Share

5

Penulis: Mhammadtaufiq
last update Terakhir Diperbarui: 2021-02-01 17:21:18

Tidak perlu membayangkan wajahku, tentu memerah! bisa-bisanya calon kakak tiriku ini membicarakan hal itu, hal yang paling memalukan untukku.

"Mengintip?" Dan ayah mulai bertanya dan hidupku akan semakin memalukan ketika Tante Cahyani pun tahu.

"Hm, konyol sekali, tadi dia tertangkap basah karena mengintip di kamar Abang Abraham yang lagi menyanyi sambil bertelanjang dada."

Cowok yang bernama Agam ini sialan sekali, tetapi aku harus mengontrol emosi karena dia calon abangku juga, jadi wajahnya sangat disayangkan untuk dilukai karena tampan.

Ayah langsung menatapku, tatapannya seolah memberitahu bahwa kelakuanku sangatlah absurd.

"Tadi Aristela ngintip karena penasaran sama siapa yang nyanyi, suaranya keren banget, Tante," ucapku menatap Tante Cahyani penuh ketulusan karena aku tidak bisa membuat alasan lain lagi selain kejujuran, karena jujur adalah keteguhan yang sering ayah ajarkan padaku.

Aku selalu mengingat pesannya: jujurlah walau itu menyakitkan.

"Sebagai seorang wanita yang lebih mengandalkan perasaan di banding logika, memang wajar jika dia penasaran sampai-sampai sedikit memanfaatkan celah pintu yang terbuka untuk melancarkan rencananya, di mana rencana tersebut untuk melihat Abraham serta mencuci mata. Ngomong-ngomong untuk urusan cuci mata, aku seringkali mendengar wanita menggunakan alasan ini, sementara pria yang melihat seorang wanita seksi, akan dibilangi mata keranjang, hei ... itu alasan yang sangat tidak adil!" sahut pria yang bernama August, nadanya sedikit mendengus ketika menegaskan kata tidak adil.

Di balik kedengusannya itu, aku sedikit bersyukur jika dia membela-

"Cuci mata merupakan kata lain dari mesum, mereka sulit sekali untuk mengaku, padahal wajahnya sangat jelas terlihat memerah, untung saja cairan merah tak menetes dari hidungnya," lanjut August. Dan baiklah, aku tidak jadi bersyukur serta memujinya, karena dia juga termasuk pria paling menyebalkan malam ini.

"Nak, kamu ini kurang kerjaan sekali, sampai-sampai mengintip segala."

Oh tidak, ayah semakin membuatku malu, kalau begitu, biarkan aku menghilang dalam beberapa detik saja, agar pembahasannya segera terganti. Namun, itu hanyalah harapan semu.

Lalu sekarang siapa lagi? Aku beralih ke pria yang bernama Amerald? Huft, namanya agak sulit kuhapal, tapi aku akan berusaha mencoba untuk menyapanya. "Halo, Kak Amerald, salam kenal, namaku Aristela."

"Namaku Aderald, harap berhati-hati menyebut nama seseorang," ketusnya dan aku menyiniskan tatapanku.

"Oh maaf, akan kuulangi dengan baik dan benar. Halo Kak Aderald, salam kenal, namaku Aristela."

"Salam kenal, semoga bisa menjadi saudara yang tidak cerewet," balasnya dan aku semakin jengkel dibuatnya.

"Aderald, jaga bicaramu, Nak. Bahkan dirimu sama seperti August serta yang lainnya, kalian ini seharusnya ramah kepada Aristela yang sebentar lagi akan menjadi saudara," tegur Tante Cahyani.

"Wajar, mereka baru saling mengenal, lama-lama akan semakin parah dengan kejahilan putriku yang lebih parah di banding Aderald, Cahaya," sahut ayah yang memanggil Tante dengan sebutan Cahaya. Bukannya nama Tante itu Cahyani?

"Walau jahil, anakku seorang laki-laki, pasti mereka lebih berbuat lebih di banding Aristela, apalagi rumah takkan pernah sunyi karena mereka selalu saja bertengkar, terutama Adnan yang selalu menjadi korban kejahilan abang-abangnya."

