra tak akan bisa mendengarnya.“Raf, ngapain sih kamu masih berdiri disana! Aku sudah bosan menunggu! Ayo cepat kita pergi dari sini!” Suara Sarah terdengar memanggil dari dalam mobil.Raffi menoleh ke belakang, menatap istri keduanya yang menunggunya dengan ekspresi tidak sabar. Dia tau apa yang dilakukannya salah, tapi dia terperangkap dalam dilema.“Iya, aku kesana,

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-06
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 9.

    Raffi meminta Sarah untuk menunggu di ruang tamu, dia harus memberi penjelasan kepada ibunya. Kini hanya tinggal Raffi dan ibunya di dapur. “Sekarang jelaskan pada Ibu, kenapa wanita tadi bilang kalau dia istri kamu? apa kamu dan Zahra sudah bercerai?” Sinta menatap lekat wajah putranya, mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya.Raffi sendiri tampak diam, berusaha merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan ibunya.“Bu, Raffi belum menceraikan Zahra dan tak akan pernah menceraikannya.” jawaban Raffi membuat ibunya tercengang.“Raffi mencintai Zahra, Bu, lebih dari apapun,” tambahnya lagi dengan suara tegas.Sinta tampak terkejut. Jika Raffi belum menceraikan Zahra, kenapa wanita itu mengaku sebagai istri Raffi. Dia harus mendapatkan kejelasan saat ini juga.“Raf, jangan bilang kamu … kamu menikah lagi tanpa sepengetahuan Ibu?” tanyanya, matanya menatap dengan penuh kecewa.Raffi perlahan menundukkan kepala, mengangguk pelan. “Maafkan Raffi, Bu,” ucapnya dengan nada li

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-06
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 10.

    Wajah Mas Raffi mulai terlihat panik, saat melihat ibu mertuaku dan istri barunya sedang berjalan ke arah kami. Aku tak peduli, bagiku Mas Raffi bukan siapa-siapa lagi, selain seorang pengkhianat yang sudah tega mengkhianati cinta suci kami.“Raf, kenapa kamu ….” Sarah menghentikan ucapannya saat melihatku yang berdiri tepat di depan suaminya.Aku melambaikan tangan kepadanya dengan senyum penuh arti. Bagaimanapun aku harus menyapanya agar tak dikira sombong.“Kita ketemu lagi ya ma-du-ku,” sapaku dengan menyunggingkan senyum miring, aku bahkan sengaja memperlambat kata terakhirku, agar dia tau kalau dia hanyalah yang kedua, sementara aku lah istri pertama.Kedua telapak tangan Sarah mengepal erat, wajahnya merah padam. Aku yakin, dia sedang marah sekarang. Mungkin dia tak menyangka aku akan datang ke rumah ini.Atau mungkin Sarah tidak tau kalau kedatangan Mas Raffi ke rumahku tadi bukan untuk menceraikanku, tapi untuk membujukku agar tak menggugat cerai.“Mau apa kamu kesini perem

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-08
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 11.

    Mas Raffi terlihat kebingungan. Dia pasti tak menyangka aku akan meminta syarat yang begitu sulit untuk dilakukan. Mana mungkin dia akan mengizinkanku tinggal bersama dengan istri barunya.Aku tak berhenti di situ saja. Aku ingin semakin menekan Mas Raffi, berharap dia menyerah dan akhirnya mau menceraikanku. Jika itu terjadi, semuanya akan menjadi lebih mudah bagiku untuk melanjutkan hidup.“Bukankah Mas sendiri yang bilang kalau aku dan istri baru Mas itu bisa hidup bersama? Mas juga mengatakan kalau aku bisa berteman dengan Sarah,” ucapku dengan nada sindiran yang tajam.Mas Raffi menghela napas panjang. “Ra, bukannya aku ingin kamu hidup bersama denganku. Tapi untuk tinggal bersama dengan Sarah, aku… aku nggak bisa.”Aku tersenyum sinis, menahan rasa sakit di dalam hatiku. “Kalau begitu, Mas tinggal pilih. Ceraikan aku sekarang juga, atau Mas penuhi syarat dariku,” jawabku dengan nada tegas, penuh tuntutan. Aku tahu aku kejam, tetapi hanya ini caraku untuk melawan.“Mas, kalau M

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-08
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 12.

