Sheremetyevo Intl. Airport, Rusia
Waktu menunjukkan pukul 9 malam. Sebuah pesawat yang terbang dari Indonesia baru saja mendarat di Sheremetyevo, bandara terbesar di Rusia. Sepasang kaki baru saja turun dari tangga pesawat dan melihat sekeliling bandara dengan perasaan yang gundah gulana, dialah Andre Mahardika Prayoga. Berita mengenai sang istri akhirnya membawa kakinya menginjak negeri Beruang Merah itu. Dengan rasa cemas, kalut, khawatir dan juga cemburu dia membulatkan tekad untuk bertemu dengan sang istri dan berpikir akan meminta penjelasan darinya. Matanya menatap ponsel yang dia ambil dari dalam tas kecil selempangnya, banyak missed call ... tapi bukan dari Tania, melainkan Elliana. Hanya tarikan napas panjang yang ia keluarkan dan tak memperdulikan panggilan Elliana.
Otot kaki Andre membawanya keluar dari bandara Sheremetyevo, sedikit mengalami kebingungan karena Andre baru pertama kali ke Rusia dan dia tak bisa bahasa Rusia. Matanya menyeloroh mengamati sekitar
Lotte Hotel MoscowTania yang telah kembali dari menghirup udara di luar, masih melihat Lexi yang sedang berbincang dengan sang papa. Keinginannya untuk menghampiri mereka berdua dia urungkan dan Tania melangkahkan kakinya menuju lift dengan langkah gontai.BRUK!!Bahu kanan Tania terasa sakit setelah ia ditabrak oleh seorang wanita berambut coklat gelap dan bermata biru dengan cukup keras. Tubuh Tania langsung terjatuh dengan cukup keras. Tak lama setelah itu, Ia ditolong oleh seorang wanita yang menabraknya tadi."Maaf ... saya sungguh minta maaf. Apa Anda tak apa-apa?" tanya wanita itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum ramah dan membersihkan baju Tania yang sedikit kotor."Saya tak apa-apa, Nona. Terima kasih banyak sudah menolong saya," ucap Tania membalas senyum wanita cantik dengan rok skinny warna hitam itu.Lexi dan Niko yang melihat dan mendengar kerumunan orang-orang di depan lift, segera bergegas menuju ke sana. "Tania," panggil Pa
Lotte Hotel Moscow, Kamar TaniaTania masih terkejut dengan ucapan Andre yang mengatakan "Dia ada di sini", pikiran Tania langsung dibuat tak karuan. Matanya menyeloroh seisi kamar hotel tempat ia menginap. Didera kebingungan dan kecemasan, Tania keluar dari kamarnya dan pergi ke kamar sang papa."Aku tak bisa meninggalkan Tania di sini sendirian. Kuminta mengertilah, Jess ... Tania sedang mengalami kejadian tak mengenakkan."[Tapi aku sangat kesepian tanpanmu, mau berapa lama lagi kamu akan ada di sana?]"No longer, Dear ... hanya jika Tania sudah membaik, aku akan segera pulang dan menemuimu, Sayang."[Benarkah? Janji?]"Iya, Sayang. Tentu saja, karena aku mencinta ....""Pah ...Papa ... bisa kita bicara?"Bunyi ketukan pintu kamar Niko membuatnya terkejut dan segera menyudahi sambungan teleponnya dengan Jessica."Sudah dulu ya, Sayang. Bye!" Niko mematikan ponselnya dan segera melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah pi
State Hermitage Museum, RusiaAndre yang masih terkejut dengan sikap Tania memilih untuk diam dan tak beranjak dari depan pelataran museum megah tersebut. Sesekali helaan napas panjang ia keluarkan dan mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Matanya masih menyeloroh ke seluruh halaman depan State Hermitage dan menatap lurus ke pintu gerbang di mana Tania pergi dari hadapannya."Ehem ..." seorang pria berdiri di belakang Andre seraya berdehem dengan cukup kencang. "Anda tak apa-apa, Tuan Andre?" tanya suara pria itu tak lain dan tak bukan Richard Lexi.Andre menoleh ke belakang mencari tahu siapa pemilik suara bass itu."Oh, Tuan Lexi. Saya tak apa-apa," balas Andre tersenyum."But seems you're not." Lexi kemudian berdiri di sebelah Andre, "What arenyou looking at?" tanya Lexi penasaran.Andre melirik Lexi dan tersenyum, "Nothing. Just looking at the gate and feel the wind blow swept my face and also feel the atmosphere at the biggest and famo
