"Risma mau sampai kapan kau seperti ini? Bukankah dulu kau yang bilang ibuku adalah ibumu. Tapi kenapa sekarang jadi perhitungan dengan ibuku, dia hanya pinjam kuali, jangan bertingkah seolah dia pinjam emas batangan."Aku menatap mas Bayu yang berdiri di depan pintu. Berusaha membujuk agar aku tetap akur dengan ibunya, tanpa dia memikirkan bukan hanya satu pihak yang seharusnya diminta tapi ibunya juga."Iya mas, hanya kuali, tapi apa kau lupa hampir semua kuali kita. Tepatnya kualiku berpindah ke rumah orang tuamu? Dulu niatku beli barang-barang itu untuk aku sewakan, kalau ada acara besar di kampung ini. Tapi apa? semua dipinjam yang akhirnya tidak pernah kembali sampai sekarang."Mas Bayu terdiam, mungkin dia kira aku diam karena melupakan apa yang diambil ibunya dariku."Sudahlah, semua sudah terjadi tapi aku pastikan ini terakhir kalinya ibumu mengambil barang dari rumah ini. Dan kau sudah kehabisan waktu yang aku berikan agar kau berubah."Aku mengambil bantal dan selimut, ka
"Ibu bisa masuk kalau berniat baik, tidak perlu teriak-teriak. Seharusnya pulangkan kuali yang baru bukan yang lama, kecuali kuali lama tidak lagi bisa digunakan."Aku menatap tajam ibu mertuaku terlihat dia gugup, sedang mas Bayu tampak marah karena aku mulai kurang ajar."Risma jangan keterlaluan, bagaimanapun dia ibuku. Kau tidak bisa melarang karena apa yang kau punya itu juga punyaku."Akhirnya mas Bayu bisa bicara juga setelah sekian lama. Sayang di waktu dan tempat yang tidak tepat."Sudahlah Bayu percuma bicara dengan istrimu. Akhirnya aku tau sifat aslinya, menyesal aku mengijinkan kau menikah dengannya."Bagai disambar petir aku mendengar ucapan ibu mas Bayu. Untuk pertama kali melihat wanita itu dengan sosok aslinya, ternyata tidak perlu lagi rencana A tapi langsung ke rencana B. Bapak dan ibu memang harus datang karena harus melihat sendiri keluarga besannya."Ibu benar-benar menyesal punya menantu aku? Baiklah katakan sekali lagi, maka ibu akan melihat apa yang akan terja
"Bapak membeli ini untuk Risma dan mas Bayu?"Aku hampir pingsan saat melihat rumah dua lantai yang ada di hadapanku. Bagaimana tidak ini akan membuat mas Bayu dan keluarganya merasa berada di atas awan."Iya tapi belum deal, kan menunggu persetujuanmu dan Bayu. Apa rumah ini cocok atau tidak, tapi menurut kami ini jauh lebih bagus dari rumah peninggalan mertuamu yang sekarang kalian tinggali."Tentu saja rumah ini jauh lebih bagus, rumah baru dua lantai. Sudah lengkap dengan perabotan baru juga, kalau jadi bisa langsung masuk tanpa perlu bawa barang lama."Rumah ini bagus, Pak. Tapi sebelum mengambil rumah ini bisa kita bicara terlebih dahulu."Aku harus menceritakan dulu semua yang telah terjadi dan juga keputusan yang akan aku ambil nantinya. Semoga bapak dan ibu mengerti, karena aku sudah benar-benar lelah menghadapi mas Bayu dan keluarganya."Apa itu sudah keputusan final yang akan kau ambil, Nak?"Bapak tampak sedih setelah mendengar penjelasanku, tapi dia berusaha kuat itu membu
"Dasar miskin, datang kerumah anak dan menantu tidak bawa apa-apa. Percuma aku tunggu dari tadi."Masih terdengar suara ibu mertua yang mengomel. sebab bapak dan ibu tidak membawa oleh-oleh, kan kami tinggal di rumah yang baru jadi oleh-oleh itu di tinggal di sana.Kami semua tersenyum mendengarnya. Memangnya enak dikerjai, orang serakah memang pantas di beri pelajaran seperti itu biar kapok.Aku dan Dania membereskan barang-barang yang hendak dibawa. Terutama semua berkas yang akan dibutuhkan untuk mengugat mas Bayu, kalau dia tidak berubah juga apa boleh buat terpaksa mengambil jalan terakhir yaitu cerai."Cukup tidak perlu dibawa yang lainnya anggap sedekah. Yang penting ini simpan dalam mobilmu."Hanya beberapa baju, seprai dan tas berisi surat-surat penting termasuk buku nikah dan kartu keluarga juga yang aku bawa pergi.Setelah itu kami duduk-duduk menikmati makanan yang di pesan online Dania. Bapak dan ibu tampak senang, meski berkali-kali ibu bilang tidak sabar menunggu malam t