    Aku menghela nafas pelan, menatap sekeliling kamar. Sejak awal menikah, aku tak pernah masuk ke kamar ini. Sebab, setelah menikah, aku dan Mas Raffi tinggal di rumahku. Keluarga Mas Raffi tak mau menerimaku di rumah ini.Terdengar suara derit pintu yang terbuka, membuatku langsung menoleh ke arah pintu. Kulihat Mas Raffi melangkah masuk, mendekat ke arahku.Mas Raffi memelukku erat. Tapi aku hanya diam, tak berniat untuk membalas pelukan itu. Meskipun sebenarnya aku sangat merindukan pelukan ini.Pelukan yang dulu selalu bisa membuatku merasa nyaman. Tapi tidak sekarang. Pelukan itu justru terasa begitu menyakitkan.“Maafkan aku, Ra. Aku benar-benar minta maaf,” ucapnya dengan nada lembut. Namun, aku tetap diam.“Aku sangat merindukanmu. Terima kasih masih mau bersamaku,” tambahnya lagi.Kali ini aku mendorong pelan tubuh Mas Raffi, membuat pelukannya terlepas. Kulihat wajah bingungnya, namun aku tak peduli.“Mas, kita harus bicara. Aku memang gak akan meminta cerai, tapi itu bukan b

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-08
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 13.

    Aku melangkah masuk ke ruang makan. Aroma nasi goreng bercampur dengan wangi ayam goreng menyapa indra penciumanku.Di meja, sudah ada satu mangkuk besar nasi goreng, sepiring telur ceplok, dan beberapa potong ayam goreng yang terlihat menggoda.“Wah, Ibu masak enak nih,” ucapku sambil berpura-pura terkesan, mataku melirik mereka satu per satu.Sarah mendekat dengan langkah anggun, wajahnya menampilkan senyum ramah yang dibuat-buat.“Ibu sengaja memasak semua ini spesial untuk kamu loh, Ra. Ibu bilang, semua ini sebagai tanda permintaan maaf Ibu atas sikapnya ke kamu selama ini,” ucapnya dengan nada lembut.Aku langsung menatap Ibu mertuaku yang berdiri tak jauh darinya. Wajahnya tampak tegang, seperti maling yang tertangkap basah sedang mencuri.“Benarkah, Bu? Ibu memasak semua ini untukku?” tanyaku dengan nada setengah terkejut, meskipun dalam hati aku sudah tahu maksud mereka.Ibu mertuaku terdiam sejenak. Wajahnya yang tadi panik berubah kaku. Dia melangkah mendekat dan mencoba te

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-09

Bab terbaru

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 15.

    Zahra menyandarkan tubuhnya di kursi dekat jendela kamarnya.Di luar, suara desiran angin terdengar samar, membawa aroma bunga yang mulai bermekaran di halaman. Meski suasana sekitar tampak tenang, hatinya penuh gejolak.Hari ini, dia telah menyaksikan momen yang begitu memuaskan, saat ibu mertuanya dan Sarah berlutut di hadapannya."Akhirnya, mereka tahu bagaimana rasanya direndahkan," batin Zahra, sambil mengingat raut wajah mereka yang dipenuhi rasa malu dan amarah.Dari ruang tengah, samar-samar terdengar suara Sinta dan Sarah yang masih saja mengomel.Suara mereka saling tumpang tindih, menumpahkan amarah pada Raffi, yang kini tampak semakin lemah akibat bolak-balik ke kamar mandi.Wajah Raffi pucat pasi, dan tubuhnya terlihat lunglai.“Sarah, tolong antar aku ke rumah sakit,” pinta Raffi dengan suara yang nyaris tak terdengar.Awalnya, Raffi sempat meminta Zahra untuk mengantarnya. Namun Zahra, dengan senyum tipis penuh kemenangan, menolak dengan alasan bahwa Sarah lebih bisa di

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 14.

    Raffi menatap ibunya dan Sarah secara bergantian dengan wajah memerah, tanda amarah yang sulit dia sembunyikan.Sudah lebih dari lima kali dia bolak-balik ke kamar mandi sejak memakan nasi goreng buatan ibunya. Kini, dia berdiri di tengah ruang tamu, napasnya memburu, menuntut jawaban.“Bisa kasih Raffi penjelasan untuk semua ini, Bu?!” serunya lantang, suaranya bergetar oleh emosi.Di sampingnya, Zahra duduk santai di sofa, menyilangkan kakinya, dan memasang senyum penuh kemenangan. Jelas, dia sangat menikmati pemandangan yang sedang berlangsung.Raffi kembali memandang ibunya yang tampak kebingungan, dan Sarah yang semakin terlihat gelisah. Tak satu pun dari mereka berani membuka suara.Raffi lalu mengalihkan pandangannya ke Zahra, istrinya yang duduk dengan penuh percaya diri.“Ra, kamu pasti tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang jelaskan semuanya sama aku,” pintanya dengan nada yang sedikit melunak, meskipun sorot matanya tetap tajam.Zahra mengangkat bahu santai, lalu menata

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 13.

