Home / Rumah Tangga / Bangkitnya Istri yang Dikhianati / Part 2. Kejutan Tengah Malam

Share

Part 2. Kejutan Tengah Malam

Author: Loyce
last update Huling Na-update: 2023-07-18 19:58:31

Dengan berpura-pura membangunkan Rasya karena getaran ponselnya yang mengganggu, Binar ingin tahu reaksi yang diberikan oleh suaminya. Dan diluar dugaan, lelaki itu menanggapi pesan itu dengan melakukan panggilan untuk ‘Tono’ sambil turun dari ranjang. Binar bisa melihat suaminya dari belakang dan tampak serius berbicara dengan si Tono. 

“Binar!” 

Rasya menyelesaikan panggilannya dan mendekat ke arah ranjang. Binar hanya menjawab dengan gumaman. 

“Bi, aku ada urusan sebentar. Aku keluar, ya.” 

“Malam-malam begini mau ke mana, Mas?” Kini Binar membuka matanya dan menatap sang suami. “Sepenting itu?”

“Temen kantor mabuk dan teman-teman yang lain nggak bisa jemput. Aku akan menjemputnya sebentar. Nggak papa, kan?” 

“Oh. Oke. Hati-hati ya. Udah malam.” 

Rasya tersenyum sebelum mengambil kunci mobilnya dan keluar dari kamar. Saat pintu kamar sudah tertutup, Binar menyeringai. Dia juga mengambil kunci mobil dan ponselnya untuk mengikuti Rasya. 

Hanya dengan mengenakan piyama dan sandal, Binar keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil dan menutupnya pelan. Suara deruan mobilnya pasti akan terdengar dari dalam rumah, tapi dia tak peduli. Dengan gerakan cepat dia mampu mengejar Rasya. Ini sudah jam satu malam dan kendaraan di jalanan sudah benar-benar lengang.

Tidak sampai setengah jam, mobil Rasya sampai di depan sebuah rumah. Binar juga menghentikan mobilnya tak jauh dari mobil sang suami. Dia memilih turun dan menguntitnya dari belakang. Memerhatikan gerak-gerik Rasya yang tampak sudah biasa berada di tempat itu. 

“Jadi ini yang kamu lakukan selama ini, Mas?” Itu hanyalah sebuah gumaman dari mulut Binar saat melihat Rasya masuk ke dalam rumah selingkuhannya.

Alih-alih ikut masuk, dia lebih memilih menunggu di luar. Angin malam yang dingin menerpa tubuh Binar tapi tak dihiraukan. Dia hanya memakai piyama panjang yang lumayan tipis sehingga tak bisa menghalau rasa dingin di tubuhnya. Namun, rasa dingin tubuhnya tak bisa mengalahkan rasa dingin hatinya ketika melihat suaminya dipeluk oleh perempuan lain di depan matanya. 

Binar terkekeh, menertawakan dirinya sendiri. Satu tahun. Sudah satu tahun lamanya dia diselingkuhi dan dia baru mengetahuinya? Sungguh gila. Ini sungguh tidak masuk akal. Ke mana saja dia selama ini sampai dia tak pernah tahu jika ada pencuri yang masuk ke dalam rumah tangganya dan mengambil suaminya? 

“Hal semacam ini pasti akan sering terjadi, Mas. Aku harap kamu bisa segera mengambil keputusan secepatnya kepada istrimu. Entah aku menjadi yang kedua atau memang kamu ingin menceraikannya, itu bukan masalah bagiku.” 

Lamunan Binar buyar seketika saat suara selingkuhan Rasya itu terdengar. Dia yang tadinya berdiri di samping mobil Rasya itu kini mengintip sedikit untuk melihat interaksi sang suami dengan selingkuhannya. 

“Kamu sabar dulu, ya. Aku janji sebelum perutmu membesar aku sudah menyelesaikan semuanya. Dan, aku nggak bisa menceraikan Binar. Aku masih mencintainya.” 

Jawaban itu seperti bara api yang masuk ke dalam gendang telinga Binar. Panas dan membara. Binar menatap dua orang itu dengan perasaan kacau luar biasa. Kemarahannya sudah berada di puncaknya. Namun dia belum bisa keluar dari persembunyiannya. 

