Beranda / Rumah Tangga / Bayangan Cinta / Tentang Kara dan Garvin

Share

Tentang Kara dan Garvin

Penulis: Azura One
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-12 15:29:17

Ting... Pintu lift baru terbuka ketika pengguna lift di belakang Kara menabrak tubuhnya, Membuat Kara terhuyung ke samping.

"Aduh ...." Refleks sepasang netra Kara melotot ke arah penabrak. Pria itu sengaja melakukannya, dia membalas dengan sudut bibir mengarah ke atas.

"Kau menghalangi jalanku!" katanya datar, Kara baru akan memaki ketika mendengar perkataan petugas lift.

"Silakan, Bapak Garvin!" 

Bu Mira sudah menyampaikan ke saya berapa waktu lalu, Profil anda pun sudah dikirimkan oleh beliau. Saya juga sudah mempelajarinya. Anda beruntung saat ini posisi Customer Service di ruangan CEO sedang kosong. Anda akan menempatkan posisi sebagai Staf dari CEO, Prabu Garvin. Saya akan menghubungi Daniel untuk mengatur jadwal interview anda.

Perkataan bapak Agus kembali tergiang di telinga Kara. "Apakah pria tadi adalah bapak Garvin, CEO perusahaan ini?" tanya Kara kepada petugas lift.

"Benar sekali, Bu. Lift pribadi Pak Garvin sedang rusak. Sehingga beliau harus menggunakan lift karyawan,"

Ting

Lift telah menyentuh lantai basement, Kara keluar dengan pikiran mengenai Garvin. "Sepertinya bukan atasan yang baik," keluhnya dalam hati.

Untuk pertama kali menginjakkan kaki di gedung Paraduta Group. Kara merasa tidak nyaman, tapi tak apalah, Demi angka-angka menjanjikan yang tertera dalam surat perjanjian kerja. Dia bertekad untuk bertahan. Kehidupannya dulu bahkan lebih buruk dari ini. Pengalaman bekerja di Paraduta Group akan menjadi kartu AS, Jika Kara ingin bekerja di tempat lain.

Garvin berbalik arah, terlambat. Lift telah menutup membawa wanita yang menyeretnya kembali ke masa lalu. Wanita yang memiliki kemiripan sekali dengan mendiang istrinya, Amara. Sosok yang pergi meninggalkan dunia, membawa separuh hidup Garvin. 

"Apakah hari ini, Kamu tidak bisa mengantar ku ke perayaan pernikahan Albert dan Riana?" tanya Amara pada suatu sore lima tahun lalu,"

"Maafkan, Honey. Klien ku mengajak bertemu pada hari ini, aku sungguh menyesal tidak bisa menemani mu,"

"Bukankah ini hari minggu, honey?"

"Iya, memang bukan pertemuan formal tapi pertemuan ini penting untuk meningkatkan hubungan aku dengan tuan Austin,"

"Kamu selalu sibuk, hon," bibir Amara manyun menggemaskan. Membuat Garvin tak tahan ingin mencumbunya seperti malam panas yang sering mereka lalui. Dia tentu saja harus mengurungkan niatnya karena Amara sedang dalam kondisi merajuk.

"Pekan depan aku berjanji akan mengajak mu liburan, bagaimana honey?"

"Kamu berjanji?"

"I'am promise, honey." Amara memeluk Garvin erat, mereka tertawa ketika perut Amara menghalangi dekapan yang terjalin. 

Amara sedang mengandung empat bulan saat kecelakaan itu terjadi. Sebuah truk kontainer menerobos dari jalur lain, hujan lebat yang turun membuat jalanan licin. Seorang pengendara motor yang menyalip truk secara tiba-tiba. Membuat sopir truk kehilangan kendali sehingga memasuki jalur tempat dimana Amara berada dalam kendaraan.

Truk menghantam tepat di sisi Amara duduk, sopir keluarga mereka selamat. Tidak dengan Amara dan calon buah hatinya, dia tewas seketika. Hari saat kecelakaan itu terjadi adalah hari menghilangnya senyum kebahagiaan dalam diri Prabu Garvin.

