Share

4

Author: Mhammadtaufiq
last update Last Updated: 2021-02-01 17:19:08

Huft, di tengah sibuknya mereka berbincang, kumanfaatkan situasi tersebut untuk kabur dan untungnya Pak Raden begitu mengerti posisiku, sehingga dia hanya tersenyum sembari mengangguk, diriku pun akhirnya kembali ke ruang tamu dan duduk di samping ayah yang sedang berbicara bersama Tante Cahyani.

Aku memandang Ibu Cahyani, walau umurnya sudah di atas kepala lima, dia masih cantik juga, pantas ayah terpana sama dia, bahkan senyum dan suaranya pun membuat orang yang mendengarnya jadi nyaman.

Kalau begini, aku setuju jika Tante Cahyani menjadi pengganti ibuku, karena ayah sama dia tak ada tanda-tanda ingin saling memanfaatkan, bahkan tatapan mereka tak bisa berbohong untuk saling mengungkapkan.

"Nyonya Cahyani, sebentar lagi, mereka berlima akan menyusul," lapor Pak Raden dan Tante mengangguk lalu memersilakan Pak Raden yang pamit kemudian.

Tak lama, apa yang dikatakan Pak Raden telah terbukti, di mana kelima putra Tante Cahyani pun sudah datang dan duduk di sampingnya.

"Mamah nyuruh kami ngumpul di sini buat apa?" Aku tidak tahu siapa nama pria yang bertanya, tetapi aku tahu orangnya karena dialah yang aku intip tadi, sementara di sampingnya, pula ada salah satu pria yang brondong sedang menggodaku dengan alisnya yang dinaikturunkan.

Bukannya tergoda, aku malah ilfeel sama dia.

"Maafin Mamah yang ngasih tau kalian secara mendadak kalau Ma-"

"Mamah tenang saja, kami berlima sudah setuju dengan keputusan Mamah untuk menikah dengan Bapak Adibal Keswara," potong pria yang pandai bernyanyi tadi dan aku melongo, mengapa semudah itu?

Ekspresi Tante Cahyani berubah menjadi terharu, bahkan dia menangis dan menghamburkan dirinya dalam pelukan putranya itu.

"Mamah enggak nyangka, Mamah kira kalian enggak bakalan setuju kalau Mamah nikah lagi," ungkap Tante Cahyani, yang aku tangkap, kemungkinan dirinya berpikir banyak kali untuk memutuskan sebuah pernikahan, aku rasa keputusannya lebih berat di banding ayah yang hanya memilikiku sebagai putri tunggalnya dan aku salut kepada mereka yang tentu mementingkan kebahagiaan sang mamah.

"Asalkan Mamah bahagia, kami takkan ragu untuk merestuinya," balas pria yang bersuara merdua, aku rasa ... dia anak pertama di antara keempatnya ini, kemungkinan besar walau hanya firasat.

"Tapi ... Mamah penasaran, kalian tahu dari mana sih kalau Mamah pengen nikah lagi?" tanya Tante dan aku ikut penasaran jadinya.

"Tadi Agam enggak sengaja denger Mamah lagi teleponan dan kebetulan juga Mamah bahas pernikahan gitu, apalagi mata Mamah enggak bisa bohong kalau lagi bahagia."

Oh, jadi pria yang berbicara setelah Pak Raden menegurku namanya Agam yah, hm ... enggak lama lagi aku bakalan manggil dia Bang Agam.

"Owalah, Mamah kecolongan dong." Tante Cahyani tertawa kecil, kemudian kembali menatap ayah dan mengatakan, "Pak Adibal, ini kelima anakku, yang pertama ada si Abraham, kedua Agam, lalu disusul sama August, terus ke Aderald sama si bungsu ini namanya Adnan," ujar Tante Cahyani memperkenalkan putra-putranya.

Aku agak terkejut sih, soalnya ayah nikahin janda anak lima yang anaknya tuh jadi semua (ganteng) dan enggak cacat gitu.

