Share

Part 2

last update Dernière mise à jour: 2023-05-10 18:42:47

"Mir, dari tadi kok nasinya belum dimakan," ujar bu Sartinah pada anaknya.

Mira menggelengkan keplanya "Belum lapar bu." Mira masih meringkuk diatas tempat tidurnya.

"Masa belum lapar, dari pagi kamu belum makan apa-apa. Nanti asam lambungmu naik." Mira masih bergeming dengan posisinya.

"Ya sudah kalau memang belum lapar, tapi nanti dimakan ya nak."

Bu Sartinah melihat raut wajah putrinya yang masih sendu. Nampaknya Mira masih belum bisa menerima yang terjadi saat ini. Wajarlah jika memang masih ada luka dihatinya. Mira dan Azam sudah cukup lama menjalin hubungan, memang tak semudah itu menerima kenyataan.

"Cincin tunangan dan semua seserahan sudah dikumpulkan bu?" tanya pak Herman pada istrinya yang sedang asik melipat pakaian yang sudah kering dijemur.

"Sudah pak."

"Bagus lah, biar nanti pak Gimin yang antarkan ke rumah bu Nurma. Pokoknya jangan sampai ada yang tidak dikembalikan, Bapak sudah tak mau berurusan lagi dengan mereka."

"Iya Pak ... Pak, Mira dari tadi pagi belum mau makan."

"Loh, memangnya kenapa?" tanya pak Herman bingung. Nampak ke khawatiran dari raut wajahnya.

"Nggak tahu, kalau Ibu tanya jawabnya belum lapar. Ibu jadi khawatir Pak." Pak Herman menganggukan kepalanya, ia cukup mengerti dengan situasinya.

"Nggak perlu khawatir, Mira akan baik-baik saja. Biar Bapak yang ngomong sama Mira bu." Herman mencoba menenangkan istrinya meski sebenarnya ia juga khawatir dengan kondisi Mira, pak Herman berjalan menuju kamar anaknya.

Sebenarnya hati pak Herman cukup khawatir dengan kondisi putrinya, namun ia tak mau menampkan ke khawairan pada keluarganya.

"Nak, kenapa belum dimakan nasinya atau mau makan yang lain?" tanya Herman yang mendekati anaknya diatas tempat tidur.

"Nggak usah Pak, Mira belum lapar." Herman menganggukkan kepalanya.

"Nggak apa-apa jika memang belum lapar, tapi kalau untuk menyiksa diri sendiri Bapak tidak setuju." Mira mulai terisak dengan tangis yang tertahan.

pak Herman menghembuskan napas kasar.

"Dengarlah nak, Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui," ucap pak Herman mencoba mengingatkan Mira.

Mira semakin terisak dalam tangisnya. "Maafin Mira Pak," Suara Mira terdengar lirih dalam isak tangisnya, ia berusaha menyambar tangan Bapaknya dan langsung menciumi punggung dan telapak tangan pak Herman.

"Iya, Bapak juga minta maaf ya nak. Semoga kelak kamu mendapatkan jodoh yang baik," ujar pak Herman. "Aamiin." Perkataan pak Herman langsung diaminkan oleh Mira dan bu Sartinah yang berjalan masuk ke dalam kamar menghampiri Mira dan juga pak Herman.

"Pak, di depan sudah ada pak Gimin."

"Tolong, minta menunggu sebentar bu," pinta pak Herman yang masih mencoba menenangkan anak gadisnya. Bu Sartinah mengangguk kemudian pergi menghilang dibalik pintu kamar.

"Pak Gimin, mau mengembalikan semua barang-barang dari mas Azam, ya pak," tanya Mira dengan suara lirih.

"Iya, Bapak ke depan dulu. Kamu lekas makan, kasihan lambungmu itu dibiarkan kosong terus." Pak Herman gegas berjalan menemui pak Gimin yang sedang bebenah.

Barang-barang sudah di kemas dengan baik ke atas mobil. Bu Sartinah sekali lagi mengecek semua barang-barang yang akan dikembalikan pada keluarga Azam.

"Sudah semua bu?" tanya pak Herman pada bu Sartinah.

"Sudah pak, tapi cicin ini biar dibawa sama pak Gimin ya, nanti setelah sampai bisa langsung diserahkan saja sama bu Nurma."

"Iya, baiknya memang begitu."

Pak Gimin bersiap-siap berangkat mengantar barang ke rumah bu Nurma.

"Saya pamit berangkat dulu biar tidak terlalu sore," pamit Pak Gimin pada pak Herman dan bu Sartinah.

"Iya, pak. Saya minta tolong dikembalikan semua barang tersebut pada bu Nurma," ucap pak Herman tegas.

"Iya, pak. Assalamuaalaikum," sahut pak Gimin kemudian menghidupkan mobilnya melaju meninggalkan rumah pak Herman.

"Walaikumsalam," ucap pak Herman dan bu Nurma berbarengan.

***

"Permisi bu saya mau mengembalikan barang-barang dari pak Herman."