"Betul, Mah. Merepotkan sekali punya Abang-abang laknat seperti mereka," balas Adnan yang mendapatkan teguran dari mamahnya lagi, karena kata laknat tentu tidak sopan.

"Adnan, yang sopan, kamu enggak malu sama calon ayahmu?"

"Eum, maaf, he he."

Setelah sesi perkenalan antara diriku dengan putra Tante Cahyani, pembicaraan pun berlanjut mengenai pernikahan.

"Ayah, nikahnya sama Tante Cahyani kapan, sih?"

"Secepatnya kalau perlu," jawab ayah, aku pun beralih ke Tante Cahyani yang juga sama-sama mengangguk, kalau begitu, aku hanya bisa setuju karena kelima pria yang selalu saja menatapku, tak menunjukkan pertanda untuk menyatakan ketidaksetujuan atas jawaban Ayah.

"Untuk tanggal, nanti kita pilih yang cantik-cantik yah waktunya."

"Secantik dirimu jelasnya."

Baiklah, aku merasa ada sedikit guncangan di area perut, sehingga aku sedikit diserang oleh kemualan.

"Tolong dikondisikan," sahut Abraham menutup pembicaraan malam ini.

●●●●

Sampai di sini dulu, untuk lebih lanjut dan mendapatkan update-tan yang cepat, silakan like chapter ini dan jangan lupa untuk berkomentar, karena chapter berikutnya akan semakin seru, serta ... jangan lupa lagi untuk beri rate 5 untuk cerita ini yah. 

THANKS FOR READING

SEE YOU NEXT PART.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mikayla Azahra
wow aristela beruntung banget bakalan punya 5 saudara ganteng semua lagi wkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Be My Princess Adibrata   EKSTRA CHAPTER

    Aristela resmi akan menikah bersama Zahair, para saudaranya jelas mendukung terutama Adnan yang hampir menangis pula ketika melihat sang kakak terharu, di moment itu, August tak henti-hentinya ilfeel dengan sang adik."Lebay amat, lu.""Hadeuh, udah nikah nanti, pasti enggak ada Kak Aristela di sini, yang ada malah keempat orang jomlo yang sering gangguin gue," balas Adnan dan mendapatkan jitakan dari Agam."Kalau ngomong suka bener lo.""Iyalah," sebal Adnan.Abraham sendiri bagaimana? Dia juga ikut bahagia, selama ini banyak yang menyangkanya benar-benar cemburu karena menyukai Aristela, tidak! Setelah Abraham menutup hati, dia tidak tertarik ke lawan jenis pada Aristela, tetapi sudah menyukainya dalam artian adik yang sesungguhnya. Dia hanya cemburu jika Aristela lebih akrab ke saudaranya yang lain di bandingkan dia sendiri, dan kini, sang adiknya itu akan menikah, mendahului para kakak

  • Be My Princess Adibrata   73

    Orang yang ditunggu-tunggu sudah tiba, Zeline senang sekali karena papahnya sudah datang, anak itu berlari dan menarik tangan sang papah untuk bergabung bersamanya juga bersama Aristela dalam acara makan buah."Mamah boleh kupasin apel ini buat Aristela?" pinta Zeline."Boleh," jawab Aristela, kemudian mengupaskan apel tersebut dengan cutter berukuran kecil, bukan hanya mengupasnya, tetapi juga memotongnya menjadi beberapa bagian, membuat Zeline semakin gembira.Ketika Aristela memberikan buah tersebut kepada Zeline, Zeline menolaknya, membuat dua orang menjadi keheranan."Kenapa Zeline?""Zeline enggak mau makan kalau Mamah enggak nyuapin Papah dulu," jawab Zeline cemberut dan Aristela hanya bisa menuruti permintaan anak kecil ini. Aristela mengambil satu bagian dari apel, kemudian menyuapi Zahair, walau ia sedikit malu karena Zahair terus menatapnya."Nah udah, sekarang

