Dua pekan berlalu sejak kunjungan Jaydan dan Karel ke rumah sepupu Angel. Artinya hampir satu bulan setengah kampus Nethern kehilangan gadis tercantik yang dulu selalu mereka puja-puja dan dijadikan standar kecantikan di kampus itu. Michelle dan Austin menjalani hari-harinya seperti biasa. Foya-foya, menindas orang-orang lemah, dan mempermainkan pria sesuka hati mereka. Kebanyakan penduduk di kampus itu bahagia atas ketiadaan Angel. Namun, tidak sedikit pula yang mengaku merindukan Angel. Meski terkenal angkuh dan kejam sebenarnya Angel itu mahasiswa pintar. Dosen-dosen segan dan menghargainya bukan hanya karena gadis itu putri dari mendiang Adam Lee. Prestasi gadis itu pun menjadi salah satu bahan pertimbangan.
Pagi hari sekitar pukul sembilan, Jaydan sudah menyelesaikan satu mata kuliah yang kebetulan hanya 2 sks saja. Dia berencana melakukan final survei tempat acara untuk kegiatan PDO (Pelatihan Dasar Organisasi)
Kabar mengenai kembalinya Angel ke kampus mengudara dengan cepat dan santer jadi bahan pembicaraan penduduk sana. Mereka awalnya bingung, kenapa anak narapidana korupsi yang sudah bangkrut masih bisa melanjutkan kuliah di Nethern University. Kampus yang terkenal memiliki biaya pendidikan yang sangat tinggi untuk kalangan menengah bawah. Selentingan kabar miring bermunculan terkait kembalinya Angel ke kampus. Ada yang bilang bahwa Angel sengaja mengancam para petinggi kampus untuk mempertahankannya di kampus itu jika tidak mau mereka terseret kasus ayahnya. Ada pula rumor liar yang mengatakan bahwa sekarang Angel menjadi simpanan para pejabat dan diduga mendapat uang banyak dari hasil melayani mereka. Berita miring itu berseliweran di setiap sudut gedung Nethern University bahkan sudah sampai ke forum gosip netizen di dunia maya. Semakin deras hujatan yang mampir ke akun Stargram Angel. Untungnya, saat ini Angel tidak punya ponsel dan menutup akses untuk menjangkau ko
Jaydan terlihat kaget begitu pun dengan anggota yang lain. Rata-rata mereka menunjukkan respons negatif, merasa bahwa Angel tidak pantas ikut Pelatihan anggota BEM tanpa melewati tahap seleksi seperti yang sudah dilalui peserta terpilih yang lain. Sebelum tiba di titik pelatihan ini, banyak tes dan wawancara yang harus Angel lakukan dan sayangnya momen itu sudah lewat. Kini yang mengikuti pelatihan adalah mereka yang sudah terpilih menjadi anggota BEM dan akan dikukuhkan secara resmi pada prosesi pelantikan nanti yang juga dihadiri akan oleh pimpinan lembaga Nethern University. Rasanya tidak adil jika Angel tiba-tiba bergabung seperti ini. Mahasiswa lain akan curiga dan menganggap pak Rektor memberikan perlakuan spesial pada Angel. "Tapi Pak proses penerimaan anggota sudah ditutup dan kami juga tidak bisa menerima Angel begitu saja karena itu menyalahi peraturan," ujar wakil ketua BEM yang khawatir hal ini akan berdampak buruk bagi citra organisasinya.
"Kalian dengar tidak, katanya ada anak penjahat yang mau bergabung menjadi anggota BEM tahun ini," sindir Michelle saat ia melihat Angel melintas di hadapannya. "Oh—my—God!Kenapa hal mengerikan itu bisa terjadi? Mau jadi apa kampus ini kalau organisasi intinya memiliki anggota dari keluarga penjahat. Mau les tata cara korupsi dana kegiatan? Ha ha ha," tambah Austin tertawa keras yang otomatis diikuti Michelle dan dua gadis lain yang sepertinya anggota baru geng Michelle dan Austin. Tujuan Angel datang ke kafetaria adalah untuk membeli makan siang, dia sama sekali tidak minat debat atau bertengkar dengan siapa pun hari ini. Peraturan dan hal-hal yang harus dia siapkan untuk mengikuti pelantikan BEM saja sudah membuatnya malas. Cukup itu saja yang memusingkannya, Angel tidak butuh hal lain. Ejekan Austin dan Michelle bak angin lalu yang seolah tak pernah hinggap di telinga Angel. Dia sibuk memilih roti dan air mineral untuk makan siangnya. Uang saku dari