Sementara diriku yang bagaikan kaleng ikan? Ingin memerlihatkan apa? Cantik juga enggak, tapi tepos iya, uh ... malu-maluin banget, padahal niatnya aku pengen malu-maluin ayah, apakah ini yang namanya karma?

"Salam kenal, di sampingku ini namanya Aristela, dia putri saya satu-satunya," balas ayah memperkenalkanku dan aku tersenyum manis untuk memerlihatkan pesona sesungguhnya bahwa aku ini bidadari terpendam yang cantiknya enggak cantik amat.

"Salam kenal Kak Aristela, panggil Adnan, walau masih muda tapi gantengnya enggak ketulungan."

Buset juga nih bocah, karena tangannya terulur, aku pun membalasnya dan tersenyum pula lalu mengatakan, "Salam kenal Adnan, semoga bisa menjadi adik yang baik nantinya, selamat bekerja sama."

Mampus, semoga peka ya, males aku kalau punya adik yang nakal, apalagi tiri. Respon yang ditunjukkan Adnan malah cengengesan dengan dua jempol yang dinaikkan, bisa kusimpulkan, Adnan ini asyik orangnya, kalau begitu bagus sekali karena mendapatkan orang asyik dan bisa sefrekuensi itu agak jarang.

"Perkenalkan, saya Abraham, orang yang kamu intip tadi, untung cuman enggak pake baju, kalau yang di bawah enggak saya pakein juga, bisa silau mata kamu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Be My Princess Adibrata   EKSTRA CHAPTER

    Aristela resmi akan menikah bersama Zahair, para saudaranya jelas mendukung terutama Adnan yang hampir menangis pula ketika melihat sang kakak terharu, di moment itu, August tak henti-hentinya ilfeel dengan sang adik."Lebay amat, lu.""Hadeuh, udah nikah nanti, pasti enggak ada Kak Aristela di sini, yang ada malah keempat orang jomlo yang sering gangguin gue," balas Adnan dan mendapatkan jitakan dari Agam."Kalau ngomong suka bener lo.""Iyalah," sebal Adnan.Abraham sendiri bagaimana? Dia juga ikut bahagia, selama ini banyak yang menyangkanya benar-benar cemburu karena menyukai Aristela, tidak! Setelah Abraham menutup hati, dia tidak tertarik ke lawan jenis pada Aristela, tetapi sudah menyukainya dalam artian adik yang sesungguhnya. Dia hanya cemburu jika Aristela lebih akrab ke saudaranya yang lain di bandingkan dia sendiri, dan kini, sang adiknya itu akan menikah, mendahului para kakak

  • Be My Princess Adibrata   73

    Orang yang ditunggu-tunggu sudah tiba, Zeline senang sekali karena papahnya sudah datang, anak itu berlari dan menarik tangan sang papah untuk bergabung bersamanya juga bersama Aristela dalam acara makan buah."Mamah boleh kupasin apel ini buat Aristela?" pinta Zeline."Boleh," jawab Aristela, kemudian mengupaskan apel tersebut dengan cutter berukuran kecil, bukan hanya mengupasnya, tetapi juga memotongnya menjadi beberapa bagian, membuat Zeline semakin gembira.Ketika Aristela memberikan buah tersebut kepada Zeline, Zeline menolaknya, membuat dua orang menjadi keheranan."Kenapa Zeline?""Zeline enggak mau makan kalau Mamah enggak nyuapin Papah dulu," jawab Zeline cemberut dan Aristela hanya bisa menuruti permintaan anak kecil ini. Aristela mengambil satu bagian dari apel, kemudian menyuapi Zahair, walau ia sedikit malu karena Zahair terus menatapnya."Nah udah, sekarang

