Share

part 8

Ridho dan Mira menoleh ke arah suara tersebut.

"Mas Azam," ucap Mira lirih.

"Apa yang sudah kalian lakukan di dalam mobil," tanya Azam dengan wajah merah padam.

"Maksudnya?" tanya Mira dengan wajah yang bingung.

"Jangan kalian kira aku tak tahu dengan apa yang kalian lakukan di dalam mobil, aku tak menyangka kalau kamu begitu rendahan, Mira."

"Jaga bicara anda, pak Azam. Fitnah anda itu lebih buruk dari orang yang telah membunuh saudaranya sendiri." Ridho mengepal lengannya dengan penuh emosi.

"Fitnah, apa menurutmu yang baru saja aku lihat itu hanya fatamorgana, atau hanya hayalanku saja."

"Memang apa yang anda lihat itu, dengar Azam, saya bisa melaporkan anda atas tuduhan pencemaran nama baik. Apa yang anda tuduhkan kepada kami sangat tidak benar." Ancam Ridho yang tak main-main pada Azam.

"Tak usah meladeninya, Mas. Lebih baik kita masuk saja. Kita cuma buang-buang waktu kalau terus meladeninya disini," ucap Mira yang langsung menarik tangan Ridho masuk ke dalam Mall.

"Mira, aku belum selesai bicara, Mira." Teriak Azam yang ditinggal begitu saja.

'Melaporkan, bisa-bisanya Ridho mengancamku. Mereka itu sok suci. padahal, sudah sangat jelas aku melihat perbuatan mereka di dalam mobil,' gerutu Azam dalam batinnya.

Sementara Mira tak menghiraukan teriakan Azam yang terus memanggilnya dari belakang. Mira terus melangkah ke dalam Mall bersama Ridho.

'Rendahan dia bilang, justru dirinya yang terlihat sangat rendah,' gerutu Mira yang semakin muak dengan mantan kekasihnya itu.

"Jangan terlalu dipikirkan ucapan Azam tadi," ujar Ridho.

"Iya, Mas," ucap Mira sambil melemparkan senyuman kearahnya.

Sebenarnya perasaan Mira sangat terluka dengan perkataan dan tuduhan Azam yang dilontarkan padanya. Namun sebisa mungkin ia tak mau menitikan air mata lagi untuk pria seperti Azam. 

Sungguh terlalu berharga jika air matanya terurai hanya karena seorang Azam. Mira dan Ridho mulai mencari perlengkapan untuk seserahan nanti. Mereka terlebih dahulu masuk ke butik yang berada di dalam Mall. Mira mulai memilah dan memilih baju yang bagus untuk seserahan.

"Mas yang ini bagus tidak," tanya Mira dengan memegang baju yang ditunjukan pada Ridho.

"Bagus, tapi dicoba dulu saja bajunya."

"Tunggu ya Mas, aku coba dulu bajunya," pinta Mira sambil membawa baju tersebut ke ruang ganti sesaat kemudian diikuti oleh Ridho yang menunggu Mira di depan ruang ganti.

Mira mencoba menanggalkan pakaiannya, lalu mengganti dengan baju yang tadi dia pilih. Ia berputar di depan cermin melihat baju yang tengah ia kenakan. Sesaat kemudian Mira membuka pintunya untuk menunjukan baju yang ia kenakan pada Ridho.

"Bagus tidak Mas, apa terlalu terlihat kurus," tanya Mira yang sedikit tidak percaya diri mengenakan baju tersebut.

Ridho masih bergeming karena kagum melihat Mira yang sangat cantik menggunakan baju tersebut. 

"Mas," panggil Mira yang mengagetkan Ridho.

"Eh, maaf. Sudah bagus kok terlihat cantik," ujar Ridho yang membuat Mira merasa malu sekaligus senang dengan pujian calon suaminya.

Mira mencoba beberapa pakaian yang ia pilih tak lupa membelinya. Selesai membeli beberapa pakaian mereka berpindah ke toko sendal dan sepatu.

Mira disibukan mencari keperluan seserahan berjalan kesana kemari bersama calon suaminya. Ridho juga sangat cekatan membantu Mira memilih keperluan tersebut.

"Udah semua," tanya Ridho, Mira memeriksa kembali barang yang telah mereka beli.

"Udah, tapi kaya ada yang kurang. Apa ya?" Mira mengingat yang masih belum terbeli sambil terus mengecek barang bawaannya.

"Kosmetik, kita belum membeli kosmetik Mas."

Ridho yang mengerti langsung mengajak Mira ke toko kosmetik. Tanpa berlama-lama Mira langsung membeli B-erl kosmetik kesayangannya. Sudah sejak lama Mira sangat menyukai B-erl kosmetik karena membuat kulitnya semakin sehat dan bersinar.

Semua barang keperluan seserahan sudah mereka beli. Ridho dan Mira cukup kelelahan setelah mundar mandir di dalam Mall untuk mencari keperluan seserahan membuat perut mereka keroncongan.

Langkah mereka terhenti di depan tempat makan yang ada di dalam Mall tersebut.

"Mau makan apa Mir?" tanya Azam yang sedang asik melihat menu.

"Samain aja Mas."

"Ayam bakarnya dua sama es lemon teanya dua," ujar Ridho pada pelayan tempat makan.

Mira yang dari tadi terlihat santai seketika wajahnya berubah merah padam menahan amarah saat melihat benda pipih yang sedang ia pegang.

"Kenapa Mir?" tanya Ridho yang mulai merasa ada perubahan pada Mira.

"Umm ... ini." Mira menyodorkan benda pipih yang sedang ia genggam pada Ridho.

Ridho meraih benda pipih yang diberikan oleh Mira. Matanya membulat sempurna saat melihat beberapa foto Ridho dan Mira yang dirasa tak pantas telah disebarkan dalam grup reuni SMA.

Sangat jelas itu foto Ridho dan Mira yang berada didalam mobilnya. Namun foto tersebut nampaknya telah diedit hingga nampak tak pantas untuk dilihat.

"Azam sudah sangat keterlaluan, semakin dibiarkan semakin menjadi," ujar Ridho geram.

"Terus kita harus apa?" tanya Mira dengan polosnya.

"Aku akan menyeret Azam ke jalur hukum, karena perbuatannya sudah sangat diluar batas. Nanti aku coba hubungi pak Tio untuk membicarakan masalah ini lebih lanjut."

"Apa Azam akan masuk penjara?" tanya Mira kembali.

"Kemungkinan, iya. Apa Mira merasa keberatan kalau Azam sampai ditahan?"

"Ahh ... nggak sama sekali nggak, Azam memang harus ditindak tegas, kalau tidak dia akan selalu seenaknya pada kita. Lagi pula, kenapa mas Ridho berbicara seperti itu?" 

"Bagaimanapun Azam pernah singgah dalam hidupmu," Ridho merasa cemburu pada Azam. 

Ridho berpikir jika Mira masih sangat mencintai Azam. Bukan hal yang mudah membuang rasa cinta pada seseorang setelah bertahun-tahun bersama. Padahal rasa cinta Mira untuk Azam sudah hilang karena terus dikikis olehnya.

"Itu hanya masa lalu, mas Azam sudah mempunyai istri lagi pula aku juga akan segera menikah dengan mas Ridho."

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status