Janji pada Amara tak akan pernah dia tepati, sebuah janji yang membuat jiwa lelakinya menangis. Meratapi penyesalan mengapa tak mengantar Amara pada hari kecelakaan itu. Hari-hari Garvin selanjutnya dihabiskan dalam pekerjaan. Dia seakan tak puas bekerja, Jiwanya haus untuk menyelesaikan semua proyek dan tender.

Kesibukan menyita pikirannya untuk memberi ruang akan kepergian Amara. Dia selalu bersikap seakan Amara masih ada. Lima tahun dengan bekerja dan bekerja, Garvin berhasil membesarkan Paraduta Gruop. Membuka banyak lapangan pekerjaan dan mengukuhkan perusahaan ini di level atas.

Keringat mengalir dalam kening Garvin, Pendingin udara di mobil tetap tak berhasil mendinginkan gejolak dihatinya. Wanita itu sangat mirip dengan Amara. Jika saja dia sedang tidak terburu-buru menghadiri jamuan salah satu kolega. Garvin pasti memilih mengejar wanita dalam lift tadi.

"Apakah dia salah satu karyawan? mengapa aku tak pernah melihatnya, apakah karyawan lain tidak ingat betapa miripnya dia dengan mendiang Amara, mengapa tidak pernah aku mendengar ada yang membicarakan hal ini" batin Garvin terus bertanya-tanya. Selanjutnya dia mengusap wajahnya mencoba menenangkan diri.

Sudah lima tahun berlalu, karyawannya sudah banyak berganti. Siapa juga yang berani mengusik kehidupan pribadi Garvin, terlebih bila menyangkut mendiang Amara.

Mobil Garvin melesat menembus jalanan, Melewati mobil mungil wanita berparas cantik dengan tatapan kelam di dalamnya. Kara sedang menuju ke suatu tempat, dimana dia merasa harus menceritakan suatu kisah di tempat itu.

Kara berhenti di toko bunga membeli dua buket mawar, Dulunya buket mawar ini selalu menghiasi sudut ruang keluarga bapak Abi dan bu Mira. Perkebunan bunga milik pasangan tua itu selalu rutin mengirimkan kepada pasangan baik budi ini. Sekarang perkebunan bunga itu dihibahkan kepada sebuah yayasan yang berada tidak jauh dari perkebunan. Yayasan yang membantu anak-anak disabilitas untuk sekolah.

Keluarga yang tak pernah dilihat Kara berbondongan datang ke pemakaman. Mereka meratapi kepergian pada hari pemakaman, selanjutnya bersitegang memamerkan urat di leher masing-masing. Mengaku memiliki hubungan darah dengan pak Abi dan bu Mira. Beberapa dari mereka terkesiap ketika seseorang yang mereka anggap pembantu mendapatkan sedikit bagian dan sebuah mobil mungil.

Perjanjian berlandaskan hukum  yang melindungi peruntungan Kara. Memberi dia kehidupan untuk bertahan. Warisan yang telah disahkan secara hukum membuat mereka yang mengaku keluarga tidak bisa mengambil apa yang telah menjadi hak Kara.

Langkah kaki Kara menapak tanah pemakaman. Dia meletakkan sebuket mawar pada masing-masing makam. Hatinya merindu pada dua sosok yang hadir pada empat tahun terakhir dalam kehidupan Kara. Mereka yang menghembuskan kehidupan baru dan membangkitkan kepercayaan diri yang sempat menghilang.

"Terimakasih bantuannya bu Mira dan pak Abi. Semoga mendapatkan tempat terbaik," Lirih suara Kara. 

Dia akan selalu ingat pada kalimat ketus bu Mira, memaksa dirinya kuliah kala itu. Ketika harga diri dan kepercayaan pada kemampuan diri sendiri menghilang. Kata-kata pedas itu mencambuk dirinya. Memecut semangat untuk bangkit. Kara berdiri dan menerima tantangan bu Mira dan pak Abi. Dia melanjutkan kuliah, bergabung dengan mahasiswa yang lebih muda. Memacu diri berkompetisi untuk mendapatkan nilai terbaik.

Bu Mira selalu memecut dirinya dengan kata pedas tapi bermakna. Membuat Kara selalu menanti setiap  petuah dari bu Mira. kepercayaan diri Kara kembali, dia tahu sekarang kalau dirinya berharga. Kekerasan dalam rumah tangga akan terus menjadi bagian dari masa lalu.