  • Be My Princess Adibrata   72

    "Astaga Bapak!" Aristela mendorong Syahrul sekuat tenaga, matanya memerah dan sedikit berlinang karena kaget serta kecewa kepada pria itu, bukan hanya matanya, tetapi wajah Aristela pun memerah juga karena terlanjur emosi."Aristela saya ha-""Hanya apa? Memberikan tanda di leher saya? Apakah itu pantas dikatakan sebagai 'hanya?' jangan membuat saya terlihat murahan untuk yang kedua kalinya, Pak!" Aristela menatap tajam Syahrul."Aristela dengarkan aku, a-""Aku tidak peduli lagi, mau Bapak bunuh keluarga saya, saya enggak peduli! Saya sudah capek dengan semuanya dan saya akan memutuskan untuk mengakhiri hidup saya sendiri dan mumpung Bapak ada di sini, jadi Bapak bisa menyaksikannya secara langsung," potong Aristela dan berujar dengan nada yang tidak main-main lagi. Keseriusannya untuk mengakhiri semuanya sudah berada di ujung tanduk, karena dia ingin mengakhir semua masalah dalam hidup, sekalian nyawanya jug

  • Be My Princess Adibrata   71

    Seminggu telah berlalu, seminggu pula Aristela menanti kepastian dari seorang Zahair dan seminggu juga harus diganggu oleh puluhan nomor asing yang selalu meneleponnya, sudah dapat ditebak bahwa pria yang menelepon adalah si Syahrul itu, dia masih saja mengejar Aristela dan tidak mau berhenti, Aristela heran dengan pria itu dan kali ini dia memutuskan untuk bertemu dengannya agar dapat menegaskan bahwa sudah jengah, kesal, dan marah pada pria pengganggu itu.Di mana Aristela akan bertemu dengannya? Di toko pria itu sendiri sekaligus memberi kejutan padanya di pagi hari pada jam 9.Aristela telah sampai di sana, disambut oleh Asma, Pita, dan teman-temannya yang lain."Maaf teman-teman, aku ada urusan penting dulu sama bos kalian, kalau sudah selesai aku akan bergabung untuk menuntaskan rasa rindu bareng-bareng," ujar Aristela begitu tidak enak hati ketika dia membalas pelukan mereka begitu singkat. Namun, semuanya mengerti karena aura Aristela kali ini berbeda di ba

  • Be My Princess Adibrata   71

    Seminggu telah berlalu, seminggu pula Aristela menanti kepastian dari seorang Zahair dan seminggu juga harus diganggu oleh puluhan nomor asing yang selalu meneleponnya, sudah dapat ditebak bahwa pria yang menelepon adalah si Syahrul itu, dia masih saja mengejar Aristela dan tidak mau berhenti, Aristela heran dengan pria itu dan kali ini dia memutuskan untuk bertemu dengannya agar dapat menegaskan bahwa sudah jengah, kesal, dan marah pada pria pengganggu itu.Di mana Aristela akan bertemu dengannya? Di toko pria itu sendiri sekaligus memberi kejutan padanya di pagi hari pada jam 9.Aristela telah sampai di sana, disambut oleh Asma, Pita, dan teman-temannya yang lain."Maaf teman-teman, aku ada urusan penting dulu sama bos kalian, kalau sudah selesai aku akan bergabung untuk menuntaskan rasa rindu bareng-bareng," ujar Aristela begitu tidak enak hati ketika dia membalas pelukan mereka begitu singkat. Namun, semuanya mengerti karena aura Aristela kali ini berbeda di ba

  • Be My Princess Adibrata   70

    Aristela telah pulang, dirinya mencari di mana keberadaan Adnan tetapi dia tidak menemukan pria itu, hanya ada Agam dan Abraham saja di rumah, dirinya pun menghampiri kakak tertua dan menanyakan keberadaan bocah itu."Kak Abraham, Adnan ke mana, yah?" tanyanya."Di rumah kamu, dia bermalam di sana sama Aderald dan August, juga mamah sama papah," jawab Abraham."Yah ... padahal mau kuajak nonton bareng malam ini," kecewa Aristela kemudian meninggalkan Abraham."Nonton bareng? Kenapa tidak mengajak kami berdua saja?" sahut Abraham tiba-tiba, mendengar kalimat itu membuat Aristela sedikit meragu, tidak biasanya sang kakak ingin menemaninya menonton film horor bersama, biasanya hanya August, Aderald, dan Adnan saja."Eum, boleh," jawab Aristela, bibirnya pun tersenyum gembira dan segera menyalakan televisi dan memutar flm yang telah ia download di telegram melalui smart tv agar ponselnya bisa terhu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status