  • Be My Princess Adibrata   72

    "Astaga Bapak!" Aristela mendorong Syahrul sekuat tenaga, matanya memerah dan sedikit berlinang karena kaget serta kecewa kepada pria itu, bukan hanya matanya, tetapi wajah Aristela pun memerah juga karena terlanjur emosi."Aristela saya ha-""Hanya apa? Memberikan tanda di leher saya? Apakah itu pantas dikatakan sebagai 'hanya?' jangan membuat saya terlihat murahan untuk yang kedua kalinya, Pak!" Aristela menatap tajam Syahrul."Aristela dengarkan aku, a-""Aku tidak peduli lagi, mau Bapak bunuh keluarga saya, saya enggak peduli! Saya sudah capek dengan semuanya dan saya akan memutuskan untuk mengakhiri hidup saya sendiri dan mumpung Bapak ada di sini, jadi Bapak bisa menyaksikannya secara langsung," potong Aristela dan berujar dengan nada yang tidak main-main lagi. Keseriusannya untuk mengakhiri semuanya sudah berada di ujung tanduk, karena dia ingin mengakhir semua masalah dalam hidup, sekalian nyawanya jug

  • Be My Princess Adibrata   71

    Seminggu telah berlalu, seminggu pula Aristela menanti kepastian dari seorang Zahair dan seminggu juga harus diganggu oleh puluhan nomor asing yang selalu meneleponnya, sudah dapat ditebak bahwa pria yang menelepon adalah si Syahrul itu, dia masih saja mengejar Aristela dan tidak mau berhenti, Aristela heran dengan pria itu dan kali ini dia memutuskan untuk bertemu dengannya agar dapat menegaskan bahwa sudah jengah, kesal, dan marah pada pria pengganggu itu.Di mana Aristela akan bertemu dengannya? Di toko pria itu sendiri sekaligus memberi kejutan padanya di pagi hari pada jam 9.Aristela telah sampai di sana, disambut oleh Asma, Pita, dan teman-temannya yang lain."Maaf teman-teman, aku ada urusan penting dulu sama bos kalian, kalau sudah selesai aku akan bergabung untuk menuntaskan rasa rindu bareng-bareng," ujar Aristela begitu tidak enak hati ketika dia membalas pelukan mereka begitu singkat. Namun, semuanya mengerti karena aura Aristela kali ini berbeda di ba

  • Be My Princess Adibrata   71

    Seminggu telah berlalu, seminggu pula Aristela menanti kepastian dari seorang Zahair dan seminggu juga harus diganggu oleh puluhan nomor asing yang selalu meneleponnya, sudah dapat ditebak bahwa pria yang menelepon adalah si Syahrul itu, dia masih saja mengejar Aristela dan tidak mau berhenti, Aristela heran dengan pria itu dan kali ini dia memutuskan untuk bertemu dengannya agar dapat menegaskan bahwa sudah jengah, kesal, dan marah pada pria pengganggu itu.Di mana Aristela akan bertemu dengannya? Di toko pria itu sendiri sekaligus memberi kejutan padanya di pagi hari pada jam 9.Aristela telah sampai di sana, disambut oleh Asma, Pita, dan teman-temannya yang lain."Maaf teman-teman, aku ada urusan penting dulu sama bos kalian, kalau sudah selesai aku akan bergabung untuk menuntaskan rasa rindu bareng-bareng," ujar Aristela begitu tidak enak hati ketika dia membalas pelukan mereka begitu singkat. Namun, semuanya mengerti karena aura Aristela kali ini berbeda di ba

  • Be My Princess Adibrata   70

    Aristela telah pulang, dirinya mencari di mana keberadaan Adnan tetapi dia tidak menemukan pria itu, hanya ada Agam dan Abraham saja di rumah, dirinya pun menghampiri kakak tertua dan menanyakan keberadaan bocah itu."Kak Abraham, Adnan ke mana, yah?" tanyanya."Di rumah kamu, dia bermalam di sana sama Aderald dan August, juga mamah sama papah," jawab Abraham."Yah ... padahal mau kuajak nonton bareng malam ini," kecewa Aristela kemudian meninggalkan Abraham."Nonton bareng? Kenapa tidak mengajak kami berdua saja?" sahut Abraham tiba-tiba, mendengar kalimat itu membuat Aristela sedikit meragu, tidak biasanya sang kakak ingin menemaninya menonton film horor bersama, biasanya hanya August, Aderald, dan Adnan saja."Eum, boleh," jawab Aristela, bibirnya pun tersenyum gembira dan segera menyalakan televisi dan memutar flm yang telah ia download di telegram melalui smart tv agar ponselnya bisa terhu

