Share

Balaskan Dendamku, Asteria
Balaskan Dendamku, Asteria
Author: Frasadelia

Prolog: Blood, Sweat and Tears.

"Kau itu memang tidak berguna! Seharusnya kau mati, dasar miskin!"

Seorang wanita menyeringai puas melihat wanita lain yang tak bukan adalah adik tirinya sendiri tengah dirundung oleh hampir seluruh siswa dan siswi di sekolah mereka. Ia adalah Esther Yasefa, si cantik putri bungsu keluarga Yasefa.

Jika Esther adalah seorang tuan putri di dunia nyata yang begitu dipuja, maka hal itu sangat berbanding terbalik dengan sang adik tiri yang merupakan putri sulung keluarga Yasefa. Dia adalah Asteria Yasefa.

Asteria Yasefa adalah putri sulung dalam keluarga Yasefa. Asteria disebut sebagai putri yang terbuang dalam keluarga Yasefa. Bukan tanpa alasan, selain karena ia bukanlah putri kandung dari Bella Hardy dan Tobias Yasefa, Asteria selalu dianggap tertinggal.

Ia dikenal sebagai seorang wanita bodoh yang tidak memiliki bakat sedikitpun. Jika Esther bersinar begitu terang, maka Asteria adalah api lilin yang nyaris padam. Meski namanya berarti bintang, Asteria tidak pernah memiliki cahayanya sendiri.

Asteria bersekolah dan mengambil jurusan yang sama dengan adiknya Esther. Ia bahkan berada di satu angkatan yang sama dengan Esther karena Asteria sempat tertinggal kelas di bangku sekolah menengah pertama.

Asteria adalah orang yang pendiam dan culun. Gayanya yang kuno membuat Asteria sering dianggap sebelah mata dalam jurusan fashion design. Ia tidak memiliki satupun teman, namun Asteria memiliki segudang musuh yang siap menyerangnya kapanpun dia lengah.

Bahkan jika dia masih menjadi bagian dari keluarga Yasefa yang cukup terkenal, itu tidak bisa menjamin keamanan dan keselamatan dirinya sendiri. Seperti saat ini, Asteria tengah dirundung habis-habisan karena dianggap sebagai saudara tiri jahat yang suka melakukan kekerasan.

Asteria dituding sebagai penjahat karena ia tiba-tiba datang dan menyerang Esther yang tengah asyik berbincang dengan kawan-kawannya di rooftop kantin. Asteria mengatakan jika tunangannya, Joseph Griffin, telah bermain gila dengan adik tirinya sendiri di belakangnya. Namun, tak satupun orang mempercayainya.

Joseph yang juga hadir dalam perundungan itu justru membela Esther dan menghardik Asteria. Ia membela Esther dan ikut menyerang Asteria dengan mengatakan jika Asteria adalah biang masalah dan saudara yang jahat.

"Aku mengatakan yang sebenarnya! Percayalah padaku! Aku melihat Joseph dan Esther bercumbu sore tadi! Untuk apa aku-"

Suara tamparan tiba-tiba menggema di tempat itu. Suasana malam yang tenang justru semakin mencekam setelah Joseph melayangkan tangannya dan menyematkan sebuah tamparan keras di pipi Asteria.

Gadis itu tampak terkejut dengan apa yang dilakukan oleh tunangannya. Ia menatap Joseph dengan kedua mata yang memerah yang basah oleh air mata. Rambut dan seragamnya berantakan setelah ditarik oleh orang-orang yang mengaku sebagai sahabat dekat Esther.

"Tutup mulutmu! Apakah kau begitu tega memfitnah adikmu sendiri?! Kau selalu mengatakan jika kau mencintaiku, tapi apa?! Kau bahkan mencoba mengotori namaku! Asteria, tidakkah kau malu pada dirimu? Apakah pantas kau memperlakukan Esther begitu buruk saat kau sendiri bahkan bukan saudara kandungnya?!"

Esther yang melihat itu diam-diam menarik senyuman. Ia menatap wajah kacau Asteria dengan puas. Gadis itu lantas mengubah ekspresi wajahnya menjadi semenyedihkan mungkin.

"Joseph! Apa yang kau katakan?! Asteria adalah saudaraku! Dia adalah kakakku! Jangan menghinanya!"

Orang-orang yang sejak tadi sudah berkerumun pun dibuat semakin berang setelah melihat sikap Esther. Gadis itu masih rela membela Asteria bahkan ketika Asteria sudah memfitnahnya begitu keji.

"Esther! Jangan terlalu lunak padanya! Gadis tidak tau diri ini tidak pantas untuk dibela olehmu!"

Silvanna yang merupakan sahabat dekat Esther pun segera maju dan meraih rambut panjang Asteria. Ia menjambak rambut Asteria sekuat mungkin hingga gadis itu merintih kesakitan dan memohon ampun.

