Share

BAB 3: Awakening.

Luna tersenyum kecil pada Edith saat gadis itu sudah duduk di tepian ranjang ruang kesehatan. Edith hanya membalas senyuman kecil Luna itu dengan senyum sederhana.

Gadis itu masih merasa begitu asing dengan tempat yang ia diami sekarang. Edith mengedarkan pandangannya dan melihat ke seliling ruangan bernuansa putih itu dengan kedua mata bulatnya.

"Aku akan memanggil seorang perawat untukmu, Asteria."

Edith yang mendengar itu pun sontak menggeleng dengan ribut dan menatap Luna dengan wajah sedikit panik. Ia bahkan hendak turun dari ranjang ruang kesehatan jika Luna tidak menahannya.

"Tidak perlu. Aku, aku hanya butuh waktu untuk sendirian dan istirahat."

Luna menghela napas panjang mendengar jawaban Edith. Ia pun hanya bisa mengangguk pasrah dan menepuk bahu Edith dengan lembut untuk sekedar memberikan dukungan pada gadis itu.

"Lekaslah sembuh. Aku akan meninggalkanmu, aku juga akan meminta ijin untukmu pada Miss Vivianne."

Edith mengangguk kecil sebagai tanggapan atas perkataan Luna. Luna pun berjalan pergi meninggalkan Edith seorang diri di dalam ruang kesehatan itu. Gadis itu menarik napas lega setelah pintu ruang kesehatan itu tertutup.

Tatapan Edith tertuju pada pintu putih yang tengah tertutup di depannya. Jadi seperti inikah dunia manusia itu? Meski bingung dan merasa asing, Edith masih bisa bersikap natural dan mencerna segala hal yang ia lihat dengan baik.

Dalam buku yang ia baca, penulis menggambarkan suasana dan semua tempat dengan sangat rinci hingga Edith pun mampu membuat bayangan tentang semua yang ditulis di buku. Ia masih tidak menyangka jika kini dirinya bahkan bisa hidup dalam bayangan itu sendiri.

Meski tidak semua yang ia lihat sesuai dengan bayangannya, Edith masih cukup mampu untuk membiasakan dirinya dengan lingkungan sekitar. Saat Edith tengah asyik memandangi seisi ruang kesehatan itu, ia melihat sebuah cermin bulat yang digantung di dekat rak obat.

Edith pun melompat turun dari ranjang ruang kesehatan dan berjalan menuju cermin itu untuk melihat wajahnya sekali lagi. Benar, Edith sudah sepenuhnya berganti menjadi orang lain.

Mungkinkah ini kesempatan kedua yang diberikan oleh Tuhan padanya? Edith tersenyum tipis sambil mengulurkan tangannya dan menyentuh cermin di depannya dengan ujung jari telunjuknya.

Edith adalah Aseteria Yasefa, tokoh utama dari buku kesukaannya. Itu merupakan fakta baru yang harus Edith terima, di kehidupan keduanya ini, tak ada lagi Edith. Ia akan menjalani hidupnya sebagai Asteria Yasefa secara penuh.

"Jika benar Tuhan sengaja memberikan kesempatan kedua padaku, maka aku tidak akan lagi mengecewakannya dengan melakukan hal bodoh seperti yang ku lakukan sebelumnya," gumam Edith pelan.

Ia menatap lekat wajah barunya di cermin, sekelebat ingatan tiba-tiba melintas di benaknya. Ia ingat jika Asteria bahkan memiliki hidup yang jauh lebih menyedihkan dari dirinya sendiri.

Jika benar ia berada di masa Sekolah Menengah Pertama dalam hidup Asteria, maka ia akan segera mengalami hal mengerikan tepat setelah pengumuman hasil ujian dan acara kelulusannya.

Edith masih ingat betul bahwa Asteria akan mengalami titik balik dalam hidupnya karena perbuatan adik tirinya sendiri, Esther. Mengingat nama itu membuat darah Edith mendidih. Orang yang menghancurkan kehidupannya sebelumnya juga bernama Esther. Apakah semua Esther memang selalu muncul sebagai penjahat dalam kisah seseorang?

"Kelas Miss Vivianne- bukankah itu kelas terakhir sebelum acara pengumuman hasil ujian itu?" gumam Edith dengan kening berkerut.

Edith ingat, dalam buku yang ia baca, kelas Miss Vivianne menjadi kelas terakhir sebelum hasil ujian diumumkan. Di sana, Asteria akan menerima semua pujian dan kebahagiaan. Tetapi seminggu kemudian, Esther justru dengan mudah mengubah hidup Asteria semudah membalik telapak tangan.