  • Be My Princess Adibrata   69

    Aristela kembali ke kamar untuk melanjutkan masa bermainnya bersama Zeline, tidak lama kemudian, Zahair pun ikut masuk untuk sekadar menanyakan, siapa pria yang menelepon gadis tersebut."Aristela, mohon maaf, bukannya saya menguping atau ingin tahu tadinya, hanya saja kebetulan saya mendengar percakapan kamu bersama seorang pria yang terdengar sedikit berdebat, kalau boleh tahu, siapa dia?" tanya Zahair.Sebenarnya, Aristela ogah membahas Syahrul, tetapi karena si duren yang bertanya, dia pun rela menjawabnya dengan pasrah. "Dia pria yang paling Aristela benci, Om. Karena dia, semuanya hancur, dan aku enggak mau membahas pria itu lagi, maafkan aku, Om." Sepertinya Aristela memang tidak bisa menjawabnya, walau sebelumnya dia ingin, tapi entah kenapa dia refleks menjawab seperti itu."Maafkan saya yang terlalu ingin tahu," balas Zahair. Zahair tentu ingin tahu siapa nama pria itu, hanya itu saja jika memang Aristela tidak ingin melebihkannya, karena dia sedikit tida

  • Be My Princess Adibrata   68

    Happy Reading.Aristela membuat sebuah status di snap wa-nya dengan foto punggung Zahair yang menjauh lalu fotonya bersama Zeline."Aristela, itu anaknya si om-om ganteng itu, yah?" tanya teman Aristela menunjuk Zeline."Halo, Tante," sapa Zeline, memanggil teman Aristela yang seumuran dengan Aristela sendiri.Aristela mengangguk dan tertawa ketika mendengar panggilan tante untuk Cica yang merupakan salah satu karyawan tetap di toko bunga."Jangan Tante dong, panggil Kakak yah, Kakak masih muda, namanya siapa nih Adik cantik?" tanya Cica kemudian menyubit pipi Aristela dengan pelan."Zeline Kakak," jawab Zeline dan Cica tersenyum gemas dan ingin sekali membawa Zeline pulang ke rumahnya bersama ayah anak ini. Namun, Cica mengurungkan niatnya karena pasti si om-om itu jatuh hati pada Aristela, lalu dia? Sebelum jatuh hati, pria tampan itu akan mun

  • Be My Princess Adibrata   67

    "Adnan, semongko ulangannya, yah!" teriak Aristela sebelum Adnan berangkat ke sekolah."Siap, Kak!" balas Adnan yang berada di mobil sembari melambaikan tangan seiring mobil mulai berjalan.Aristela pun siap ke bagasi untuk mengeluarkan motornya, dibantu oleh Agam yang juga ingin mengeluarkan kendaraan yang sama karena hari ini dia malas bermobil untuk berangkat kerja."Makasih Kak Agam gantengku.""Helleh, baru ngakuin kalau Abang memang ganteng, padahal dari dulu udah maksimal ganteng gue," balas Agam dan Aristela mengembuskan napasnya dan membalas pula perkataan kakaknya yang mulai narsis, "Mulai lagi, pasti tertular Adnan, bener, kan?""Enak aja, malah Adnan yang ngikutin gue, cuman gue enggak seaktif dia kalau ngomong, seperlunya aja mah, tapi enggak dingin kek Bang Abraham," jawab Agam dan nama yang disebut pun berbalik menatap mereka, Aristela tersenyum ketika tatapan mereka bertemu.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status