Angel sedang duduk di tempat favoritnya di kampus ini, Green Roof, suasana di sana agak panas karena ini memang jamnya makan siang. Matahari sedang ada di puncak langit dan memang Angel yang gila karena memilih tempat itu dari sekian banyak tempat yang bisa ia kunjungi sekarang. Angel merasa tempat ini yang paling aman dan nyaman untuknya, karena cuaca sedang panas, dia yakin tidak akan ada yang mau nongkrong di sana kecuali petugas kebersihan dan tukang kebun yang sedang merawat tanaman di Green Roof ini. Beruntung Angel masih menemukan tempat teduh, ia duduk beralas rumput tepat di bawah pohon yang terbilang kecil ukurannya namun cukup rindang. Gadis itu melahap roti yang dibelinya dengan susah payah, rasanya agak susah untuk menelan tanpa bantuan air. Angel memang tidak sempat membeli air baru karena dia telanjur kesal pada Austin, Michelle, dan semua orang yang berniat mengusiknya. Apa mereka semua tidak punya kerjaan lain selain menghujat Angel? Belum cu
Angel suka olahraga, setiap pagi dia akan menyempatkan diri untuk melakukanworkoutdi rumah lamanya dulu. Dia terbiasa melakukan gerakan-gerakan yang melatih fisiknya sampai menghasilkan bentuk tubuh ideal yang merdeka dari jajahan lemak berlebih. Hampir dua bulan gadis itu meninggalkan rutinitasnya karena sibuk merawat ayahnya yang sakit sampai tiba di titik perpisahan paling menyakitkan yang dia alami. Selama itu Angel sudah tidak pernah olahraga lagi, jangankan membakar lemak di tubuh, mengisi nutrisi pada tubuhnya saja gadis itu sering lupa. Sejak kemarin pagi, Angel kembali dikenalkan pada aktivitas fisik yang melebihi ekspektasinya. Bukan olahraga seperti ini yang dia sukai, merayap di atas lumpur basah,push up, sit up, back up,lari, jalan jauh dari kaki gunung sampai ke area perkemahan yang ada hampir di puncak gunung. Napas Angel nyaris terhenti, ingin rasanya balik kanan dan melupakan pelatihan bodoh itu tapi di
"Langit terasa lebih dekat dari atas sini, seakan kita bisa menyentuhnya hanya dengan mengulurkan tangan seperti ini." Tangan Jaydan mempraktikkan ucapannya, tatapan yang tadi lurus ke depan kini beralih ke atas. Ia bisa melihat sang surya bersinar terang tanpa khawatir terkena silaunya, dedaunan rimbun pohon besar yang ada di belakang mereka melindungi mereka dengan sabar dari silau matahari. Angel diam, ia ikut menatap langit yang memang benar-benar seperti berjarak sejengkal di atas kepalanya. "Coba ulurkan tanganmu juga," titah Jaydan sambil menoleh pada Angel. "Tidak ada gunanya." "Coba saja." Mata Jaydan memerintah Angel untuk segera melakukan apa yang dia serukan. Gadis itu mendecih dulu namun pada akhirnya tetap mengikuti kemauan calon pimpinannya itu. Tangan mungi
Karel menjadi pihak yang paling tertekan malam ini, dia tidak mengerti kenapa nasib buruk bisa menimpanya di tengah hutan. Dia tidak melakukan dosa apa pun selama satu hari satu malam di sini, dia berhenti menggoda gadis-gadis dan fokus menjalankan tugasnya sesuai perintah Jaydan. Berharap sesi pelatihan ini bisa segera selesai agar dia kembali ke kampus dan menjalani lagi hari-harinya yang indah. Baru setengah perjalanan terhitung sudah empat kali jantung Karel tersentak saat Angel memanggilnya, padahal gadis itu tidak melakukan apa-apa. Dia hanya laporan pada Karel bahwa Angel melihat pita hijau neon yang sedang mereka cari dalam jurit malam kali ini. Dari sekian banyak anggota yang menjadi mentor, kenapa harus Karel yang menjadi mentor Angel? "Seberapa jauh lagi kita akan berjalan?" tanya Angel saat kelompoknya memutuskan istirahat sejenak setelah menyusuri hutan selama kurang lebih setengah jam. "Lima belas menit lagi mungkin, kita hanya tinggal men
"Ya Tuhan, tolong lindungi kami dari serangan binatang buas. Jangan sampai aku mati mengenaskan di sini, kumohon," doa Karel sambil menyatukan kedua tangannya di dada. Angel yang melihat itu mendecih, merutuki kebodohan mentornya yang susah sekali diberi tahu. Kalau saja tadi Karel mau mendengarkan sarannya, pasti mereka tidak akan capek dua kali. "Rob, diamlah, jangan usil di tempat seperti ini," ujar Karel mengira bahwa tangan yang mencolek tengkuknya adalah anggota regunya yang bernama Robby. "Tanganku di sini," balas Robby. Jantung Karel tiba-tiba berdegup kencang, sekujur tubuhnya menegang dan kakinya mulai terasa lemah—tenaganya seperti akan hilang untuk sekadar berdiri. "Kalau bukan kau lalu siapa? Mustahil gadis-gadis itu kan karena mereka ada di hadapanku sekarang