    Aku melangkah masuk ke ruang makan. Aroma nasi goreng bercampur dengan wangi ayam goreng menyapa indra penciumanku.Di meja, sudah ada satu mangkuk besar nasi goreng, sepiring telur ceplok, dan beberapa potong ayam goreng yang terlihat menggoda.“Wah, Ibu masak enak nih,” ucapku sambil berpura-pura terkesan, mataku melirik mereka satu per satu.Sarah mendekat dengan langkah anggun, wajahnya menampilkan senyum ramah yang dibuat-buat.“Ibu sengaja memasak semua ini spesial untuk kamu loh, Ra. Ibu bilang, semua ini sebagai tanda permintaan maaf Ibu atas sikapnya ke kamu selama ini,” ucapnya dengan nada lembut.Aku langsung menatap Ibu mertuaku yang berdiri tak jauh darinya. Wajahnya tampak tegang, seperti maling yang tertangkap basah sedang mencuri.“Benarkah, Bu? Ibu memasak semua ini untukku?” tanyaku dengan nada setengah terkejut, meskipun dalam hati aku sudah tahu maksud mereka.Ibu mertuaku terdiam sejenak. Wajahnya yang tadi panik berubah kaku. Dia melangkah mendekat dan mencoba te

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 12.

    Aku menghela nafas pelan, menatap sekeliling kamar. Sejak awal menikah, aku tak pernah masuk ke kamar ini. Sebab, setelah menikah, aku dan Mas Raffi tinggal di rumahku. Keluarga Mas Raffi tak mau menerimaku di rumah ini.Terdengar suara derit pintu yang terbuka, membuatku langsung menoleh ke arah pintu. Kulihat Mas Raffi melangkah masuk, mendekat ke arahku.Mas Raffi memelukku erat. Tapi aku hanya diam, tak berniat untuk membalas pelukan itu. Meskipun sebenarnya aku sangat merindukan pelukan ini.Pelukan yang dulu selalu bisa membuatku merasa nyaman. Tapi tidak sekarang. Pelukan itu justru terasa begitu menyakitkan.“Maafkan aku, Ra. Aku benar-benar minta maaf,” ucapnya dengan nada lembut. Namun, aku tetap diam.“Aku sangat merindukanmu. Terima kasih masih mau bersamaku,” tambahnya lagi.Kali ini aku mendorong pelan tubuh Mas Raffi, membuat pelukannya terlepas. Kulihat wajah bingungnya, namun aku tak peduli.“Mas, kita harus bicara. Aku memang gak akan meminta cerai, tapi itu bukan b

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 11.

    Mas Raffi terlihat kebingungan. Dia pasti tak menyangka aku akan meminta syarat yang begitu sulit untuk dilakukan. Mana mungkin dia akan mengizinkanku tinggal bersama dengan istri barunya.Aku tak berhenti di situ saja. Aku ingin semakin menekan Mas Raffi, berharap dia menyerah dan akhirnya mau menceraikanku. Jika itu terjadi, semuanya akan menjadi lebih mudah bagiku untuk melanjutkan hidup.“Bukankah Mas sendiri yang bilang kalau aku dan istri baru Mas itu bisa hidup bersama? Mas juga mengatakan kalau aku bisa berteman dengan Sarah,” ucapku dengan nada sindiran yang tajam.Mas Raffi menghela napas panjang. “Ra, bukannya aku ingin kamu hidup bersama denganku. Tapi untuk tinggal bersama dengan Sarah, aku… aku nggak bisa.”Aku tersenyum sinis, menahan rasa sakit di dalam hatiku. “Kalau begitu, Mas tinggal pilih. Ceraikan aku sekarang juga, atau Mas penuhi syarat dariku,” jawabku dengan nada tegas, penuh tuntutan. Aku tahu aku kejam, tetapi hanya ini caraku untuk melawan.“Mas, kalau M

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 10.