"Sakit! Tolong hentikan! Bukan aku yang salah! Esther memang sudah berselingkuh dengan Joseph! Aku korban di sini!"

"Cukup Asteria! Aku tidak menyangka jika kau bisa menjadi sepicik ini! Aku kecewa padamu! Mulai sekarang, aku memutuskan pertunanganku denganmu!"

Bagai disambar petir, Asteria pun tersentak kaget. Mulutnya sedikit terbuka dan kedua matanya melotot. Tubuhnya kaku seperti patung batu. Ia tidak menyangka jika laki-laki yang selama ini ia cintai akan tega melakukan hal sekejam ini.

"Kau benar-benar wanita menjijikkan! Jika aku jadi Joseph, aku juga pasti akan meninggalkanmu!" ujar Clay, salah satu perempuan yang juga menjadi sahabat dekat Esther.

"Berhenti! Apa yang kalian lakukan?! Ini bukan salah Asteria! Berhenti mengatakan hal buruk tentangnya!"

"CUKUP!"

Semua orang di sana termasuk Esther sangat terkejut mendengar teriakan Asteria. Asteria memandang Esther dengan wajah dingin yang sudah basah oleh air mata. Dari tatapan matanya saja Esther pun bisa melihat jika Asteria menyimpan amarah dan kekecewaan begitu besar.

"Hentikan kepalsuanmu itu! Aku sudah cukup muak dengan semua sandiwaramu Esther. Aku sudah cukup baik padamu selama ini, Esther."

Semua orang di sana terkesiap dan saling berpandangan saat mendengar penuturan Asteria. Mereka mulai berbisik-bisik tentang Esther hingga membuat Esther berkeringat dingin dengan wajah memucat.

"A-asteria, apa yang sebe-"

"Sudah cukup! Kau menginginkan Joseph kan? Kau bisa memilikinya. Kalian juga ingin aku mati kan? Aku akan mengabulkannya. Tak ada satupun dari kalian yang menghargai air mataku. Tak satupun dari kalian mempercayai penderitaanku. Tak ada satupun dari kalian yang mengerti bagaimana hancurnya aku selama ini. Jika di kehidupan ini aku tak mampu membela diriku sendiri, maka aku bersumpah. Di kehidupan berikutnya, siapapun yang telah menindasku akan membayar harga yang setimpal!"

Langit malam yang semula terang penuh bintang kini mendadak mendung. Sudah biasa bagi seluruh siswa di Saint Zjorgen menghabiskan waktu di sekolah hingga malam hari. Jam efektif sekolah dimulai pukul 8 pagi hingga 3 sore. Selebihnya, hanya akan digunakan untuk keperluan ekstrakurikuler dan bimbingan belajar tambahan.

Usai mendengar penuturan Asteria, tak sedikit dari siswa-siswi yang tadi merundung Asteria merasa gentar. Tubuh mereka gemetar dan kaki mereka terasa lemas seperti jelly. Seolah ada aura gelap yang perlahan menyentuh namun kemudian mencekik mereka dengan kuat.

Usai mengatakan kalimat panjang itu, Asteria melepaskan kalung dengan liontin bintang berwarna biru cerah dari lehernya secara paksa hingga terputus dan menggenggamnya erat. Asteria tanpa ragu mendorong Esther hingga gadis itu terjungkal ke belakang. Beruntung Joseph dengan sigap menangkap tubuh Esther dan mencegah gadis cantik yang merupakan kekasih gelapnya itu jatuh dan menghantam lantai rooftop.

Saat semua mata fokus pada apa yang terjadi dengan Esther, Asteria memanfaatkan kesempatan untuk berjalan menuju tepian rooftop. Ia berdiri menghadap langit. Asteria menunduk melihat beberapa siswa siswi serta guru yang tampak panik di bawah sana.

Kantin ini merupakan salah satu fasilitas sekolah yang berada di lantai 6, jika dihitung dengan rooftop, maka Asteria kini berada di lantai 7. Asteria tersenyum melihat satu bintang yang masih bersinar terang di tengah gelapnya langit malam.

Ia mengulurkan tangannya seolah hendak meraih bintang kecil itu untuk ia genggam sendiri. Air mata Asteria mengalir menuruni pipi tirusnya. Seolah tak ada lagi emosi, Asteria pun memejamkan mata dan membiarkan tubuh kurusnya dihantam angin.

Asteria sempat menoleh dan menatap tepat kedua mata Esther yang masih mengawasinya. Gadis itu tersenyum manis sebelum akhirnya menjatuhkan dirinya sendiri dari tepian rooftop itu.

Hal itu mengundang teriakan tragis dari semua orang. Esther menatap kejadian di depan matanya dengan wajah pucat pasi. Joseph yang semula memangku dirinya pun buru-buru berlari ke tepi rooftop dan menunduk untuk melihat tubuh kaku Asteria yang sudah tak bergerak dan dimandikan oleh darah segarnya sendiri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status