"Sebentar saya cek dulu, barangnya ada yang kurang atau tidak," ucap bu Nurma ketus.

Ia berjalan mendekati mobil yang dibawa pak Gimin. bu Nurma mengecek semua barang tidak terlewatkan satupun.

"Cincinnya, mana pak?" tanya bu Nurma sedikit meninggikan suaranya.

"Ini bu, cincinnya saya bawa." Pak Gimin menyerahkan sebuah kotak perhiasan berisi cincin pada bu Nurma.

Dengan sigap wanita paruh baya tersebut mengambilnya dari tangan pak Gimin. Bu Nurma membuka kotak tersebut lalu memeriksanya. Saat dirasa semua sudah lengkap ia memanggil art di rumahnya.

"Mba Rus, tolong bantu masukan semua barang ini ke dalam rumah. Ingat hati-hati, kalau sudah selesai semua barangnya bungkus kembali dengan rapih untuk seserahan ke bu Lilis."

Pak Gimin melongo dengan perkataan bu Nurma. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar tidaklah salah. Tak lama setelah bu Nurma memanggil Art di rumahnya keluar mba Rus untuk membantu pak Gimin.

karena rasa penasarannya pak Gimin memberanikan diri untuk bertanya pada mba Rus yang tengah membantunya mengeluarkan semua barang seserahan dari dalam mobil.

"Mba, tadi saya dengar barang-barang ini mau di kemas lagi untuk seserahan untuk bu Lilis, apa mas Azam akan melangsungkan lamaran lagi?" tanya pak Gimin dengan sangat hati-hati agar tak salah bicara.

"Hmmm ...!" Nampak keraguan pada wajah mba Rus saat akan menjawab pertanyaan pak Gimin.

"Iya, Ibu bilang, mas Azam akan melamar mba Ayu anaknya bu Lilis. Semua barang seserahan ini akan dikemas untuk acara lamaran nanti."

Pak Gimin kaget bukan kepalang mendengar penjelasan mba Rus.

"Memang kapan acaranya Mba?" tanya pak Gimin lagi.

"Kurang tahu, sudahlah pak jangan banyak tanya lagi, nanti saya bisa kena semprot sama bu Nurma."

Bersambung.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Batal Nikah Membawa Berkah   Bab 16

    "Gimana bu, apa semua berjalan sesuai rencana?" tanya Azam saat bu Nurma datang menjenguknya disel tahanan."Ridho kecelakaan, pak Herman sampai meninggal dunia," ucap bu Nurma tersenyum."Bagus, hanya dengan satu tepukan, ada dua lalat yang terperangkap, kerja Ibu memang sangat hebat," balas Azam tersenyum sinis."Kamu salah, ada orang lain yang sudah melakukannya lebih dulu. Ibu bahkan tak melakukan apapun. Baru saja Ibu akan melaksanakan rencana kita, siapa sangka Ridho sudah mendapatkan balasannya sendiri. Pak Herman terkena serangan jantung saat mendengar kecelakaan Ridho. Dunia ini sedang berpihak pada kita," tutur bu Nurma dengan rasa bangga seolah balas dendamnya telah terlaksanakan."Jadi semua ini bukan ulah Ibu ... baguslah kalau begitu, lalu bagaimana dengan Mira, apa dia terlihat begitu menyedihkan karena kehilangan orang tuanya dan tidak jadi menikah dengan Ridho?" tanya Azam yang penasaran dengan kondisi Mira."Mira memang tidak jadi menikah dengan Ridho, tapi pernikaha

  • Batal Nikah Membawa Berkah   Bab 15

    "Dok, pasien bernama Ridho yang dirawat di ruang ICU sepertinya mulai sadarkan diri," ucap suster jaga yang saat itu bertugas memeriksa kondisi Ridho."Apa kamu yakin sus?" tanya Dokter seakan tak percaya dengan ucapan suster tersebut."Saya sangat yakin, Dok. Saat tadi memeriksanya, tubuh pasien merespon dengan sangat baik, sesekali jarinya terlihat bergerak," tutur suster jaga yang telah mengecek kondisi Ridho."Kalau gitu, suster temani saya untuk memeriksa kembali keadaan pasien!" Seru sang Dokter yang di angguki suster perawat.Mereka berjalan cepat menuju ruang ICU dimana Ridho tengah dirawat, suster membawa peralatan yang diperlukan dokter untuk memeriksa pasien. Terlihat Ridho masih terbaring lemah diatas ranjang, dengan cekatan Dokter mulai memeriksa kondisi Ridho dengan teliti."Mir, Mira," Rhido mengigaukan nama Mira disela sela kesadarannya."Alhamdulilah sus, ini sebuah ke keajaiban. Kondisi pasien mulai membaik bahkan ia sudah mulai siuman, tadinya saya pikir pasien ini