    Wajah Mas Raffi mulai terlihat panik, saat melihat ibu mertuaku dan istri barunya sedang berjalan ke arah kami. Aku tak peduli, bagiku Mas Raffi bukan siapa-siapa lagi, selain seorang pengkhianat yang sudah tega mengkhianati cinta suci kami.“Raf, kenapa kamu ….” Sarah menghentikan ucapannya saat melihatku yang berdiri tepat di depan suaminya.Aku melambaikan tangan kepadanya dengan senyum penuh arti. Bagaimanapun aku harus menyapanya agar tak dikira sombong.“Kita ketemu lagi ya ma-du-ku,” sapaku dengan menyunggingkan senyum miring, aku bahkan sengaja memperlambat kata terakhirku, agar dia tau kalau dia hanyalah yang kedua, sementara aku lah istri pertama.Kedua telapak tangan Sarah mengepal erat, wajahnya merah padam. Aku yakin, dia sedang marah sekarang. Mungkin dia tak menyangka aku akan datang ke rumah ini.Atau mungkin Sarah tidak tau kalau kedatangan Mas Raffi ke rumahku tadi bukan untuk menceraikanku, tapi untuk membujukku agar tak menggugat cerai.“Mau apa kamu kesini perem

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 9.

    Raffi meminta Sarah untuk menunggu di ruang tamu, dia harus memberi penjelasan kepada ibunya. Kini hanya tinggal Raffi dan ibunya di dapur. “Sekarang jelaskan pada Ibu, kenapa wanita tadi bilang kalau dia istri kamu? apa kamu dan Zahra sudah bercerai?” Sinta menatap lekat wajah putranya, mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya.Raffi sendiri tampak diam, berusaha merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan ibunya.“Bu, Raffi belum menceraikan Zahra dan tak akan pernah menceraikannya.” jawaban Raffi membuat ibunya tercengang.“Raffi mencintai Zahra, Bu, lebih dari apapun,” tambahnya lagi dengan suara tegas.Sinta tampak terkejut. Jika Raffi belum menceraikan Zahra, kenapa wanita itu mengaku sebagai istri Raffi. Dia harus mendapatkan kejelasan saat ini juga.“Raf, jangan bilang kamu … kamu menikah lagi tanpa sepengetahuan Ibu?” tanyanya, matanya menatap dengan penuh kecewa.Raffi perlahan menundukkan kepala, mengangguk pelan. “Maafkan Raffi, Bu,” ucapnya dengan nada li

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 8.

    Raffi menatap rumah sederhana tempat dia keluar tadi. Rumah yang telah menjadi saksi kehidupannya bersama dengan Zahra selama satu tahun terakhir, setelah mereka menikah.Raffi meremas dadanya yang terasa nyeri saat mendengar isak tangis Zahra, wanita yang sangat dicintainya dengan segenap jiwanya, bahkan karena Zahra dia sampai berani melawan kedua orang tuanya.Suara itu bagai belati tajam yang mengiris hatinya.“Maafkan aku, Ra. Percayalah, aku melakukan semua ini semata-mata demi masa depan kita. Suatu hari nanti, aku yakin kamu akan mengerti alasan aku sampai mengambil langkah ini,” bisiknya pelan, meski dia tau Zahra tak akan bisa mendengarnya.“Raf, ngapain sih kamu masih berdiri disana! Aku sudah bosan menunggu! Ayo cepat kita pergi dari sini!” Suara Sarah terdengar memanggil dari dalam mobil.Raffi menoleh ke belakang, menatap istri keduanya yang menunggunya dengan ekspresi tidak sabar. Dia tau apa yang dilakukannya salah, tapi dia terperangkap dalam dilema.“Iya, aku kesana,

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 7.

    Hari-hari berlalu, Mas Raffi juga tak datang menemuiku, mungkin dia masih belum percaya dengan keputusan yang sudah aku ambil, kalau ternyata istri yang dulu sangat mencintainya, memilih untuk menyerah daripada harus berbagi dengan wanita lain.“Aku memang orang miskin, Mas, tapi aku gak gila harta seperti kamu.”Tapi kenapa, meskipun aku sudah memberi tahu ibu tentang kondisi rumah tanggaku, rasanya tetap ada ruang kosong yang tak terisi.Perasaan campur aduk antara kesedihan, kebingungan, dan rasa sakit masih menggelayuti hati ini.Aku tahu, hidup harus terus berjalan. Namun, setiap kali aku melihat ibu, aku merasa semakin tertekan untuk menjadi lebih kuat, untuk tidak membiarkan dia tahu betapa hancurnya hatiku.Walau ia mencoba tetap tegar, aku bisa melihat kepedihannya setiap kali ia duduk di kursi roda, seakan ingin berlari untuk meraih kebahagiaan anaknya.Aku ingin membuat ibu bangga, ingin membuktikan bahwa aku bisa menghadapinya meski tanpa Mas Raffi di sisiku.Di tengah keb

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status