Bahkan Kara baru menyadari dia mengalami KDRT dari bu Mira, Selama pernikahan Kara merasa pantas diperlakukan demikian atas ketidakbecusan menyenangkan suami. Melihat pernikahan bu Mira dan pak Abi serta mengenang kembali orangtuanya. Mira tahu dia tidak pernah salah, Bastian lah yang salah.

Di pemakaman ini juga, Kara mengabarkan kepada orangtuanya bahwa dia telah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Tahun ini adik keduanya akan menempuh bangku kuliah dengan penghasilan sekarang, Kara yakin dia bisa membiayainya.

Suara bahagia bapak dan ibunya menyiram subur bunga di hatinya. Kata-kata mereka lah yang menjadi api penyemangat bagi hidup Kara. Hari mulai menanjak sore ketika dia berdiri dari posisi duduk di sebelah makam pak Abi dan bu Mira. Kara akan segera pulang

Langkah jenjang kaki Kara semakin percaya diri, Dia harus siap menyongsong hari besok. Menegakkan dagu dan tidak membiarkan siapapun menyakiti lagi. Dia harus kuat karena seorang Kara adalah wanita berharga. Dia mengulang kalimat yang selalu diucapkan bu Mira, ya dia sangat berharga.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bayangan Cinta   Undangan untuk mantan mertua

    Kara memandang kediaman mendiang Bastian. Ia tak menyangka akan kembali lagi ke sini. Bayangan masa lalu menghampiri kala diperlakukan bagai pembantu oleh keluarga suami pertamanya. Ibu mertua yang kerap menghina habis-habisan terlihat sedang menyapu teras rumah. Gerakan terhenti saat mobil Reinhard berhenti di depan pintu pagar rumah. "Parkir di sini saja, Sayang, kita hanya mengantarkan undangan untuk mantan mertuaku dulu," kata Kara yang diamini Reinhard yang memang tak berniat berlama-lama, tak ada kenangan yang menyenangkan bagi Kara di kediaman dengan cat yang mulai kusam.Reinhard turun pertama kali, tubuh tegap menjulang terlihat dari pagar sebatas pinggang, lantas ia membuka pintu mobil untuk Kara. Leher ibu Bastian memanjang melihat ke arah tamu yang datang, bola matanya nyaris keluar ketika melihat kedatangan mantan menantu dan calon suaminya, pria kaya yang terkenal di media. Gigi wanita itu gemertak menahan marah. Tangan ibu Bastian mengenggam sapu kuat, kebencian mengua

  • Bayangan Cinta   Di belakang layar

    Reinhard memasang kancing lengan kemejanya. Tersenyum sendiri di depan cermin. Sebentar lagi dia tidak sendirian di pagi hari. Ada seorang istri yang akan menemani. Tergiang kembali kalimat yang keluar dari bibir Kara malam tadi, ketika mereka dalam perjalanan pulang.“Rein. Kamu malu tidak menjadi suamiku?”“Kenapa harus malu?”“Aku dua kali menjanda. Kasus terakhir bahkan berapa bulan bertengger menjadi headlines media. Selain itu orang-orang masih menganggap kamu sahabat Garvin. Belum lagi gosip yang meluas.”“Hidupku tidak disetir pendapat orang lain, Kara. Secara garis besar tidak mempengaruhi kehidupan keluarga kami.”Reinhard tahu Kara tidak mempercayai sepenuhnya. Memang Reinhard mengakui ada benar kekhawatiran sang calon istri, hanya saja Reinhard dan Jemmi sudah menganalisa secara bisnis. Tidak terlalu signifikan masalah yang timbul karena urusan pribadi.Selain memperkirakan pengaruh