“Aku akan menunggu keputusan terbaik dari kamu, Mas.” Nindi berbicara sedikit ketus. “Aku yang akan memberikanmu anak. Seharusnya Mas harus memprioritaskan aku dibandingkan dengan perempuan mandul itu.” 

Ekspresi Binar menjadi gelap seketika mendengar dirinya dijuluki mandul oleh selingkuhan suaminya. Hal itulah yang membuatnya tak tahan dan keluar dari persembunyiannya. Binar keluar dengan langkah pelan dan pasti. Tidak ada keraguan sedikitpun. 

“Mas Rasya!” Panggilan itu seperti petir di telinga Rasya. Lelaki itu menoleh dengan sangat cepat dan mendapati Binar berdiri di belakangnya. 

“Bi … Binar!” 

Suaranya tercekat dan raut wajahnya dipenuhi oleh ketakutan. Tangan yang tadi menggenggam tangan Nindi, kini dilepaskan begitu saja dan dia segera menghampiri Binar. 

“Bi, kenapa kamu ada di sini?” Binar menatap lelaki itu dengan perasaan kacau luar biasa. Namun dia memilih bungkam. “Ini … tidak seperti yang kamu bayangkan. Kamu, jangan salah paham ya.” 

Binar bisa merasakan ketakutan Rasya. Air mata Binar yang hampir tumpah itu mati-matian ditahannya. 

“Sudah malam. Bisa kita pulang sekarang?” Binar berbicara dengan suara tenang meskipun jantungnya terasa hampir meledak saking panasnya. Kepalan tangannya pun menguat ketika melanjutkan kalimatnya. “Dan, bawalah pacarmu bersama kita. Sepertinya ada banyak hal yang perlu kita bicarakan malam ini.” 

Jika Binar mengeluarkan kemarahannya dengan berteriak dan membentak, itu hanya akan menunjukkan betapa lemahnya dia. Itulah kenapa dia mati-matian mencoba untuk menahan diri. Setidaknya tidak di tempat itu yang bukan wilayahnya. 

“Bi, ini sungguh tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku hanya …”

“Aku sudah mendengarkan percakapan kalian. Semuanya,” ungkap Binar. “Aku mengikutimu sejak kamu keluar dari rumah. Itu sudah cukup bagiku untuk mengetahui apa yang terjadi.” 

Rasya membeku di tempatnya mendengarkan ucapan Binar yang begitu mendayu, penuh dengan rasa sakit. Bukan hanya itu, tatapan Binar sangat dingin seolah ada luka menganga di dalamnya. Kepalan tangan Binar menguat, otot-otot lehernya terlihat menonjol karena menahan emosi yang siap meledak. 

“Bawa dia juga dan kita pulang sekarang!” Binar memerintah sekali lagi dan membalikkan tumitnya untuk pergi. 

“Bi, Nindi tidak bisa ke mana-mana.” Langkah Binar terhenti. Matanya memejam erat berusaha tidak murka. 

“Apa karena dia hamil lantas kamu tidak mengizinkan dia untuk pergi?” Binar kembali berbalik dan air matanya pada akhirnya menetes dari netranya. Namun dia segera mengusapnya. “Aku tidak akan melakukan apa pun kepadanya. Hanya bawa dia dan kita selesaikan urusan kita.”

“Aku akan ikut.” Nindi yang tadinya berdiri di balik pintu pagar itu kini keluar dan berdiri di samping Rasya. “Toh sekarang dia sudah tahu semuanya, Mas. Akan lebih baik kalau kita segera menyelesaikan urusan kita.”

“Tidak ada yang perlu diselesaikan. Semua akan berjalan seperti biasanya.” Rasya sedikit membentak. “Bi, kita akan berbicara masalah ini di rumah. Tapi, tidak perlu melibatkan Nindi dalam urusan kita. Oke!” 

Gila! Ini sungguh gila. Di saat seperti ini, Rasya bahkan masih melindungi Nindi. Pasti karena perempuan itu hamil, Rasya takut terjadi sesuatu dengan kandungan kekasihnya. Sudah jelas di mata Binar kalau Rasya begitu mencintai Nindi. Hanya dengan memikirkan itu saja, kepalan tangan Binar yang sejak tadi membulat, kini lebih menguat.  Untuk pada akhirnya terangkat, lalu mendarat tepat di wajah Rasya. Binar menampar sang suami untuk pertama kalinya dalam hidup rumah tangganya.