"Sudah langsung saja apa maksudmu sebenarnya. Kau kan istri Bayu, iklaskan saja hitung-hitung bapakmu bantu anak dan menantunya." Ibu tampak sangat marah sedangkan aku belum selesai bicara. Dia sudah sangat takut rupanya."Ibu benar awalnya bapak juga berpikir begitu. Tapi aku mendengar kalian membuka hutang baru, dengan mengadaikan rumah ibu ini. Dan lagi-lagi cicilannya dilimpahkan ke mas Bayu."Kali ini mas Bayu yang berdiri dari duduknya tanpa perduli rasa hormat kepada bapak dan ibuku lagi."Kau hanya istri tidak perlu ikut campur urusan keluarga kami. Anak lelaki bertangungjawab kepada ibunya, jadi jangan mencegahku membahagiakan ibu."Mas Bayu berkata dengan nada keras. Bapak dan ibu sampai berdiri, tapi aku menahan agar mereka kembali duduk."Karena itu mas aku datang kemari. Ini ATM mu aku kembalikan, hutang bapakmu lunas dan uang bapak juga sudah aku kembalikan. Bang Togar sudah setuju, memberi pinjaman untuk membayar uang bapak dengan mengadaikan rumahmu itu. Hutang bapakmu
"Bawa masuk semua pak, hati-hati jangan sampai rusak kami beli mahal semua ini."Ibu berkata dengan sombong, aku tau ibu tengah mengejek mas Bayu dan ibunya."Jangan sentuh biar mereka yang bawa masuk. Kalian ada apa datang kemari? Bukankah sudah dengar yang di katakan bapak semalam."Ibu berdiri menatap mas Bayu setelah memukul tangannya, agar tidak ikut mengangkat barang masuk kedalam rumah."Bu tolong kita bicarakan semuanya dengan baik-baik. Bagaimana pun Risma masih istri Bayu, tidak pantas dia pergi meninggalkan rumah dan memilih ikut bersama orang tuanya."Kali ini ibu berhadapan dengan mertuaku langsung, aku jadi takut akan ada perang baratayuda kali ini."Memangnya kenapa? Kalau Bayu bisa menghabiskan gajinya untuk bayar hutangmu tanpa memberi nafkah istrinya. Kenapa Risma tidak boleh pulang kerumah orang tuanya, jika sudah tidak sanggup hidup bersama anakmu."Kedua wanita itu mulai beradu mulut kalau begini sebentar lagi pasti akan terjadi adu jotos antara kedua wanita itu."
Seorang pria menutup pintu belakang mobil pick up setelah ibu memberi tanda. Kembali ibu memukul mobil bagian samping, mobil pun melaju meninggalkan rumah kami dengan di iringi teriakan mertuaku.Sakit gak tuh mendapat pembalasan dari menantu dan besan yang katanya miskin. Yuk ikuti cerita ini dan dukung dengan cara memberikan ulasan bintang lima dan klik vote,, juga simpan buku untuk di baca. Terima kasih."Sejak kapan tikar itu ada di atas mobil, sepertinya tadi tidak ada?"Aku melirik Dania yang terlihat cekikikan dan tersenyum lebar. Sedang ibu hanya tertawa melihat bapak yang mengelengkan kepala."Ibu memang luar biasa bisa terpikir begituan, di saat dan waktu yang singkat. Dania juga seperti punya telepati bisa tau pikiran ibu."Kami berempat tertawa mendengar ucapan bapak. Tapi memang cukup aneh karena aku dan bapak tidak mendengar ibu bicara, tapi Dania bisa paham hanya dengan melihat mata ibu."Makanya kalian harus belajar, bagaimana caranya mengahadapi orang-orang licik seper
"Mana ada saldo sebanyak itu, mbak. Dirumah makannya saja kangkung, tempe dan ikan asin. Bermimpi belanja sebanyak itu."Ucapnya mengejek kali ini semua orang tertawa. membuat seorang pria yang mungkin supervisor atau manager menghampiri anak buahnya."Ada apa Desi?"Gadis itu tampak cemas lalu menyerahkan kartu bapak. Pria itu mencoba menggesek karena kasir bilang mesin tidak berfungsi, pria itu tersenyum dan meminjam mesin di sebelah."Maafkan kami mesin mengalami kerusakan. Sekarang sudah bisa melakukan pembayaran."Aku tersenyum dan menatap mbak Ana yang tampak pucat, mungkin dia tidak menyangka aku bisa belanja sebanyak itu. Dia masih tidak percaya, saat dua orang pria membantu membawakan belanjaan kami ke mobil Dania."Belanja bulanan selesai selanjutnya kau bisa beli motor atau mobil, Ris. Jadi orang kaya jangan terlihat miskin yang miskin aja pura-pura kaya, kau yang kaya pura-pura miskin."Dania berkata cukup keras meski berada tepat di depan mbak Ana. Membuat wanita itu tamp