  • Bayangan Cinta   Persiapan penikahan

    Gosip tentang rencana pernikahan Kara dan Reinhard meluas. Pernikahan ketiga dirinya dengan bujangan sekaligus pengusaha sukses. Menjadi pembicaraan tanpa henti di kalangan banyak orang.Kara bukannya tidak tahu ketika nada-nada sumbang terdengar. Janda tanpa anak dengan dua kali kegagalan pernikahan. Begitu seksi untuk dibicarakan para wanita yang iri karena bukan mereka pendamping Reinhard. Bumbu mengenai pernikahan yang dijalankan juga menambah panas gosip. Termasuk juga kekerasan dalam rumah tangga yang dijalani.Entah darimana mereka mengetahui cerita, yang bisa Kara lakukan menggunakan kedua tangannya menutup telinga. Atau mencurahkan isi hati pada Feli ketika kekesalan mulai merambah. Seperti ketika dia membaca status di sosial media mantan iparnya, saudari Bastian.[Dua kali gagal di pernikahan dengan kasus sama. Alasan si K karena suami ringan tangan. Aduh harusnya ngaca ya, kalau sampai ke dua kali. Belum lagi tidak punya anak. Jangan-jangan dia yang m

  • Bayangan Cinta   Pertemuan dengan Carolina

    Carol mengamati Kara seksama. Sebagai wanita, dia pun mengakui Kara memang cantik. Namun dalam penilaian Carol bukan itu poin pentingnya. Kara memiliki aura berbeda dengan kebanyakan wanita cantik.Dia mempunyai kemampuan membuat orang menyediakan waktu menoleh untuk mengagumi. Sudah terbukti juga dalam hidupnya Kara mendapatkan lelaki yang secara sosial jauh diatasnya. Meski harus diakui mereka juga menghancurkan hidup Kara.Begitulah alam bekerja, terkadang ada keistimewaan diri yang membuat hidup individu lebih mudah. Entah kekayaan, keberuntungan, kecerdasan atau kecantikan. Dalam hal ini Carol menganggap Kara beruntung memiliki wajah rupawan. Mirip dengan Amanda dalam aura berbeda.Mengenai nasib pernikahan Kara sendiri. Carol tak memahami sepenuhnya. Hanya saja dia mengambil kesimpulan. Kara menilai pasangan bukan dari kepribadian. Dia mengantungkan finansial pada pendamping hidupnya. Bisa jadi itulah ihwal masalah yang dibuat Kara. Butuh dua kali untuk Ka

  • Bayangan Cinta   Semua mulai membaik

    Udara sejuk masih enggan beranjak. Berpadu matahari yang mulai menghangat. Di beranda teras sepasang suami istri dalam usia senjanya menatap ke jalanan.Mereka baru saja mendapatkan kabar mengenai keluarga calon suami putrinya. Anak pertama kebanggaan dalam keluarga.Di pundak perempuan itu harapan semua anggota keluarga berada. Bukan maksud mereka menempatkan Kara turut bertanggung jawab. Kadang keadaan memaksa seorang gadis belia berinisiatif membantu."Pak, Ibu harap kali ini suami Kara berbeda dengan Bastian dan Garvin.""Bapak juga berpikir sama, Bu. Dua kali gagal semoga kali ini yang terakhir.""Keluarga dan tetangga terus menerus membicarakan Kara. Kesal Ibu, Pak.""Sudah

  • Bayangan Cinta   Makan malam keluarga

    Sorot mata Feli berkilauan. Dia tertular kebahagiaan mendengar kabar dari Kara. Sahabatnya sekarang menjalin hubungan dengan Reinhard. Artinya Kara telah berani melangkah keluar dari masa lalu dan Reinahard tak akan merongrong Feli lagi.“Wow, selamat Kara. Aku turut senang mendengar kabar ini. Selera Reinhard memang bagus. Berlian hitamnya persis dengan warna matamu.”“Seperti itulah yang dia katakan.”“Melihat proses perjalanan kalian mencapai sekarang. Kurasa tak lama lagi kabar gembira akan didengar.”Kara meletakkan cangkir kopi di meja. Dia dan Feli sedang duduk di balkon rumah Kara. Area yang di desain asri dengan penempatan pot tanaman, ayunan gantung serta rumput sintetis menutupi lantai.Dia tahu pertanyaan Feli merujuk pada jenjang lebih serius, pernikahan. Dua hal yang pernah gagal dalam hidup Kara. Meski dia menerima Reinhard, Kara masih merasakan kegamangan di hati.Apabila menikah dengan Rei

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status