Rasya terkejut dengan aksi istrinya yang tiba-tiba, pun dengan Nindi. Lelaki itu mengusap pipi kanannya tanpa bisa mengatakan sesuatu. Lidahnya terasa kelu. 

“Aku sudah menahan emosiku sejak tadi. Kalau kamu menginginkan aku murka lebih dari ini, maka itu adalah tanggung jawabmu kalau perempuan ini yang akan menjadi sasarannya.”

*** 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (4)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
semoga aja si binar g terlalu menye2. biasanya wanita kayak si binar ini awalnya aja sok2an tegas tapi kemudian berubah kayak orang goblok g punya otak.
goodnovel comment avatar
Wi Win
lanjutkan ceritanya
goodnovel comment avatar
Tri Siwi Nasrulyati
Cukup menarik... karakter Binar.. eanita tangguh yg tegas...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 45. Hidup Bahagia (Tamat)

    “Istriku.” Ancala baru saja sampai rumah ketika melihat penampilan Gemi yang sudah cantik. Meskipun hanya mengenakan daster rumahan kebanggaannya, kecantikan perempuan itu selalu terpancar. Dan inilah yang selalu disukai oleh Ancala, Gemi akan selalu menunggu kepulangannya di teras rumah sambil membaca buku. Tidak di rumah Kala, atau bahkan di rumah mereka sendiri, Gemi memiliki perpustakaan sendiri dengan koleksi buku-bukunya. Gemi tersenyum melihat Ancala yang berjalan ke arahnya. Perempuan itu beranjak untuk menerima tas kerja lelaki itu. “Suamiku capek banget kayaknya.” Ancala memeluk Gemi sambil mencium pipi perempuan itu. Bagi Ancala, energinya akan kembali ketika sudah bertemu dengan sang istri setelah seharian bekerja. Rasa lelah itu seolah menguap begitu saja. Pelukan mereka terurai. Masih dengan memeluk pinggang sang istri, Ancala sedikit menjauhkan tubuhnya untuk menatap wajah Gemi yang halus. “Makan apa malam ini?” tanyanya, “lama nggak ke angkringan. Kangen nasi

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 44. Cinta Sejati

    “Kalian udah datang?” Ancala mendekati istri dan kedua adiknya dengan senyum kecil. Meskipun pagi tadi dia sempat kesal, tetapi setelah Gemi sekarang datang ke kantor, perasaannya menjadi sedikit membaik. Tatapannya mengarah pada ‘tiga tamunya’ yang tidak membawa apa pun. “Jadi belanjanya?” tanyanya. Perempuan yang dimaksud oleh Laksa tadi tidak mengikuti Ancala dan kembali lebih dulu. Gemi tidak bertanya siapa perempuan tersebut karena dia tahu kalau itu adalah sekretaris Ancala. Laksa pun sebenarnya juga tahu, tetapi dia hanya pura-pura untuk mengerjai Gemi. “Bang, aku laper banget, lho.” Laksa mengadu. “Aku laper, Bang.” Ulangnya lagi. “Kalian nggak makan dulu tadi?” Ancala mengernyit aneh menatap satu per satu saudaranya. “Istri Abang ngambek karena diajak desak-desakan. Jadi, nggak memedulikan aku yang kelaparan. Tapi, aku nggak mau makan di kantin ini. Abang tolong pesankan aku makanan yang enak, ya.” Laksa memang benar-benar membuat kakak-kakaknya kesal kalau sudah me

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 43. Perkara Sepatu

    “Gem, bangun!” Ancala menepuk paha sang istri pelan ketika sudah sampai di rumah. Mereka baru saja sampai rumah ketika Gemi tidak sadarkan diri, tidur. Sepanjang jalan, Ancala memegangi tangan Gemi takut-takut kalau istrinya itu terjatuh. Bukannya apa-apa, Gemi tidur sepanjang jalan sedangkan mereka menggunakan motor. Kebanyakan makan kepala ayam membuat Gemi lemas sepertinya. “Bang, aku nggak sanggup jalan. Gendong.” Dengan suara lemas, perempuan itu masih memeluk pinggang Ancala dengan erat takut jatuh. Matanya masih tertutup erat enggan untuk terjaga. Napas panjang Ancala terbuang kasar. Menikahi Gemi adalah impiannya, tetapi kalau sifat manja perempuan keluar, maka habislah dia. “Iya, tapi tunggu dulu deh. Aku turun dulu.” Ancala melepaskan tangan Gemi dari pinggangnya sebelum dia turun dengan pelan dari motor. Baru setelahnya menarik tangan Gemi agar istrinya itu naik ke gendongannya. Diam-diam Ancala tersenyum kecil. Terkadang istrinya itu memang menyebalkan, tetapi juga me