Lotte Hotel MoscowSebelumnya,Kedatangan Lexi yang tiba-tiba ke hotel tempat Tania menginap sempat mengejutkan dirinya. Ajakan untuk makan malam yang disampaikan langsung oleh Lexi membuat Tania merasa tak enak hati dengan jadwal kepulangan sang papa, Niko Wijaya kembali ke Indonesia. Meskipun sang papa telah mengatakan tak apa-apa tak mengantarkannya ke bandara, namun Tania tetap merasa bersalah karena lebih mementingkan orang yang baru saja ia kenal daripada sang papa.Matanya menyeloroh menatap langit-langit warna putih kamar hotelnya. Entah mengapa ia bisa berkata demikian pada sang papa. Kenapa dia lebih memilih Lexi daripada orang tuanya sendiri?"Hah, aku benar-benar bodoh! Kenapa tadi aku berkata seperti itu? Aku benar-benar tak enak hati dengan papa," ucapnya diselingi beberapa kali tarikan napas panjang."Apa ... aku batalkan saja ajakn Lexi untuk makan malam? Tapi ... aku masih memerlukan bantuannya," gumam Tania."Arrrggghhhhh! I'm go
Restoran Dr. Zhivago, St. Petersburg"Ya tebya lyublyu." Lexi mengangkat kedua tangan Tania dihadapan Laika, Ardelle, Andre serta sepupunya, Katrina."Y--ya tebya lyublyu? Apa artinya?" tanya Tania dengan ekspresi bingung serta penasaran melihat mimik Laika dan Ardelle yang menatap tajam ke arahnya."I love you," balas Lexi. "Itu artinya." tambahnya lagi.Sontak, Tania sangat terkejut hingga tubuhnya hampir terjatuh namun segera ditahan oleh Lexi."Kau tak apa-apa?" tanya Lexi mendekatkan wajahnya."LEXI!!!! Bajingan kau! Brengsek! Apa yang telah kau lakukan pada Tania? Dia itu ...""CUKUP ANDRE MAHARDIKA PRAYOGA! AKU MUAK MELIHATMU! AKU MUAK MELIHAT WAJAHMU! AKU MUAK DENGANMU!" hardik Tania dengan suara lantang dan nada kebencian."See, bukan aku yang mengatakan itu semua, Tuan Andre. Tapi Nona Tania sendiri yang mengatakan itu padamu dan ... disaksikan banyak mata di sini," jelas Lexi dengan senyum seringainya."Biadab kau, Lex
Seseorang tengah tersenyum menyeringai di sebuah jalan dekat restoran di mana Lexi memesan tempat itu."Serigala Siberia sepertinya tak memiliki taring lagi," seorang pria tengah berbicara dengan seseorang melalui ponselnya.[Hahaha ... biar dia tahu bagaimana rasanya diinjak-injak seperti keledai!]****Lexi dan Katrina berhenti tepat di sebuah gerbang megah berlambang simbol kerajaan. Supir Katrina pun membuka kaca pintu mobil Katrina."Biar aku yang bicara." Katrina keluar dari mobilnya dan menemui penjaga pintu gerbang tersebut."Selamat malam, Tuan-tuan," sapa Katrina ramah."Nona Katrina, maafkan kami. Kami tak mengenali kendaraan Anda," ucap salah satu penjaga itu menundukkan kepala mengormati Katrina."Tak apa, kami ingin pergi ke rumah utama. Apa bisa kalian bukakan pintu gerbangnya?" tanya Katrina lagi.Salah satu penjaga keamanan itu meliha ke dalam mobil Katrina dan bertanya, "Apa Anda bersama dengan Tuan Lexi, Nona K
Ardelle yang tiba-tiba menghampiri Andre membuat suasana hatinya menjadi semakin tak menentu. Dua insan yang tak saling mengenal namun tanpa sengaja terikat oleh suatu peristiwa yang pada akhirnya menjadi benang merah yang semuanya menjadi satu. Status Tania yang kini telah diketahui oleh Laika, Ardelle, Katrina dan Lexi terutama memberikan dampak psikologis yang berat bagi pernikahan mereka, terutama Tania. Kepergian Tania yang tiba-tiba hingga kabar mengejutkan darinya membuat Andre semakin dihinggapi rasa bersalah dan penyesalan. Namun walaupun begitu, dia tak ingin menyerah dan memberikan Tania pada orang lain, apalagi orang itu adalah orang yang benar-benar asing bagi Tania."Excuse me, Sir. Could you take me to the Zhivago restaurant?" tanya Andre pada supir taksi yang ia tumpangi saat ini."Ok, Sir.""Aku harus mencari tahu siapa sebenarnya Richard Lexi ini. Kenapa dia begitu berani menyatakan perasaannya pada Tania dan ... siapa pula Katrina ini," gumam And
SkyPoint Sheremetyevo HotelAndre menghempaskan tubuhnya di atas kasur nan empuk di kamar tempatnya menginap. Dia sudah tak peduli dengan luka-luka yang ada di wajahnya. Biru, lebam dan nyeri! Itulah yang ia rasakan, namun rasa sakitnya telah mati ketika ia harus mengingat bahwa sang istri yang dicintainya tak lagi memperdulikannya dan dingin padanya. Seloroh netra coklat itu hanya melihat ke atap-atap langit kamar hotelnya yang berwarna putih dengan ornamen bunga matahari di atasnya. Helaan, hembusan, tarikan napas panjang berulang kali memenuhi kamar ukuran medium itu."Tuhan sedang menghukumku! Kini aku tahu bagaimana perasaan Tania ketika aku memperlakukannya dulu. Hah, aku benar-benar manusia bodoh dan pria hina!" umpat Andre pada dirinya sendiri.Tak lama, ponsel miliknya bergetar di atas kasur yang terlihat berantakan dan bernoda darah. Andre meraih ponsel yang tak jauh dari jangkauannya dan dilihat ID caller dalam layar ponselnya."Unknown number?