  • Batal Nikah Membawa Berkah   Bab 14

    "Mir!" Seru pak Yudi pada Mira yang sedang duduk bersama Ibunya."Iya, om. Apa semuanya sudah selesai diurus? Sebaiknya kita bawa Bapak kerumah untuk dishalatkan terlebih dahulu," ucap Mira pada pak Yudi."Engga nak, sebaiknya almarhum Bapakmu langsung dibawa ke mesjid dekat rumah untuk dishalatkan disana," sanggah bu Sartinah."Ya sudah, dibawa ke mesjid dulu baru dibawa ke rumah," tutur Mira pada Ibunya."Nggak, nak. Setelah dishalatkan Bapakmu akan langsung dimakamkan," sanggah bu Sartinah kembali."Loh, memangnya kenapa nggak dibawa ke rumah bu?" tanya Mira pada ibunya, ia sampai mengerutkan alis karena pernyataan bu Sartinah."Orang rumah sedang mempersiapkan pernikahanmu, sebaiknya Bapakmu langsung dimakamkan saja," jawab bu Sartinah enteng."Mempersiapkan pernikahan? Maksud ibu apa? Mas Ridho saja masih terbaring kritis di rumah sakit ini, bahkan Bapak saja belum sempat dimakamkan. Apa pantas Ibu berkata seperti itu," tutur Mira yang tersulut emosi pada Ibunya. Bahunya terlihat

  • Batal Nikah Membawa Berkah   Bab 13

    Keadaan semakin kacau saat pak Herman terkena serangan jantung, ia masih terkulai lemas diatas tempat tidurnya. Sementara Mira masih terbaring dengan alat infus yang menempel ditanganinya, Bu Sartinah hanya bisa menangis melihat keadaan anak dan suaminya.Bu Sartinah masih belum mendapatkan kabar kembali tentang Ridho. Kabar terakhir yang ia tahu jika saat ini Ridho dalam keadaan kritis. Hari yang harusnya menjadi kegembiraan untuk Mira dan keluarganya menjadi hari kesedihan untuk Mira dan semua anggota keluarga."Enghhh," suara lenguh pak Herman yang mulai sadarkan diri."Alhamdulilah, Bapak udah sadar," ucap bu Sartinah yang merasa sedikit lega."Mira sama Ridho, gimana bu?" tanya pak Herman pada istrinya yang terlihat sembab karena tak henti menangis."Sudah, Bapak tak perlu banyak pikiran. Sekarang Bapak istirahat saja dulu, biar kondisi Bapak cepat membaik," tutur Sartinah yang masih khawatir akan kondisi suaminya."Bapak ingin bicara dengan pak Yudi," ujar pak Herman dengan sang

  • Batal Nikah Membawa Berkah   Bab 12

    "Gimana keputusan sidangnya Mir?" tanya pak Herman."Azam terbukti bersalah sudah menyebarkan berita bohong dan mencemarkan nama baik Mira. Sekarang Azam ditahan karena perbuatannya," ucap Mira yang sebenarnya merasa iba dengan keputusan hakim terhadap Azam."Syukurlah, kalau gitu kamu bisa fokus sama pernikahan kamu.""Iya, pak. Semoga nggak akan ada hambatan lagi," tutur Mira dengan nada yang sedikit sendu."Semoga, kamu juga tidak menyesal atas tindakanmu pada Azam," sindir pak Herman yang seakan mengetahui isi hati Mira.Mira hanya mendongak ke arah pak Herman, yang berlalu masuk ke dalam kamar setelah menyindirnya.'Benarkah? Apa aku memang menyesali perbuatanku pada Azam?' tanya batin Mira pada dirinya sendiri.Tidak bisa dipungkiri, Azam pernah menempati ruang istimewa dihati Mira hingga bertahun-tahun lamanya. Namun menurut Mira, ini bukan lagi rasa perduli karena masih mencintainya, melainkan rasa iba semata, karena mereka pernah sangat dekat."Mir," sapa bu Sartinah yang men

  • Batal Nikah Membawa Berkah   Bab 11

    "Mau kemana Mir?" tanya Pak Herman, kala melihat anaknya yang sudah berpakaian rapih."Mira, mau ke kantor polisi, Mira dimintai keterangan mengenai laporan mas Azam, tempo hari, pak.""Mau pergi sama siapa? Apa perlu Bapak antar?" "Nggak usah pak, Mira pergi bareng mas Ridho. Katanya sudah di jalan, sebentar lagi juga sampai.""Semoga masalahnya cepat selesai," ujar pak Herman."Aamiin," sahut Mira dengan senyum mengembang.Tak lama kemudian, terdengar suara mobil yang berhenti di depan rumah Mira."Mira berangkat dulu, pak," pamitnya pada pak Herman."Ridho, nggak ditawarin minum dulu Mir?""Nanti saja pak, waktunya mepet. Ridho sama Mira, diminta cepet datang ke kantor polisi," jawab Ridho dengan sopan, tangannya mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan pak Herman."Ya sudah, kalian berdua hati-hati. Jangan sampai kebut-kebutan bawa mobilnya."*Bu Nurma terlihat gusar dan terus mundar mandir tak tentu arah, sesekali ia melihat handphone miliknya."Bu, udah dong. Jangan mondar m

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status