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 42. Pernikahan

    Perdebatan yang terjadi malam itu dianggap bukan apa-apa. Pernikahan antara Gemi dan Ancala bahkan akan segera dilakukan dalam waktu dua hari lagi. Pernikahan mewah itu akan dilakukan di outdoor di pinggir pantai. Tidak banyak yang diundang karena Gemi dan Ancala benar-benar memilih orang-orang terdekat mereka saja yang datang. Kabar pernikahan yang sudah merebak itu membuat banyak orang terkejut. Tidak pernah menyangka kalau Gemi dan Ancala akan menikah. Semua orang tahu jika Abimanyu dan Sambara group adalah saudara. Tentu saja hal itu menjadi perbincangan banyak orang. “Gimana rasanya mau menikah?” Denta datang ke rumah Ancala untuk sekedar menemani sahabatnya itu mengobrol. “Dan menikah dengan perempuan yang lo cintai?” “Setelah semua yang terjadi, tentu saja gue bahagia, Den.” Ancala memainkan kakinya yang ada di kolam renang, menimbulkan bunyi kecipak air. “Gue kira akan sulit mendapatkan restu dari para tetua.” Denial mengatakan itu merujuk pada nenek dan kakek Ancala, lela

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 41. Berbeda Pandangan

    “Kamu sudah benar-benar yakin akan menikah dengan Gemi, Bang?” Ramon meyakinkan sekali lagi kepada sang putra atas keputusan untuk meminang sang pencuri hati. Para tetua, nenek kakeknya sudah memberikan izin untuk mempersatukan dua keluarga yang seharusnya tetap menjadi keluarga yang sesungguhnya. Namun, mereka memilih untuk memberikan restu dan menyingkirkan segala ego yang ada. Dua anak manusia itu sudah tidak bisa dipisahkan, untuk apa lagi mereka menahannya dan akan berakhir buruk. “Aku udah yakin, Yah. Aku sudah berbicara dengan Gemi dan dia menerima lamaranku.” Senyum lebar tersemat di bibir Ancala dan wajah sumringah itu tidak bisa berbohong jika dia sangat bahagia. “Kalau begitu, Ayah dan Bunda akan berbicara kepada Papa Kala kalau kami akan segera melamar Gemi. Pikirkan juga kamu ingin menikah di mana? Outdoor atau indoor, masalah biaya jangan khawatir, semua biaya Ayah yang urus.” Rasa sayang Ramon yang diberikan kepada Ancala tidak surut sedikitpun sejak dulu. Lelaki it

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 40. Tidak Menepati Janji

    Setelah obrolan semalam, Gemi bangun tidur dengan perasaan yang terasa ringan. Hubungannya dengan sang ayah sudah membaik dan dia sudah memaafkan apa pun yang pernah sang ayah lakukan. Semua yang dilakukan oleh sang ayah semata untuk melindungi keluarganya. Suasana hati Gemi pun terlihat sangat baik seharian ini. Meskipun Ancala sejak tadi tak kunjung menghubunginya seperti yang sudah dijanjikan semalam, dia masih baik-baik saja. Seperti yang sudah Ancala bilang semalam, lelaki itu akan membicarakan masalah kerjaan dengan sang ayah. “Jadi, kamu mau balik kerja lagi?” Gemi yang baru saja duduk di sofa di samping sang bunda, segera mendapatkan pertanyaan tersebut. “Aku akan pikirkan lagi, Ma.” Sudah kebiasaan berada di rumah selama beberapa bulan, menjadikan Gemi enggan untuk kembali beraktivitas. “Tapi, Ma, Papa ngeluarin aku dari kantor dengan alasan apa, ya?” Benar, Binar pun tampaknya belum tahu tentang masalah tersebut karena dia tak pernah bertanya dengan Kala. “Mama juga

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status