"Aku punya waktu seminggu untuk memperbaiki semua itu bukan? Aku tidak akan menyia-nyiakan hidupku lagi. Aku tidak ingin menjadi wanita bodoh sekali lagi. Asteria, aku berjanji akan menjaga identitasmu ini. Aku berjanji akan menyelamatkanmu dan diriku sendiri dari kehancuran."

Edith tersenyum manis menatap wajahnya sendiri di cermin. Mulai saat ini tidak ada lagi Edith Rowena. Hanya ada Asteria Yasefa. Edith Rowena sudah berubah menjadi Asteria Yasefa. Gadis itu akan hidup menjadi orang baru dan menjalani kehidupan baru.

***

"Maaf, Miss. Saya baru saja mengantarkan Asteria ke ruang kesehatan. Dia terlihat tidak sehat."

Seorang wanita dalam balutan blouse putih dan rok sepan selutut menghela napas pelan setelah mendengar perkataan Luna. Ia menatap Luna dengan tatapan teduh yang membuat hati Luna menjadi tenang.

"Apa yang terjadi pada Asteria? Apakah sakitnya parah?"

Luna menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menanggapi pertanyaan Vivianne, wali kelas mereka. Saat Luna hendak menjawab pertanyaan tersebut, pintu kelas mereka secara perlahan terbuka.

Semua murid dalam kelas itu termasuk Vivianne dan Luna pun menoleh untuk melihat ke arah pintu. Di sana, Asteria berjalan masuk dengan langkah anggun yang membuat mereka terperangah.

Asteria memang selalu menjadi idola dan kesayangan di sekolah mereka. Namun, kali ini gadis itu justru terlihat berbeda. Asteria terlihat jauh lebih bersinar dan mempesona. Ia seolah memancarkan aura "Royalty" yang membuat dirinya tampak seperti seorang tuan putri.

"Maafkan saya, Miss Vivianne. Saya baik-baik saja."

Vivianne yang masih terkesan dengan kedatangan Asteria pun berdeham pelan. Ia membenarkan letak kacamatanya dan mendekati Asteria yang berdiri di depan pintu kelas.

"Apakah kau yakin jika kau baik? Miss bisa memanggil orang tuamu jika kau memang berada dalam keadaan tidak baik, Asteria."

Asteria tersenyum sopan seraya menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban atas tawaran Vivianne. Ia berjalan mendekati Luna dan meraih lengan gadis itu untuk dipeluk.

"Asteria sudah merasa baik, ini semua berkat Luna. Luna membawa Asteria sesegera mungkin ke ruang kesehatan, Miss."

Luna membulatkan mulutnya dan menatap Asteria serta Vivianne secara bergantian. Bukankah ia baru saja membawa Asteria ke ruang kesehatan? Apakah gadis itu baru saja berbohong?

"Baiklah kalau begitu. Kalian berdua bisa duduk. Miss akan menyampaikan beberapa pengumuman penting mengenai hasil ujian dan acara kelulusan kalian."

Asteria mengangguk patuh dan berjalan menuju ke mejanya seraya menarik Luna. Setelah mereka berdua duduk di kursi mereka masing-masing, Luna segera mendekatkan dirinya pada Asteria, gadis itu melirik Vivianne yang masih tampak sibuk mengeluarkan beberapa kertas dari dalam tasnya sebelum menatap Asteria.

"Apakah kau baru saja berbohong pada Miss Vivi?" bisik Luna di telinga Asteria.

Asteria yang mendengar itu pun hanya tertawa kecil. Ia melirik Luna dengan senyum jenaka kemudian menganggukkan kepalanya pelan. Posisi duduk Asteria membuat Luna sedikit terkejut, kawannya itu tampak begitu berbeda. Asteria tidak pernah duduk begitu tegak seperti seorang bangsawan sebelumnya, namun kini, ia seolah melihat Asteria yang berbeda.

"Maafkan aku, aku tidak akan mengulanginya lagi lain kali," balas Asteria sambil juga berbisik pada Luna.

Setelah mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalam tasnya, Vivianne berjalan ke depan kelas dan tersenyum memperhatikan semua anak didiknya dalam kelas akselerasi itu.

"Baiklah anak-anak, hari ini Miss akan mulai memberikan undangan pesta kelulusan yang berisi jadwal pengumuman serta beberapa hal penting lain pada kalian. Pastikan surat ini sampai ke tangan kedua orang tua kalian, okay?"

"Baik, Miss Vivi!"

Viviannne tersenyum puas atas respon dari anak muridnya. Ia pun berjalan menyusuri meja demi meja untuk memberikan lembaran surat di tangannya secara langsung kepada masing-masing anak didiknya yang berada dalam kelas akselerasi itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status